Inhale Exhale (2)

8 1 0
                                    

Karin dan Dena yang ada disamping Divi juga ikut melihat, bahkan beberapa anak yang lain juga mulai mengerubungi Divi. Satu persatu anak yang tadinya mengerubungi Divi sudah mulai kembali ketempat masing – masing dengan lemas. Divi pun begitu, seketika dia langsung tertunduk dan memijat kepalanya yang sedikit pusing, efek kurang tidur dan pembatalan sepihak Bima.

"Gak bisa gitu dong, masa iya Pak Bima ngebatalin dadakan gini" ucap Karin yang kini mulai bersuara.

"Udah H-1 ini loh, sulit buat dapet pengganti" ucap Tania.

"Gue bales gimana kak ?" tanya Aryo pada Divi, yang sejak tadi diam.

"Bangsat"

Bukan, bukan Divi yang mengucapkan kata itu, melainkan Fatur.

"Bisa – bisanya tuh orang ngebatalin dadakan gini, mentang – mentang lagi naik daun, terus dia bisa seenaknya gitu. Kita udah nyiapin ini sebulan lebih loo. Taiii" lanjut Fatur dengan emosi.

"Sabar Tur" ucap Dena mengingatkan.

"Sabar gimana, besok lo Den acaranya. Lo juga Vi dari tadi diem aja, lo lupa kalo lo ketua panitianya. Lo juga kan yang ngasih ide buat ngundang si Bima itu. Giliran gini aja lo diem. Kemarin – kemarin lo ngotot ngundang dia" ucap Fatur pada Divi dengan nada tinggi.

"Lo kok jadi nyalahin Divi sih Tur, gak ada yang duga bakal gini" balas Karin tak terima saat Fatur seakan menyalahkan Divi.

"Gue gak nyalahin dia, Cuma tuh anak dari tadi diem aja, sedangkan dia ketuanya dia juga kan yang mau Bima ngisi seminar kita"

"Ya lo ngomong biasa aja, gak usah pakek nada tinggi, toh semua setuju waktu Divi nyaranin Pak Bima buat ngisi seminar kita, termasuk lo" balas Karin.

Suasana dalam ruangan menjadi lebih tegang, apalagi kini Karin dan Fatur saling berdebat, semua orang di ruangan ini tahu jika Fatur dan Karin yang berdebat maka sulit sekali untuk ditenangkan.

"Karin diem" akhirnya Divi membuka suara.

"Tapi Div.."

Divi menatap Karin, saat Karin akan membantahnya. Karin yag ditatap Divi, langsung diam. Karena saat ini tatapan Divi bagi Karin begitu menyeramkan.

"Nah buka suara juga lo" sahut Fatur.

Divi langsung, mengalihkan tatapannya pada Fatur. "Gue tahu, gue yang nyaranin Pak Bima dan gue udah ngasih tahu di awal alasannya apa. Seharusnya kalo lo emang gak setuju, waktu gue nyaranin Pak Bima, lo bilang pada saat itu juga, bukannya malah saling nyalahin disaat seperti ini" ucap Divi pada Fatur tegas dan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Seketika Fatur terdiam mendengar penuturan Divi. Semua tahu, Divi bukan orang yang akan meluap – luap ketika marah, justru sebaliknya dia akan terlihat tenang, tapi mampu membuat lawannya bungkam. Bahkan kadang sulit membedakan apakah Divi benar – benar sedang marah atau tidak. Karena terkadang Divi sangat pandai menyembunyikan emosinya ketika marah.

"Semuanya gue minta tolong, disaat seperti ini kita semua harus bisa tenang. Masalah gak akan selesai kalo kitanya lagi emosi. Gue akan cari jalan keluarnya, dan gue pastikan sebelum nanti siang kita kumpul di aula, gue udah dapet solusinya. Tapi gue juga mohon ke kalian semua, kalo kalian ada saran untuk pengganti Pak Bima, segera hubungi gue. Gue yang akan follow up langsung ke orangnya. Kalau gitu kalian boleh balik duluan, tapi untuk Aryo lo jangan balik dulu" lanjut Divi.

Akhirnya satu persatu termasuk Fatur dan anggota yang lain meninggal Divi. Kini hanya ada Divi, Karin dan juga Aryo di ruang rapat.

"Yo, coba deh lo follow up lagi Pak Bimanya, bisa ditunda gak rapat beliau, karena kita yang udah dulu deal jadwal dengan beliau" ucap Divi pada Aryo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diviera ( Sebuah Rasa Yang Terlanjur Ada)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang