Dua🍁

1.8K 116 4
                                    

••

Lee Taeyong, ralat—Jung Taeyong. Pemuda berwajah manis yang kini sudah menjadi istri dari Jung Jaehyun sejak tiga hari yang lalu. Jika dalam pikiran kalian kalau Taeyong merasa bahagia karena dinikahi oleh anak konglomerat—maka jawabannya jelas salah.

Jaehyun memperlakukannya seperti hewan yang tidak ada harga dirinya sama sekali. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka lebam karena perbuatan pria otoriter itu.

Mereka hanya tinggal berdua dirumah pribadi milik Jaehyun.

Dan karena hal itu, Taeyong merasa begitu tersiksa karena Jaehyun memecat seluruh pelayan yang ada disini dan semua tugas dirumah ini Taeyong lah yang mengerjakannya.

Tugas yang harusnya dilakukan oleh belasan orang harus Taeyong kerjakan sendirian. Sehingga, tidak ada waktu bagi Taeyong untuk istirahat—terlebih lagi, Jaehyun sering begitu bersikap kasar terhadapnya.

Seperti saat ini, Taeyong meringkuk dilantai dengan Jaehyun yang berdiri dengan pongah dan begitu arogan. Menginjak kepala Taeyong menggunakan pantofelnya karena pemuda manis itu sudah membuat Jaehyun marah.

"Tidak bisa kah kau mengerjakan tugasmu dengan benar?!" Jaehyun mengamuk seperti ini, karena Taeyong yang tidak sengaja menumpahkan kopi yang dipinta Jaehyun pada berkas-berkas penting pria tampan itu.

Taeyong sangat tahu, ia bersalah—tapi apa perlu Jaehyun bersikap begitu kasar seperti ini? Seluruh tubuhnya masih banyak lebam, dan kini Jaehyun menambah kembali luka tersebut.

"M-maaf." Lirih Taeyong, rahangnya serasa ingin patah karena pantofel Jaehyun yang menekan wajahnya begitu kuat.

Jaehyun menjauhkan kakinya membuat Taeyong sedikit bernafas lega—namun, Jaehyun kembali berjongkok lalu menarik surai Taeyong dengan begitu kasar sampai pemuda manis itu meringis kesakitan.

"T-tuan.. s-sakit..."

Plak!

Jaehyun menampar pipi Taeyong dengan begitu kuat, mencengkram rahang Taeyong sampai pemuda itu mendongak kesakitan. Terlebih, rambutnya yang terasa ingin rontok dari kepala karena Jaehyun yang menariknya dengan kuat.

"Kau benar-benar sialan."

Tcuih!

Jaehyun meludahi bibir Taeyong lalu membekapnya. "Telan."

Bola mata Taeyong sudah berkaca-kaca, menatap Jaehyun dengan pandangan lirih penuh luka.

"Bukankah sudah aku katakan. Akan aku buat neraka dunia untukmu Taeyong." Bisik Jaehyun lalu menyeret Taeyong dengan begitu hinanya.

Jaehyun membawa Taeyong ke dalam kamar mandi—melemparkan tubuh ringkih itu hingga membuat Taeyong meringis kesakitan karena tubuhnya yang menghantam tembok.

Jaehyun segera menyalakan shower kamar mandi membuat tubuh Taeyong basah kuyup karena air shower tersebut mengguyur tubuhnya. Pemuda manis itu hanya bisa meringkuk, tidak bisa melawan karena terlalu takut.

"Jika kau keluar tanpa seizinku. Aku akan memberikan hukuman yang lebih dari ini." Ucap Jaehyun dengan tatapan mata yang begitu dingin dan menusuk—membuat Taeyong mengangguk dengan cepat.

Jaehyun segera keluar dari kamar mandi setelah mengunci pintunya, sedangkan Taeyong terdiam disana dengan air shower mengguyur tubuhnya—liquid sebening kristal yang bercampur dengan air menetes mengaliri pipinya yang bengkak dan lebam.

Taeyong menangis dengan begitu pilu, meratapi nasib hidupnya atas apa yang ia dapatkan. Rasanya begitu menyakitkan ketika semesta hanya memberikan penderitaan pada hidupnya, terlebih—Taeyong harus menanggung kesakitan ini karena perbuatan ibunya sendiri.

••

Setelah mengurung Taeyong di kamar mandi, Jaehyun memutuskan untuk kembali mengerjakan dokumen yang Taeyong rusak. Karena pemuda sialan itu, Jaehyun harus mengulang semuanya lagi dari awal.

Ia berulang kali mencoba mengontrol emosinya yang selalu meledak-ledak jika berhadapan dengan Taeyong. Karena pemuda itu selalu mengingatkan Jaehyun pada wanita sialan yang sudah membuat ibunya koma sampai sekarang.

Sehingga, Jaehyun selalu merasa ingin menyiksa pemuda cantik itu sampai menderita. Memberikannya rasa sakit—melebihi rasa sakit yang ibunya rasakan.

Jaehyun kembali mencoba fokus, tapi pikirannya sama sekali tidak bisa teralihkan.

Brak!

"Sialan!" Jaehyun melemparkan vas bunga yang ada di atas mejanya sampai hancur berkeping-keping.

Ia kembali beranjak—berjalan ke arah kamar mandi untuk melihat keadaan Taeyong.

Jaehyun membuka pintu kamar mandi tersebut, dan ia bisa melihat Taeyong yang masih meringkuk dengan tubuh yang mengigil—bibirnya sudah sangat pucat dengan tubuh yang bergetar.

"Keluarlah. Dan buatkan aku makan malam." Perintah Jaehyun begitu mutlak.

Taeyong membuka matanya secara perlahan—ia pun mencoba bangkit dengan hati-hati. "B-baik, tuan."

Melihat Taeyong yang sudah berdiri kembali Jaehyun lantas segera pergi dari ruangannya, meninggalkan Taeyong yang terdiam dengan tubuh yang bergetar. Pemuda manis itu segera mematikan kran shower dengan tangan bergetar—satu tangannya tertumpu pada dinding kaca agar tubuhnya tidak terjatuh.

Setelah itu, Taeyong segera menutup pintu kamar mandi itu lalu membuka seluruh pakaiannya—tubuh cantiknya yang putih bersih sudah dipenuhi luka lebam keunguan karena tindakan kasar Jaehyun terhadapnya. Taeyong sedikit membersihkan tubuhnya dengan air hangat—membasuh tubuhnya yang dipenuhi luka dengan perlahan.

"Shhh... Sakit sekali." Gumamnya saat merasakan pinggangnya terasa nyeri, Taeyong sedikit menunduk untuk melihatnya—ya, lebam keunguan masih tercetak jelas disana. Luka yang Taeyong dapatkan kemarin karena Jaehyun menendangnya dengan pantofel.

Setelah selesai membersihkan diri, Taeyong mengambil handuk yang ada disana—lalu segera memakainya. Tak lupa juga ia memasukkan bajunya ke dalam kantong plastik untuk ia bawa ke kamarnya.

Jaehyun jelas akan sangat marah jika ia meninggalkan bajunya disini.

••

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam—dan Taeyong masih berkutat dengan masakannya. Ia sedikit lambat dalam mengerjakannya karena tubuhnya yang sedikit mengigil, hidungnya pun sudah memerah dengan kepala yang sedikit pusing.

Tangannya begitu terampil dalam memasak, postur tubuhnya yang sedikit kurus dengan apron yang melekat ditubuhnya—serta pipi dan hidung yang memerah karena demam, membuat penampilan Taeyong terlihat begitu menggemaskan.

Beberapa menit berlalu, akhirnya apa yang ia masak selesai juga—ia pun segera melepaskan apronnya. Lalu kembali ke ruangan Jaehyun untuk memanggil pria tampan itu.

Taeyong menghela nafas beberapa kali, untuk menenangkan dirinya yang sangat takut jika berhadapan dengan Jaehyun.

Tok tok tok

"T—tuan Jaehyun.. Emm, masakannya sudah selesai." Ujar Taeyong sembari mengetuk pintu tersebut, suaranya pun begitu terbata-bata—takut suatu hal terjadi hingga menyebabkan Jaehyun kembali menyiksa dirinya.

Ceklek

Tubuh Taeyong bergetar takut saat sosok Jaehyun keluar dari ruangannya—ia pun menunduk lalu bergerak ke samping untuk memberikan jalan pada Jaehyun.

Jaehyun memandang Taeyong dengan begitu tajam, tanpa berniat mengatakan apapun—pria otoriter itu segera melenggang pergi meninggalkan Taeyong yang masih terdiam disana.

Semoga, tidak ada masalah lagi setelah ini—karena tubuhnya sudah tidak sanggup lagi untuk mendapatkan siksaan dari Jaehyun

••

TBC

Ini angst parah, kalau gk kuwat mending mundur, paham!🖐️

Depend On You (Jaeyong)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang