Chapter 3

29 3 0
                                    




Woocheul berjalan memasuki gedung tinggi yang berada ditengah kota Seoul setelah turun dari kapsul merahnya. Semua mata tertuju padanya yang sedang mengenakan kemeja maroon dengan celana hitam. Satu dua orang menyapanya sembari membungkuk. Sesekali Woocheul balas membungkuk ke beberapa orang yang sering dilihatnya. Woocheul masuk ke dalam lift dan memencet tombol 32. Begitu sampai, ia langsung menuju ke ruangan paling ujung dengan jendela kaca yang gelap.

"Ayah.." ujar Woocheul begitu membuka pintu ruangan besar bernuansa coklat tua itu.

"Ah.. masuk nak"

"Ada apa yah? Apa ada sesuatu sampai aku harus ke kantor untuk menemui ayah?"

"Ah yaa.. maafkan ayah. Cukup mendesak, Cheul. Mungkin kita akan larut sampai ke rumah nanti"

"Maksudnya yah?"

"Bagaimana pekerjaan kuliahmu? Sudah kau kerjakan semua?" ucap ayah sembari duduk dimeja kerjanya. Woocheul sudah terlebih dahulu duduk dikursi menghadap ke ayahnya

"Mm sudah yah. Apakah ada sesuatu?"

"Oh tidak tidak, hari ini waktumu senggang?"

"Senggang yah, aku juga tidak ada janji"

"Oke. Cheul ayah minta tolong. Tolong antarkan ayah ke Desa Haenam. Ada kenalan ayah yang meninggal dunia."
"Tadi malam ayah cukup larut bekerja dan tidak banyak waktu tidur, jadi ayah minta tolong kau menemani ayah pergi kesana" ucap ayah sambil mengusap wajahnya

"Meninggal dunia? Siapa yah?"

"Istri dari kakek Yoon, kamu kenal kakek Yoon kan?"

"Ah, kakek Yoon sahabat kakek. Tahu yah, tapi sepertinya aku tidak pernah bertemu beliau"

"Baiklah kalau begitu"
"Ayah menandatangani beberapa dokumen kemudian kita berangkat setelahnya"

***

Setelah menempuh empat jam perjalanan, ayah Choi dan Woocheul sampai di desa Haenam. Mereka baru saja memasuki kawasan persawahan dan kemudian melihat deretan kapsul yang masuk dan keluar dari gerbang berwarna putih emas itu.

Setelah berhasil memarkirkan berhenti didepan rumah bertingkat dua itu, Woocheul dan ayahnya turun dan mengatur kapsul agar dapat memarkir di lahan yang telah disediakan.  Disana, Woocheul dapat melihat berapa publik figure dan model model yang cukup terkenal.

Sesaat setelah melewati pintu utama, mereka disambut oleh Yoon Woobin, anak tertua dari mendiang.

"Seungchan! Terimakasih telah menyempatkan untuk datang"

"Sudah lama ya kak Woobin, saya turut berduka cita.. oh iya, ini Woocheul, anakku satu satunya" ucap ayah Choi setelah menjabat tangan Yoon Woobin

"Wah, sepertinya kita pernah bertemu waktu kamu masih sangat kecil"

Woocheul mengangguk sembari menerima jabatan tangan om Yoon.
Selagi ayahnya dan om Yoon berbincang, Woocheul menatap beberapa sisi rumah itu. Terdapat beberapa foto dan lukisan terpajang di dinding putih itu.

Zzzsttt
Woocheul tersentak ketika merasa sesuatu menusuk dadanya. Ia mulai meraba pelan dada kirinya yang kemudian diikuti dengan perasaan tidak nyaman di dadanya. Belum sempat mencerna keterkejutannya, tiba tiba Woocheul merasakan aliran hangat dipipinya. Ia menangis? Mengapa? Kemudian ia mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan sembari mengusap pipinya yang basah.
Perasaan apa ini? Batin Woocheul.

"Choi Woocheul"

Woocheul menoleh kebelakang mencari sumber suara.

"Choi Woocheul, benar kan?"
Woocheul menemukan seorang laki laki dengan perawakan yang sangat atletis dengan hidung lancip, ia mengenalinya.

Love Wins All || Cheolhan/Jeongcheol AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang