Awan kelabu yang menyatu dengan langit malam menurunkan bulir air untuk menghujani kota. Hujan malam itu datang seakan membawa petanda bagi mereka yang tengah meramaikan pertandingan balap mobil rally di perbatasan kota. Petanda akan ada kemenangan atau kekalahan dari sang legenda pada malam penentuan calon pemenang dari para finalis terbaik balap mobil rally akhir tahun 2020. Antusias besar para penonton mengalahkan gemuruh yang mengomel di langit. Arena tanah berpasir yang biasa menjadi ciri khas daerah perbatasan kota, kini berubah menjadi lumpur dan membuat medan balap semakin menantang. Namun, tekad para finalis tak goyah termasuk finalis bernomor punggung 16 itu.
"Ini baru balap rally!" seru salah seorang finalis bernomor punggung 18. Olcan.
"Gue berpengalaman di medan lumpur," ucap Regan dengan santai.
"Di Australia tahun lalu juga begini?" tanya Olcan penasaran. Selama 1 tahun terakhir Regan memilih untuk mengikuti kejuaraan balap mobil Rally di Australia dan 2 bulan yang lalu pemuda itu kembali ke sini.
Regan hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Olcan lalu menunjuk sosok lelaki yang sejak hujan turun tadi hanya duduk termenung. Dia menjauhi para finalis dan memilih untuk sendirian ditemani hujan.
"Hei, Can. Lo kenal orang yang lagi duduk sendirian disana?"
Olcan menoleh dan mendapati sosok finalis bernomer punggung 06 yang dibicarakan oleh Regan tadi dan bertanya kembali, "Maksud lo si Santana?"
"Santana?" tanya Regan sambil mengerutkan keningnya. Dia teringat nama itu, nama yang ditakuti oleh seluruh pembalap Rally selama tiga tahun terakhir di setiap perlombaan.
"Jangan ganggu dia," ucap Olcan pelan sambil menoleh ke arah penonton yang terus menyoraki satu nama.
"Sejak tadi dia diam disana. Apa dia takut?" tanya Regan sambil menyeringai. Sombong adalah sifat utamanya.
"Lo baru pertama kali lolos semifinal di sini ya?" tanya Olcan kembali menatap Regan.
"Apa hubungannya dengan pertanyaan gue sebelumnya?" tanya Regan membalas tatapan Olcan tajam.
Olcan mendesah kasar lalu memilih untuk tidak berurusan dengan Regan. Pemuda blasteran itu memiliki sifat paling buruk diantara para pembalap yang dia kenal. Selain sombong, Regan adalah pembalap yang kompetitif dan memandang rendah orang lain.
"Karena lo baru pertama kali berhadapan sama Santana gue minta jangan remehkan dia dan fokus saja sama stir lo," Ucap Olcan.
Regan mengangkat alis kanannya seolah tak perduli lalu melirik sosok Arselio Santana yang selalu disegani oleh para pembalap lainnya. Memang Regan baru pertama kali lolos semifinal tahun ini karena kesibukannya di Australia, tetapi kini dia berhadapan langsung dengan lelaki yang memakai marga Santana itu sebagai nama punggung. Regan tidak takut, melainkan sangat penasaran dan ingin mengalahkan Santana bagaimana pun caranya. Sebeleum menegur seorang Santana, sayangnya tak lama seorang petugas memanggil para finalis untuk bersiap setelah hujan mulai mereda dan medan dinilai aman. Regan pun terpaksa pergi dari tempat dia berdiri tanpa melepas pandangannya dari sosok Santana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSELIO SANTANA
Novela JuvenilSINOPSIS: Pembalap muda terkenal dari perbatasan secara tiba-tiba meninggalkan jati dirinya selama berada di Rally Fortano. Hidup seorang Santana kini dipenjara oleh masa lalu yang membunuh keberaniannya untuk kembali menyentuh stir mobil balap keba...