Blonde Hair

124 12 5
                                    

Jalan yang hening dengan suara rintik hujan yang datang tanpa menyapa bergemuruh kian deras jatuh tak berarah menyembunyikan isak tangis Rami yang berada pada pelukan  Jeongwoo. 

"It's okay I will find a way to help your mom, I Promise" dengan suara beratnya, Jeongwoo dengan lembut memecah keheningan kala itu

"No, aku tidak akan membiarkan diriku berhutang budi pada dirimu" Rami mulai menjauhkan dirinya yang menghentikan usapan lembut Jeongwoo pada rambutnya

"Kau tidak akan berhutang budi pada ku, I do meant it when I said I will find a way, look at me. apakah aku terlihat berbohong di mata mu?" Rami menelisik mata Jeongwoo untuk mencari kebohongan dimatanya namun hasilnya nihil

"But why? kenapa kamu mau membantu seseorang yang baru kamu kenal kemarin malam, secara akal itu tidak mungkin! tidak mungkin ada manusia yang tidak menginginkan imbalan atas pengorbanannya! Its Bullshit"

"aku sudah bilang padamu aku membutuhkan mu! kau tidak melakukannya dengan gratis"

"lalu katakan! mengapa kau membutuhkanku!"

"suaramu jual suaramu padaku"

"Apa kau gila?"

"Aku serius"

Rami tertawa tipis dengan keadaan yang saat ini dia alami
"Baiklah lalu bagaimana caraku menjual suaraku?"

"Berhenti bernyanyi untuk orang lain, kau hanya boleh bernyanyi saat aku meminta dan membutuhkan mu, sehingga kau harus selalu berada pada jangkauan ku dan pada performa suara terbaik mu. Aku akan membayarmu 10 kali lipat dari bayaran tertinggi madam Karina dengan tambahan aku akan mencarikan donor ginjal untuk ibu mu" 

"dan satu lagi, kau harus tetap mempertahankan rambut blonde mu, jika bisa kau harus mengecatnya lagi agar menjadi pale blonde"

untuk sejenak Rami merasa tergiur dengan tawaran Jeongwoo, namun kemudian tersadar dengan syarat aneh yang dikatakan Jeongwoo terakhir
"Apa kau gila? Apa alasanmu? Sama seperti dirimu yang mengatakan kau berhak mengetahui apa permasalahan ku, aku juga perlu tahu apa permasalahan mu agar kita seimbang"

"Maaf... Untuk itu aku tidak bisa menceritakan nya padamu"

"lalu bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

"..." Jeongwoo hanya terdiam mengalihkan tatapannya kepada jalan didepannya dan mulai menggigit bagian dalam bibirnya

"baiklah, aku akan memikirkannya terlebih dahulu, beri aku waktu selama seminggu" Rami mempertimbangkan hal tersebut dikarenakan dia tidak ingin dirinya menjadi salah langkah, jika dia menerima pekerjaan dari Jeongwoo yang belum dapat dia percayai 100% maka dia harus rela melepas pekerjaan di bar madam Karina dan setiap orang yang sudah keluar dari sana tidak diperkenankan untuk masuk kembali, sedangkan posisi dirinya sendiri tidak dalam keadaan dapat bersantai dimana ibunya bisa kapan saja mengalami kondisi darurat 

"Ah... Baiklah, satu minggu, aku akan menunggu, sekarang biarkan aku mengantarmu ke apartemen Pharita"

"Apa? bagaimana bisa kau tahu?"

"Junghwan memberitahuku" Jeongwoo berbohong, dia mengetahuinya karena dirinya telah memata-matai Asa selama beberapa hari dan mengetahui beberapa rencana yang telah dibuat oleh ketiga wanita itu

"Baiklah" Rami pun tidak dapat menolak apa yang ditawarkan Jeongwoo, karena walaupun ekspresi yang dihadirkan Jeongwoo saat ini terlihat datar dan terkesan baisa saja, entah kenapa sejak saat Rami mengatakan akan memikirkan jawabannya terlebih dahulu atmosfir Jeongwoo berubah dan terasa sedikit menakutkan 'tidak itu hanya khayalanku saja' fikirnya didalam otaknya yang polos itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Immature Clan: Goodness, Boldness, ProwessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang