V

52 11 4
                                    

Kekuatan dan kekuasaan, dua hal yang bisa memecah suatu kelompok. Egoisme sendiri merupakan salah satu hal yang menyebabkan itu semua.

Senjata kapak yang diperoleh dari Kerajaan J, The Doombringer Axe atau yang juga bisa disebut kapak pembawa kehancuran. Sebuah benda yang berdampak sangat besar bagi dunia mereka, benda yang dapat mengubah tatanan kehidupan mereka kelak.

Ubi, selaku pemenang dari perebutan senjata tersebut berdiri dengan gagahnya sembari memegang erat senjata tersebut. Aura kemarahan terlihat jelas dari sorot mata pria itu.

"Berhenti, Ubi! Bisa-bisanya kau melakukan hal itu kepada Epin! Dia itu teman kita!" marah Noya yang kemudian dibalas dengan decakan oleh pria berambut ungu itu.

"Teman macam apa yang berusaha untuk menghalang-halangi tujuan dari temannya sendiri?" decih Ubi, dirinya kemudian memutarkan kapak tersebut dengan lihainya. "Kalau kau tetap bersikeras, aku tidak akan segan untuk menghabisimu detik ini juga, Noya."

Noya kemudian mengeluarkan pedang berlian miliknya, kemudian menoleh ke arah anggota Valhalla lain yang berdiri di belakangnya. "Selamatkan diri kalian masing-masing, aku akan menahan bedebah ini di sini."

Melarikan diri adalah hal tersulit yang dapat dilakukan oleh Kirman dan Megi, sehingga saat Noya berhasil dikalahkan oleh Ubi mereka tidak dapat pergi kemanapun.

Ubi kemudian mendekati kedua budak tersebut, membuat keduanya menatap ngeri ke arah pria itu.

"Kalian lihat? Noya hanya menginginkan kekuatanku, dirinya sama sekali tidak peduli dengan kalian." Dirinya kemudian mengarahkan kapaknya ke arah mereka. "Ada kata-kata terakhir?"

"Ti-tidak, Ubi! Kami lebih mempercayaimu dibandingkan Noya sejak awal!" seru Megi, dirinya kemudian menoleh ke arah Kirman yang berdiri di sebelahnya. "Kalau kau tidak percaya, tanya saja Kirman."

Kirman mati-matian menyembunyikan rasa takutnya sebab pemuda itu malah menyebut namanya di hadapan Ubi. "Be-benar! Aku dan Megi tidak pernah mempercayai Noya!"

Ubi kemudian mendengus sebelum mengayunkan kapaknya ke arah keduanya, yang tentu saja kedua lelaki malang itu langsung memejamkan kelopak mata mereka. Namun setelah beberapa saat, tidak ada yang terjadi kepada mereka.

Perlahan keduanya mulai memberanikan diri untuk membuka kelopak mata mereka, yang mana kemudian mereka terdiam saat melihat besi pemberat yang selama ini mengikat kaki mereka telah hancur berkeping-keping sebab Ubi.

"Buktikan kepadaku kalau kalian memang pengikutku," ujar Ubi sebelum pergi meninggalkan keduanya.

Saat Ubi telah pergi cukup jauh, Kirman kemudian menjitak dahi Megi. "Kenapa kau malah melempar pertanyaan kepadaku, bodoh? Kau tidak tahu betapa takutnya aku saat menghadapi Ubi tadi?"

Megi kemudian meringis sembari memegang dahinya yang terasa sedikit sakit. "Maaf, aku tadi juga merasa panik sebab berhadapan langsung dengan iblis pencabut nyawa."

"Jadi sekarang bagaimana nasib kita, Megi? Kau yakin kita akan mengikuti Ubi? Maksudku, setelah apa yang terjadi ...."

Megi menggeleng. "Kita akan bersama Ubi untuk membantu Noya. Bagaimanapun, Noya tewas karena membantu semua anggota Valhalla untuk menyelamatkan diri," balasnya setengah berbisik, khawatir Ubi dapat mendengar perbincangan mereka.

"Tapi ... apakah bisa?" tanya Kirman ragu, dirinya menunduk sembari sedikit menggigit ujung bibirnya. "Kalau kita ketahuan, tentu saja kita akan mati di tangan Ubi. Bagaimana jika ternyata Noya tidak mau menerima kita setelah itu?"

Megi tersenyum simpul sebelum memegang bahu pria itu. "Kalau itu sampai terjadi, maka ayo kita pergi bersama sejauh mungkin dari semua orang. Menuju tempat yang hanya kita yang tahu, hidup bersama dalam kedamaian. Bagaimana?"

Kirman menatap kedua netra kelabu Megi, mencoba mencari kebohongan dari perkataannya. Tidak ada, dirinya tidak menemukan apapun kecuali keyakinan dan tekad dari pemuda itu.

Perlahan pria itu mengangguk. "Baiklah, aku percaya kepadamu." Kemudian ia menoleh ke arah di mana Ubi pergi sebelumnya. "Sekarang kita harus berpikir, bagaimana caranya agar Ubi bisa mempercayai kita?"

"Untuk itu ... aku tidak tahu. Namun, untuk saat ini tentu saja kita harus mematuhi semua perintah Ubi sembari mencari informasi untuk Noya." Megi perlahan berdiri, kakinya terlihat sedikit gemetar saat mulai melangkahkan kakinya. "Akhirnya ... sudah lama aku tidak merasa kakiku seringan ini."

Pemuda itu kemudian mengulurkan tangannya kepada Kirman untuk membantunya berdiri, yang tentu saja disambut dengan baik oleh pria itu.

"Sungguh, aku tidak tahu apa aku masih bisa bertahan jika tidak ada kau," ucap Kirman saat dirinya telah berdiri dengan sempurna. "Dunia ini terlalu menyeramkan untuk aku jalani sendirian."

"Tenang saja, aku akan selalu berada di sisimu."

T.     B.    C.

Book ini bakal pendek dan langsung to the point, karena emang hubungan mereka itu semulus itu bjir. Sampe fase 4 masih sweet gw liat².

Kirman sama Megi udah dari awal banget, beda sama si Ajoel. Udah mana Hareem, Denial pulak. Gimana ga panjang?

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang