VII

67 14 6
                                    

Rasa bersalah benar-benar menyelimuti dirinya, walaupun yang ia lakukan juga demi kebaikan keduanya. Sungguh, seharusnya ia tidak pergi sendirian. Pikirannya kalut, khawatir Kirman akan terjebak dalam bahaya sebab ulahnya itu.

Dirinya kemudian menatap ke arah zirahnya yang kini telah berganti corak menjadi warna biru khas Asgard, menarik napas dalam.

Tidak, seharusnya dirinya memang tidak meninggalkan pria itu sendirian di Ragnarok.

Ia bangkit dari ranjangnya dan memakai zirah tersebut, dirinya harus mencari pria itu dan menjelaskan semuanya sebelum terjadi kesalahpahaman lebih lanjut.

"Megi, kau mau kemana?"

Pemuda itu menoleh, nampak Anna yang tengah memperbaiki baju zirahnya di halaman rumah. "Aku hanya ingin berlatih ke hutan."

Tentu saja hal itu tidak benar, tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa dirinya ingin mencari Kirman. Saat ini, Kirman masih dianggap sebagai anggota Ragnarok. Jika ia menemui pria itu, bisa-bisa ia dicap pengkhianat oleh pihak Aliansi.

Walaupun pada faktanya dirinya juga pengkhianat, ia jelas-jelas berkhianat dari Ragnarok saat menyelamatkan Diablo.

Sebelum memasuki portal, dirinya terdiam. Kemana ia harus mencari pria itu? Tidak mungkin dirinya mendatangi markas Ragnarok, bagaimana jika ternyata di sana ada Ubi dan Jerry?

Bagaimana jika Kirman kini malah berpihak seutuhnya kepada Ragnarok karena merasa kecewa kepada dirinya?

Dirinya langsung menggeleng tegas saat pemikiran itu lewat di benaknya, pria itu tidak mungkin berbuat seperti itu. Ia harus percaya kepada Kirman, dirinya sangat mengenal pria itu.

Mungkin lebih dari siapapun yang ada di dunia ini.

Ia menghela napas sebelum melangkah masuk ke dalam portal. Dirinya harus bisa menemukan Kirman secepat mungkin.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Belum juga dirinya pergi jauh dari portal Asgard, dirinya melihat pria itu di kejauhan. Dirinya kemudian melemparkan permata ender ke tempat yang tidak jauh dari pria itu, memastikan bahwa Kirman tidak sedang bersama anggota Ragnarok lainnya.

Setelah yakin bahwa pria itu benar-benar sendirian, dirinya kemudian memberanikan diri untuk memanggil pria itu. "Kirman!"

Meskipun mengenakan topeng, Megi masih dapat mengenali pria itu. Dirinya selalu mampu mengenali pria itu dalam penyamaran apapun, bahkan hingga detail terkecil.

Pria itu menoleh, dirinya terdiam sejenak sebab terkejut dengan kehadiran pemuda itu. "Megi? Apakah itu kau?"

Megi kemudian kembali melemparkan permata ender, kini ia mengarahkannya tepat ke hadapan pria itu. Pemuda itu kemudian segera menggenggam erat lengan pria itu, khawatir ia akan melarikan diri. "Ayo kita berbicara di tempat yang aman, aku mohon."

Kirman hanya berdecak sebelum menoleh ke arah lain, yang kemudian melemparkan permata ender miliknya ke sana. Kini keduanya berpindah cukup jauh dari tempat umum, keduanya berdiri di sebelah danau lava.

"Kau berjanji untuk tidak meninggalkan diriku ...." Kirman menghela napas, kemudian menatap hampa ke arah zirah yang dikenakan oleh pria itu. "Namun apa ini? Kau pergi meninggalkan diriku sendirian di Ragnarok ...."

"Man ...." Megi kemudian tersenyum getir, merasa bersalah sebab dirinya telah ingkar janji. "Aku melakukan hal ini sebab Diablo menjanjikan kepadaku, kita berdua akan berada di bawah naungan Asgard jika aku membebaskannya detik itu juga. Aku ... tidak punya pilihan lain."

"Pertanyaanku, apakah kau mempercayai perkataan Diablo?"

Megi kemudian mengangguk. "Tentu saja! Kau sendiri melihat zirah ini, kan? Ini adalah corak yang dimiliki oleh Asgard!"

"Kau bisa masuk ke sana karena telah menyelamatkan salah satu anggota mereka, Megi ...." Kirman kemudian menunduk. "Lantas bagaimana dengan diriku? Apa yang bisa membuat mereka percaya denganku? Ditambah ... Asgard adalah musuh lama kita saat berada di Valhalla."

Megi pun meletakkan tangannya di bahu pria itu. "Ada aku, Man. Mungkin memang kau tidak semudah itu mendapatkan kepercayaan mereka, namun aku akan senantiasa membantumu."

Kirman menggeleng perlahan. "Kau pembohong, Megi .... Lebih baik ... aku tetap berada di Ragnarok dibandingkan mendengarkan omong kosongmu."

Entah kenapa dirinya merasa seluruh tubuhnya membeku saat mendengar perkataan pria itu. "Kau ... tidak serius dengan ucapanmu itu, kan?"

"Lantas apa yang bisa kau lakukan untuk hal ini, Megi?" desis Kirman. "Kau bukan siapa-siapa di Asgard, kau juga mantan anggota Valhalla. Kau menyelamatkan satu anggota mereka, sedangkan aku? Aku membocorkan informasi di mana lokasi Noya!"

"Kirman, aku mohon .... Aku akan membantumu dalam hal ini, aku janji," pinta Megi dengan sungguh-sungguh, dirinya sama sekali tidak mau jika harus kehilangan pria itu untuk selamanya.

"Berhentilah membuat janji yang tidak bisa kau tepati, Megi."

Megi menggeleng, kini dirinya memegang lengan pria itu. "Kau ingin aku benar-benar menepati janjiku, kan? Kau ingin kepastian, kan? Ayo, aku akan melakukan kontrak darah untuk hal itu."

Kirman pun menghela napas sebelum mengeluarkan sebuah gulungan kertas dan pena bulu dari kantungnya, kemudian memberikannya kepada pemuda itu. "Tulis semua yang aku katakan di kertas itu."

Megi pun mengangguk dan mengambil kedua benda tersebut. "Aku akan melakukan apapun yang kau katakan."

Kirman kemudian bersidekap dada sebelum mulai membacakan isi kontrak yang ia inginkan. "Aku, Megi, bersumpah dengan seluruh darah yang mengalir di tubuhku, bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan rekanku, Kirman, dengan alasan apapun tanpa ada persetujuan ataupun pertimbangan darinya."

Megi hanya mengangguk sembari menulis semua perkataan pria itu. Apapun akan ia lakukan demi pria itu, walaupun yang menjadi taruhannya adalah nyawanya sendiri.

"Jika aku melanggar sumpah ini, maka aku bersedia menerima semua ketentuan yang akan diberikan oleh Kirman di kemudian hari, termasuk menghilang dari dunia ini."

Setelah selesai mengatakan perkataan tersebut, Kirman pun tersenyum miring. "Cap perjanjian tersebut dengan darahmu, aku juga akan melakukan hal itu."

Kontrak darah adalah salah satu kontrak yang sakral di dunia ini, yang mana orang-orang pasti akan melakukan hal tersebut.

Pada bagian kiri bawah, terdapat cap darah dari Megi selaku pihak yang terikat kontrak. Di sebelahnya, ada cap darah dari Kirman selaku pemilik kontrak. Surat kontrak tersebut kemudian disimpan oleh Kirman di dalam peti ender miliknya.

"Aku akan menunggumu, Kirman."

"Tidak usah menungguku, aku tidak mau memberikan harapan sedikitpun mengenai hal tersebut kepadamu. Jaga dirimu, aku pamit."

T.     B.     C.

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang