Senyum Sashi refleks menukik seusai dia membaca surat resign yang dikirim Mima lewat chat. Mentang-mentang sekarang dia lagi sepi job, Mima jadi meninggalkannya begitu saja. Ini tidak bisa dibiarkan!
Sashi: Miw, kok resign sih?
Sashi: lo gak kasian sama gue?
Sashi: sori deh kalo kemaren-kemaren gue nyebelin. Janji gak bakal gitu lagi ☝️😞
Mima: lo mah janji palsu
Sashi: serius, Miw. Jangan resign dong:(
Sashi: gaji lo gue gue naikin deh. Gimana?
Mima: mau naikin pake apa gila? Lo sendiri lagi kena cancel
Sashi: gue kerenya sebentar doang kali, Miw. Bulan depan paling udah dapet endorse lagi
Mima: Sash, demi ya, gue gak ada masalah sama gaji. Daripada uangnya dipake buat naikin gaji gue, mending disimpen aja buat kerperluan lo. Gue juga ngajuin resign murni karena mau fokus persiapan SNBT tahun depan kok
Mima: sori kalo kesannya gue ninggalin lo di saat lo lagi kayak gini tapi gue udah pikirin ini mateng-mateng. Mumpung kerjaan lo lagi kosong juga kan. Jadi selama waktu kosong ini, lo bisa cari manajer baru yang bisa bantu-bantu
Sashi: gamau:(
Sashi: gak ada yang bisa ngertiin gue selain lo:(
Sashi: ihh, jangan tinggalin gue dong, Miw:(
Mima tidak lagi membalas. Pesan terakhir Sashi hanya dibacanya saja. Sashi ingin mengeluarkan seribu satu bujuk rayunya supaya Mima luluh tapi setelah dipikir-pikir, bukankah dia begitu egois jika meminta Mima untuk terus bekerja dengannya?
Sashi mengenal Mima sejak SMA. Dia tau betul seberapa besar keinginan Mima untuk melanjutkan pendidikan. Tapi karena keterbatasan biaya, Mima terpaksa menunda keinginannya itu.
Sashi: yaudah deh, Miw. Goodluck ya!
Selepas itu, Sashi menyimpan ponselnya ke dalam tas. Perutnya yang keroncongan membawanya ke kantin. Ini baru tengah hari tapi moodnya sudah benar-benar kacau.
Selain karena kabar dari Mima yang tiba-tiba resign, dia juga tidak punya teman makan siang. Jaziel lagi tidak bisa dihubungi, sementara teman-teman sekelasnya tidak bisa diharapkan. Mereka semua menjauhi Sashi secara serempak. Wajar, Sashi kan resmi menjadi public enemy sejak skandal itu muncul.
Ah, seharusnya Sashi tidak kaget-kaget amat sih. Jauh sebelum dia terlibat skandal yang membuat namanya jelek, dia juga sudah sering dimusuhi. Katanya, itu karena raut wajahnya yang sering kali terlihat songong. Padahal Sashi hanya duduk diam, mengganggu mereka juga tidak pernah. Tapi saat itu, dia masih bisa berbaur dan sok akrab dengan yang lain (Sashi paling jago untuk urusan sok akrab). Sekarang boro-boro, jalan di koridor saja dia mendapat lirikan sinis dari segala penjuru. Kalau begini caranya, bagaimana Sashi bisa makan coba?
Sashi membenci kelemahannya yang satu ini. Dia betulan tidak masalah kalau dia dimusuhi, tapi tolong kirimkan satu manusia yang bisa menemaninya makan. Sebab makan sendirian membuat hidupnya terasa sepi dan menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome to Colors
General FictionSkandal video tiga detik yang tersebar di media sosial membuat hidup Sashi jungkir balik. Karirnya sebagai selebgram hancur dalam semalam. Dia kehilangan teman, pekerjaan, bahkan keluarga. Semua ini karena kebodohannya yang tanpa sadar mencium kekas...