2 | I'm enchanted to meet you

582 122 34
                                    

"Apa? Nyokap lo barusan bilang apa?" Mima membombandir Sashi dengan banyak pertanyaan begitu Sashi kembali ke ruang tengah. Wajah manajernya itu pucat pasi. Dia mengintip saat Sashi ditampar. Rasanya pasti sakit, sebab ada jejak kebiruan di sana.

"Nggak ada."

"Bohong! Gue liat tadi lo digampar dua kali," bantah Mima. Dia mengikuti Sashi sampai ke kamar, lantas menarik lengan gadis itu untuk mendapatkan atensi. "Sash?"

"Apasih?" Sashi membalas jengkel. Reaksinya itu membuat Mima menarik napas. Dia tau Sashi tidak baik-baik saja, jadi dia berusaha merendahkan nada suaranya.

"You, okay?" tanya Mima pelan.

"Not that good but still alive." Sashi melepas cengkraman Mima dari tangannya lalu membuka lemari untuk mengambil handuk bersih. Semua masalah yang datang bertubi-tubi karena ketololannya membuatnya gerah. Sashi rasa, membasuh diri mungkin akan membuatnya sedikit lebih baik.

"Terus sekarang gimana?"

"Nggak gimana-gimana."

"Sash!" Mima masih mengekorinya dengan geram. Tapi di balik geramnya itu, Sashi tau sebenarnya Mima memandangnya kasihan.

"Gue mau mandi, Miw. Mau ikut ke kamar mandi juga?" tawarnya enteng. Mima berdecak. "Lo mending pulang. Banyak komplain yang mesti lo urus. Gue juga mau keluar abis ini."

"Ke mana?" tanyanya. Sashi tidak menjawab. Pintu kamar mandi itu justru ditutup tepat di depan muka Mima. "Jangan aneh-aneh loh, ya! Cukup yang semalam aja. Sash? Sashi, dengar nggak sih? Ah, bodo lah! Pokoknya baik-baik lo. Jangan nekatan. Telpon gue kalo ada apa-apa. Gue pulang dulu."

Sashi mendengar semua teriakan Mima dari balik pintu, tapi dia memilih untuk tidak menyahut. Tidak tau juga mau menjawab apa.

Dia tidak punya tempat yang ingin dituju.

Sashi membiarkan air dingin dari shower membasahi tubuhnya. Hidupnya berantakan.

Dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam, Sashi sukses kehilangan banyak hal. Pekerjaan, teman, keluargaㅡSashi tertawa dalam hati, lupa kalau sebelum semua kekacauan ini terjadi, dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi yang bisa disebut keluarga.

Sashi hidup sendiri selama dua tahun terakhir. Bukan karena dia tidak suka diatur seperti apa yang dibeberkan oleh seseorang di balik akun Saltyslave, tapi karena dia sudah terlalu lelah mengikuti ekspektasi yang dibuat oleh orang tuanya.

Bagi mereka, Sashi tidak lebih dari sebuah produkㅡyang akan dianggap berhasil apabila ekspektasi itu terpenuhi dan dipandang sebagai sesuatu yang memalukan ketika ekspektasi itu gagal dia penuhi.

Geez, Sashi benci menjual kisah sedih seperti ini. Orang-orang di balik akun bodong itu seharusnya berhenti bersikap sok tau tentang kehidupannya.

Tapi mau bagaimanapun juga, nasi sudah menjadi bubur. Video tiga detiknya dengan Ibas sudah tersebar luas. Citranya sudah rusak. Sashi tidak punya kendali untuk menghentikan mereka dalam menyudutkannya. Jadi satu-satunya cara yang bisa dia lakukan hanya menunggu sampai bola panas itu berhenti sendiri.

Lagipula, Sashi paham bagaimana sosial media bekerja. Mereka hanya akan membahasnya seharian ini. Paling lama sampai tiga hari ke depan. Setelahnya, berita tentang Sashi akan terlupakan. Sashi akan baik-baik saja. Hidupnya akan kembali normal.

Kecuali ... pertemanannya dengan Dinda.

Mengingat itu membuat kepalanya sakit. Dinda bukan hanya sekedar teman. Gadis itu adalah salah satu orang terdekatnya. Mengkhianatinya tidak pernah masuk ke dalam list rencana hidup Sashi. Kejadian semalam benar-benar berada di luar kendalinya. Sashi merasa bersalah. Dia harus meminta maaf.

Monochrome to ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang