𝔹𝕒𝕓_𝟛

335 38 3
                                    

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ❣

________

Mimpi adalah manifestasi dari kenangan yang terlupakan di masa lalu.

Tidurnya begitu lelap. Jeonghan bergumam dalam hati. Duduk di tepi ranjang dan mengamati Joshua. Dan dia tampak begitu polos, seperti anak kecil. Lelaki itu lalu mengangkat alisnya dan mengalihkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya dengan kesal. Kalau memang dia menganggap Joshua seperti anak kecil, Kenapa dia bisa terangsang seperti ini?

Jeonghan menatap Joshua lagi, menggeram kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Terlalu berbahaya berada di sini. Dia takut lupa diri dan menyerang Joshua dalam tidurnya. Lalu menyesalinya. Dengan hati-hati dilepaskannya pegangan jemari Joshua yang dijemarinya dan berdiri dari ranjang. Dia lalu membungkuk untuk menyelimuti Joshua. Wajah Joshua begitu dekat dengannya, nafasnya berhembus ringan dan teratur. Dan Jeonghan tidak dapat menahan diri. Dikecupnya bibir Joshua lembut. Sebelum kemudian melangkah pergi, meninggalkan kamar itu, meninggalkan Joshua yang masih tertidur pulas.
_______

Pagi harinya Joshua terbangun dengan kepala pening. Hujan sudah reda, tetapi masih menyisakan rintikanya yang membuat pagi hari ini gelap dan berkabut. Setidaknya sudah tidak ada guntur.... Joshua terduduk dan menyadari selimutnya melorot ke pinggang. Dia meraih selimut itu dan menaikkannya lagi ke dadanya karena hawa dingin langsung menyengatnya. Selimut itu tadinya terpasang rapi di tubuhnya. Siapa yang telah menyelimutinya ketika tidur. Ingatan Joshua berputar, dan kemudian pipinya langsung terasa panas ketika mengingat kejadian kemarin malam, ketika dia menghambur ke dalam pelukan Jeonghan tanpa malu.

Oh ya ampun! Dengan begitu saja dia memeluk Yoon Jeonghan yang sangat angkuh dan terkenal galak itu - meski sekarang Jeonghan tidak pernah bersikap buruk kepadanya, tetap saja image itu melekat pada pembawanya - Dan anehnya Jeonghan tidak menolaknya. Dia sangat ingat bahwa Jeonghan membalas pelukannya, menenangkannya, membawanya kembali ke ranjang dengan lembut dan menemaninya sampai dia tertidur. Kenapa Jeonghan begitu baik kepadanya?
_______

"Kau takut dengan petir?" Sowon menatap Joshua sambil tersenyum geli, dia lalu menyesap cangkir coklatnya berusaha menyembunyikan tawanya,

"Shua, hanya anak kecil yang takut dengan petir."

"Yah, aku sebenarnya malu dengan ketakutan tidak wajarku itu." Joshua tersenyum sambil menatap perempuan cantik di depannya. Oh astaga, Sowon memang benar-benar cantik. Kulitnya memang agak pucat, tetapi Sowon bercerita bahwa dia menderita sakit yang lama sehingga harus terus-menerus di dalam rumah, "Sepertinya aku punya trauma masa lalu di waktu kecil."

"Trauma apa?" Sowon menyipitkan matanya dan meletakkan cangkirnya di meja. Mereka berdua sedang duduk di Green Panda Cafe pagi itu, kebetulan dosen mengundurkan waktu kuliah agak siang karena ada acara wisuda, jadi sambil menunggu jam kuliah, Joshua mengajak Sowon ke Green Panda Cafe yang biasa dia kunjungi setiap pagi, Sowon ternyata penggemar kopi, katanya kopi bisa membuatnya lebih segar menghadapi hari.

"Entahlah." Joshua berusaha mengingat-ingat,

"Aku dulu sering bermimpi. Hujan, badai, petir, dan teriakan-teriakan keras. Aku bersembunyi di lemari ketakutan." Joshua menarik nafas karena usahanya mengingat itu membuat kepalanya sakit.

"Aku tidak tahu apakah itu mimpi atau kenyataan. Yang pasti aku selalu mengasosiasikan hujan petir dengan rasa takut yang amat sangat."

"Mungkin kau harus mencoba hipnotis untuk mengembalikan ingatanmu."

"Apa?"

Sowon terkekeh. "Aku pernah melihatnya di film, ada seseorang yang begitu takut akan darah, dia lupa kenapa, sesuatu terjadi di masa kecilnya, Tetapi dia tidak bisa mengingatnya, seolah-olah otaknya membentengi ingatan Itu dan hanya menyisakan trauma. Dia datang ke ahli hipnotis dan alam bawah sadarnya dibimbing untuk mengingat semuanya, dan hasilnya mengejutkan." Sowon tersenyum misterius.

Sweet Enemy (YoonHong) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang