𝔹𝕒𝕓_𝟜

344 37 9
                                    

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ❣

________

'Tidak ada yang lebih berbahaya daripada seorang musuh yang berpura-pura manis didepanmu.'

"Pulang sendirian lagi?" Joshua menoleh mendengar sapaan yang akrab itu. Dia mendapati Wonwoo sedang bersandar pada mobil hitam legamnya, tersenyum menatapnya. Senyumnya lebar dan ramah, sama sekali tidak tampak kalau dia adalah penghancur hati orang yang seperti dikatakan oleh Jeonghan.

Kalaupun dia memang seorang penghancur wanita dan laki-laki, sepertinya sah-sah saja, Joshua membatin, mengamati ketampanan Wonwoo yang halus. Lelaki itu bisa dibilang sangat tampan sampai mendekati cantik. Matanya sendu tapi bening, seorang menarik siapapun yang tergoda untuk tenggelam bersamanya.

"Iya." Joshua menjawab dan mengerutkan keningnya, Apa yang dilakukan Wonwoo sore-sore begini di depan kampusnya?

"Kau harus membiarkan sopir pribadi menjemput, sudah kubilang. Berbahaya kalau seorang mahasiswa di kampus ini berjalan-jalan sendirian malam-malam, apalagi kampusmu terkenal sebagai kampus anak-anak kaya. Siapa tahu ada yang mengawasi dan mencari kesempatan, lalu melihatmu sedang jalan sendirian? kau akan diculik."

Wonwoo mengulangi lagi peringatannya, sama seperti kemarin ketika berpapasan dengan Joshua di jalan. Lelaki itu begitu serius dengan kata-katanya sehingga Joshua merasa ngeri. Tetapi perkataan lelaki itu memang benar adanya.

"Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?"

Wonwoo mengangkat bahu dan tertawa,

"Mungkin aku sedang mengawasi kampus ini, mencari kesempatan kalau-kalau ada anak orang kaya yang berjalan sendirian yang bisa kuculik."

Lelaki itu membuka pintu mobilnya, "Mau masuk?"

Sejenak Joshua ragu. Tetapi Wonwoo tampak begitu tulus. Dan dia kan sahabat Jeonghan, meskipun Jeonghan sudah memperingatkannya tentang kebencian Wonwoo kepada lelaki dan perempuan. Joshua yakin dia bukan termasuk salah satu tipe yang Wonwoo incar untuk dibuat patah hati.
______

"Jeonghan bercerita kalau kau selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolah, begitu itulah cara mama Yoon menemukanmu, dengan penyaringan anak-anak cemerlang untuk mendapatkan beasiswa." Wonwoo memulai percakapan, sambil menyetir mobilnya dengan tenang.

Joshua menganggukkan kepalanya, "Ya, waktu itu perwakilan Yayasan Nyonya Yoon menemuiku dan menawarkan beasiswa, waktunya tepat sekali karena kondisi keuangan kami sedang sulit."

Joshua menatap Wonwoo sambil tersenyum,

"Ayahku seorang tukang bangunan dan meskipun dia mengupayakan segala cara untuk menyekolahkanku, membiayai kuliahku akan terlalu berat untuknya."

Wonwoo menoleh sebentar dan menatap Joshua dengan tatapannya yang bening.

"Lalu ayahmu meninggal ya? Aku turut berduka, Shua." Suara itu benar-benar tulus sehingga Joshua melemparkan senyum lembut kepada Wonwoo.

"Ya, Ayah mengalami kecelakaan di tempat bekerja. Setelah ayah meninggal Nyonya Yoon menawariku beasiswa sepenuhnya dan aku boleh tinggal di rumahnya, jadi di sinilah aku sekarang."

"Kau tidak pernah curiga kenapa Nyonya Yoon begitu baik kepadamu? Banyak anak lain yang juga cemerlang dan hidup dalam kemiskinan. Tetapi kenapa kau? Kenapa kau yang dipilih?" tatapan Wonwoo yang memandang jauh ke depan terlihat kelam dan misterius.

Joshua mengangkat bahunya, "Yah... mungkin karena aku ada di saat yang tepat dan di tempat yang tepat. Kebetulan seperti itu akan selalu ada kan?"

Wonwoo tersenyum muram,

Sweet Enemy (YoonHong) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang