2

26 3 0
                                    

"Dari sekian banyak novel yang gua baca. Kenapa harus novel yang gua engga baca sama sekali!", ucap Reta dengan kesal. Setelah menyadari dirinya transmigrasi ke dalam novel yang hanya ia baca sinopsisnya sekilas, Reta bingung apa yang harus ia lakukan. Satu sisi, Reta bersyukur karena ia diberi kesempatan untuk hidup kembali dan bertemu dengan mamanya.

Seketika, Reta yang dari tadi mondar mandir terhenti. "Kalau mama ada disini, berarti..", ucapnya tanpa melanjutkan kalimat berikutnya karena ia dengan terburu-buru keluar kamarnya dan mencari seseorang. Sosok figur yang ia harap dan berusaha yakin, bahwa orang itu ada di dunia ini. Reta menuruni anak tangga rumah barunya ini, kepalanya yang tak henti-henti menengok ke arah kanan dan kiri, sampai akhirnya ia menemukan sosok yang ia cari, Papanya.

"Reta, lihat jalan sayang!", ucap Robert Alden Izora yang merupakan papa atau papi bagi Angelica dan Auretta. Reta mulai fokus melihat papinya saat ini, ia jadi teringat kejadian sebelum ia mengalami transmigrasi.

"Papa!", teriak Reta dengan terburu-buru ia jalan cepat menuju Papanya dan memeluknya dengan erat. Robert terlihat kaget dengan tingkah putrinya namun ia tetap memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kehangatan.

"Putri papi yang cantik, pagi-pagi manja banget ya!", ucap Robert sambil membelai kepala putrinya dengan lembut. Reta tersenyum haru dalam pelukan papanya. Seumur hidup saat masih menjadi Angelica, ia tidak pernah mendapatkan kontak fisik intens seperti ini dengan kedua orangtuanya, bahkan disaat ia memeluk mamanya. Mamanya menyuruh Angelica untuk melepaskan pelukannya dan bilang "Peluk suamimu nanti, ngapain peluk mama?".

"Reta kangen papa", ucap Reta sambil melepaskan pelukannya dan menatap kedua bola mata papinya. "Loh, kok pangil papa? Papi ya Reta, papi!", ucap papi dengan muka cemberutnya. Reta tersenyum dengan geli melihat tingkah papinya. "Iya, papi!", ucap Reta.

"Reta! Kamu belom siap-siap sayang? Sekolah loh nak sekolah!", ucap Maminya yang datang dari arah dapur. Reta menepuk jidatnya dan dengan buru-buru ia menaiki tangga kembali menuju kamarnya. "Hati-hati, sayang!", ucap papi dengan sedikit teriak karena melihat anak gadisnya menaiki tangga dengan begitu cepat.

-----------------------------------------

Reta melihat smartwatch di tangannya yang masih menunjukan pukul 7.40 pagi, ia belum terlambat. Kini ia berdiri tepat di depan gerbang sekolah, Peruvian International High School, sekolah internasional yang menghasilkan banyak orang-orang hebat dan tempat utama para tokoh-tokoh novel berada.

Reta tidak mau ikut campur dalam alur cerita novel, ia hanya ingin menontonnya saja. Dia sudah cukup bahagia dengan kondisi keluarganya sekarang. Orangtua yang sangat menyanyangi putrinya dan tidak overprotektif.

"RETA DARLING!", teriak seorang gadis yang membuat Reta tersentak. Reta melihat seorang gadis di parkiran mobil yang sedang melambai-lambaikan tangan padanya. Gadis itu lebih pendek darinya, ia menguncir rambutnya dengan tinggi, gigi gingsulnya yang terlihat saat ia tersenyum, kulitnya tidak begitu putih namun ia sangat manis.

Gadis itu pun berjalan menuju tempat Reta berdiri. "I MISS YOU SO MUCHH!", ucap gadis itu dengan antusias, tanpa ia sadari, Reta dan dirinya menjadi pusat perhatian teman-teman sekolah lainnya.

Reta tidak mengenali gadis tersebut, entah ia peran utama wanita, antagonis wanita atau figuran? Sekarang Reta menyesal karena ia hanya membaca sinopsis novel ini saja. Mengapa ia tidak membaca novel ini dulu? Bahkan ia tidak tahu ia berperan sebagai apa di alur novel ini.

"Reta! Kok lo malah diem?", ucap gadis itu yang membuyarkan lamunan Reta. "Eh, iya halo", ucap Reta dengan canggung, sedangkan gadis itu merasa heran dengan tingkah sahabatnya.

Reta memperhatikan seragam gadis itu, Gabriella Evangeline. Beruntungnya seragam sekolah Peruvian International High School memiliki tanda pengenal di setiap seragam yang ada.

Switch TurnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang