8

17 2 0
                                    

"Mau sampai kapan kamu tidur?", ucap Amy pada putrinya. "Sebentar lagi ya, Mi!", ucap Reta pada maminya. "Angelica!", ucap Amy dengan tegas, seketika kedua mata Reta terbuka dengan lebar. Apa yang terjadi saat ini?

Reta bangun dari kasurnya dan ia melihat ke sekelilingnya. Mengapa ia kembali ke kehidupan lamanya? Reta menggelengkan kepalanya "E-engga mungkin", ucapnya dengan pelan. Reta menatap ke arah Amy, raut wajah maminya yang dingin dan sifat elegan nan angkuh yang tak terlepas dari mama Angelica.

"Mau jadi apa kamu nanti? Anak gadis bangun siang-siang", ucap Amy sambil melihat kesekitar kamar anaknya itu. "Kamar berantakan. Gimana nanti mau melayani suami kamu nanti?", ucapnya lagi yang membuat hati Reta tersayat. Gadis itu berusaha tegar dengan menahan air mata yang sedikit lagi hampir meluncur bebas ke wajahnya. Apa selama ini dirinya menjadi Reta hanyalah sebuah mimpi? Atau bahkan halusinasi yang ia ciptakan sendiri? Ia mulai merasakan rasa tak nyaman di hatinya, ia ingin menjerit. Kepalanya yang tiba-tiba penuh dengan tekanan seolah ingin meledak. Reta tak mampu menahan semuanya itu. Apa lebih baik ia mati saja?

"AURETTA!", teriak Amy yang membangunkan Reta dari mimpi buruknya. "Nak, kamu mimpi apa sampai gelisah begini?", ucap Amy dengan khawatir. Reta bangun dari kasurnya dan dapat ia rasakan jantungnya berdebar begitu kencang, ia melihat ke sekelilingnya dan terakhir ia menatap Amy, tatapan khawatir seorang ibu terhadap anaknya. Namun, Reta mulai panik, ia terus mencubit dirinya, seolah ingin memastikan apakah kejadian ini termasuk bunga tidurnya juga. Ia mulai tidak bisa membedakan mana yang realita.

"Reta, kamu kenapa nak?", ucap Amy menghentikan Reta yang mencubit dirinya sendiri dan memeluknya. Reta berada dalam pelukan Amy dan perlahan ia mulai tenang, akal sehatnya pun mulai berjalan. Angelica sudah mati, sekarang hanya ada kehidupannya sebagai Auretta. Perlahan, ia mulai meneteskan air matanya dan menangis dengan tersedu-sedu sambil memeluk maminya. "M-mami, tetep sayang sama Reta, ya!", ucapnya disela tangisan. Amy bingung mimpi apa yang diimpikan putrinya sampai seperti ini "Mami selalu sayang sama kamu, engga akan pernah berubah", ucap Amy memeluk Reta sambil mengelus lembut rambut putrinya. Reta memeluk Amy dengan erat dan memejamkan matanya.

----------------------------------------------------------------

"Kesayangannya papi kok matanya bengkak gitu?", tanya Robert yang heran dengan kondisi mata putrinya di pagi hari ini.

Reta mengunyah roti cokelatnya dengan wajah cemberut. Robert melihat ke arah Amy seolah bertanya namun istrinya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Sayang, ini sendoknya udah mami dinginin. Tempelin ke matamu tuh!", ucap Amy memberikan dua pasang sendok kepada Reta.

Reta menghabiskan rotinya dan langsung menempelkan kedua sendok tersebut ke matanya untuk mengurangi bengkak di matanya setelah menangis brutal pagi hari ini. Reta menghelakan nafasnya.

Pagi hari, Reta awali dengan drama mimpi buruk, kira-kira apa yang akan terjadi pada dirinya hari ini? Entah kebiasaan dari mana, setiap ada satu kesialan, ia pasti berpikir akan muncul kesialan lainnya.

Setelah menyelesaikan sarapannya dan menceritakan pada Robert soal mimpi buruknya, Reta pun bergegas berangkat ke sekolah. Ia harap, rantaian kesialan tidak ada dalam kehidupannya ini.

Reta yang melewati koridor kelas dua, melihat para siswa/I mulai berbisik satu sama lain. Ada berita heboh apa di pagi ini? Anehnya, setiap kali dirinya lewat maka para siswa/I itu akan mulai berbisik dan bahkan tidak segan menatap ke arahnya. Reta menghelakan nafasnya dan mulai mengutuk dalam batin. Tidak salah lagi, rantai kesialan selalu tepat pada waktunya! Namun, ia bingung, apa yang ia perbuat? Dirinya merasa, selalu hidup dengan baik selama ini.

"Pelakor!", ucap seorang siswi yang dengan sangat jelas mengarahkan perkataan tersebut pada Reta. "Maksudnya?", tanya Reta yang diabaikan oleh siswi itu dan teman-temannya. Tidak mendapatkan jawaban, pada akhrinya Reta memilih abai dan berjalan sampai ke kelasnya.

Rupanya keadaan kelas juga sama seperti keadaan di koridor. Reta memilih abai dan duduk di bangkunya.

"Ga tahu diri emang perusak hubungan orang!", ucap seorang siswi disebrang Reta.

"Maklum kan murahan! Makanya gatel sama cowok orang!", ucap seorang siswi yang duduk disebelahnya. Reta melihat ke arah mereka dan kedua gadis itu terlihat menantang Reta.

Reta mengepalkan tangannya karena emosi "Mulut lo tuh-", ucap Reta terputus kepada kedua gadis itu karena kedatangan Gabby dan Harvey.

Harvey membalikan meja kedua gadis itu dan berteriak "Siapa yang ngatain Reta, Maju!".

Seluruh kelas terdiam dan semua siswa/I mulai kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Sedangkan kedua gadis yang duduk disebrang Reta, mereka terkejut karena melihat kedatangan Harvey yang tiba-tiba membalikan meja mereka dan menatap mereka dengan tajam seolah tatapannya itu dapat membunuh mereka.

"Gab, sebenarnya ada apa sih?", tanya Reta dengan serius pada Gabby. Harvey mulai duduk disebelah Reta sambil menatap tiap per tiap siswa/I seolah menantang mereka, apakah mereka masih berani membicarakan Reta yang tidak-tidak, sedangkan Gabby duduk di tengah-tengah antara Reta dan Harvey.

"Makanya baca sms gua, neng!", ucap Gabby sambil menepuk lengan Reta. Bagaimana Reta mau membaca pesan Gabby sedangkan tadi pagi ia sudah membuat drama? Pikiran Reta yang tadinya sudah tenang kini harus pusing kembali dengan keadaan sekolahnya hari ini.

"Lu dituduh ngerebut cowoknya Kak Anggie!", ucap lagi Gabby.

"Kak Anggie siapa lagi coba?", ucap Reta dengan bingung. Ia saja tidak mengenali seluruh teman-teman sekelasnya, lantas bagaimana dengan kating?

"Mantan ketua padus! Yang rambutnya sebahu, matanya sipit, ada lesung pipi!", ucap Gabby dengan menggebu-gebu.

"Kaga kenal!", ucap Reta sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gini deh, cowoknya yang mana?", ucap Reta.

"Kak Steven, anak club taekwondo. Orangnya tinggi, manis, pake kacamata!", ucap Gabby berusaha mengingat ciri-ciri Steven.

"Gua bahkan baru tahu ada club taekwondo!", ucap Reta yang tidak menyangka dengan situasi yang ia alami kini.

"Itu dia! Makanya gua sama pipi kaget mampus pas denger ni gossip!", ucap Gabby.

"Terus sekarang gimana, gaes?", ucap lagi Gabby melihat ke arah Reta dan Harvey bergantian.

"Pantau sikon dulu gimana. Kalau bisa cari tahu siapa biangnya", ucap Harvey dengan tenang. Kedua gadis itu pun setuju dengan saran yang dianjurkan oleh Harvey.

Switch TurnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang