5

24 5 0
                                    

Hari yang ditunggu Reta dan Gabby telah tiba. Sedangkan di satu sisi ada satu orang yang tidak sanggup untuk menjalani kehidupannya pada hari ini, siapa lagi kalau bukan Harvey. Setelah melewati beberapa hari di sekolah akhirnya tibalah weekend, dimana Reta bisa bangun lebih siang dan bahkan jalan bersama teman-temanya.

Reta bangun pada pukul 9 pagi ini. Ia tersenyum dengan manis dan legah, ia pun memutar kejadian kemarin di benaknya.

Reta berkumpul bersama kedua orangtuanya di ruang tamu setelah makan sore tadi. Ia begitu gugup, padahal ia hanya ingin meminta izin untuk pergi dengan kedua sahabatnya. Apakah orangtuanya akan mengizinkannya? Ia takut kejadian di kehidupan lalunya akan terulang. Reta terus memainkan jari-jari tangannya sampai rupanya hal tersebut diperhatikan oleh maminya.

"Sayang, kamu kenapa?", tanya Amy yang khawatir melihat tingkahlaku putrinya.

Reta terkesingkap dan menggelengkan kepalanya "E-engga kok mi!", ucap Reta dengan senyum canggungnya.

Robert yang sedari tadi memperhatikan pun menyadari ada hal yang ingin disampaikan oleh putrinya. "Reta, mami sama papi engga bakal gigit kamu. Ada yang mau kamu omongin kan?", ucap Robert tepat sasaran.

Amy memegang tangan putrinya dan meyakinkan putrinya untuk berbicara. Reta menenangkan dirinya terlebih dahulu sampai akhirnya muncul keberanian dalam dirinya. "Mi, Pi", ucap Reta sebagai pembuka.

"Aku mau pergi sama Gabby Harvey, tapi aku belum tahu mau pulang jam berapa. Aku engga pulang malam juga kok!", ucap Reta dengan jantungnya yang berdebar kencang.

Amy dan Robert saling menatap kemudian pecahlah tawa mereka.

"Kamu nih ya! Mami sama papi kira kamu kenapa!", ucap Maminya sambil memeluk anak semata wayangnya itu.

"Boleh, sayang! Asalkan kamu izin dan engga pulang diatas jam 9", ucap Robert pada putrinya.

Mata Reta berbinar. Sekarang, ia benar-benar harus melupakan kehidupan lamanya.

"Makasih, Mi, Pi!", ucap Reta dengan senyum legahnya.

Handphone Reta berbunyi, Reta mengambilnya dan melihat siapa yang menelfonnya sepagi ini.

"Tata! Gua sama bocil otw ya!", ucap Harvey diseberang sana.

"HEH! Nama gua Gabby ya Gabby!", ucap Gabby yang suaranya pun ikut terdengar.

"Loh, lu merasa bocil?", ucap lagi Harvey.

Seketika suasana menjadi hening.

"Guys?", ucap Reta dengan sedikit tidak yakin.

"A-AH SAKIT! Gua lagi nyetir!", ucap Harvey pada Gabby. Reta menghelakan nafasnya "Jangan berantem gitu! Bahaya! Nanti jatuh cinta!", ucap Reta dan langsung dengan cepat mematikan sambungan telfonnya. Reta tersenyum jahil membayangkan ekspresi kedua sahabatnya itu.

Reta sudah siap dengan baju sabrina lengan panjang bewarna putih yang ia padukan dengan celana jeans, tidak lupa juga dengan sneakers warna senada dengan bajunya.

"Cantik banget, Retaaa!", ucap Gabby yang mengikat rambutnya dan menggunakan crop top bewarna hitam tidak lupa juga dengan celana cargo bewarna cream.

Harvey menganggukan kepalanya, ia sendiri menggunakan celana pendek diatas lutut bewarna hitam yang dipadukan dengan kaosnya yang bewarna navy.

Gabby dan Harvey sampai di rumah Reta beberapa menit yang lalu sebelum Reta keluar dari kamarnya dan menyambut kedua sahabatnya itu di ruang tamu rumahnya ini.

Switch TurnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang