"Gaes, gaes, ada hot news!", ucap seorang gadis yang lokernya berdekatan dengan loker milik Reta. Ketiga gadis yang berkumpul itu, dua diantara satu gadis yang memberitakan adanya gossip barupun mendekatkan diri pada temannya itu. Sedangkan Reta tanpa sadar ia mulai mendekatkan telinganya pada ketiga gadis itu yang jarak lokernya hanya terpisahkan satu loker. "Raiden jadian sama Valeria!", ucap gadis pembawa gossip itu. "HAH?! Demi apa?", ucap Reta yang bahkan terlihat seperti teriakan. Sedangkan ketiga gadis itu terkejut dengan reaksi yang diberikan Reta. "Valid ga sis gosipnya?", ucap lagi Reta. Gadis pembawa gossip itu menganggukan kepalanya dengan pasti. Reta dengan cepat menutup lokernya dan berjalan entah kemana.
"Kenapa alurnya jadi cepat gini? Classmeeting masih beberapa bulan lagi..", ucap Reta yang mondar-mandir di taman belakang sekolah sambil memijat pelipisnya.
"Tunggu, kenapa gua khawatir?", ucap lagi Reta dengan wajahnya yang terlihat bingung sambil menghentikan langkah kakinya dan melipat kedua tangannya.
"T-tapi, kalo butterfly effect berlaku gimana?", ucap lagi Reta dengan khawatir dan melanjutkan kegiatan mondar-mandirnya.
Reta menghentikan langkah kakinya lagi dan menarik nafas serta membuangnya secara perlahan guna untuk membuat dirinya menjadi tenang. Ia melakukan kegiatan tersebut secara berulang sampai akhirnya ia benar-benar tenang.
"Dari pada ovt, mending gua cari tahu apa penyebab alur berjalan lebih cepat.", ucap Reta yang kini duduk di bangku taman seorang diri.
"Apa karena adanya keberadaan jiwa gua yang menempati tubuh ini?", ucap lagi Reta sambil memejamkan matanya dan berusaha mencari jawaban lain yang memungkinkan.
Tiba-tiba Reta membuka kedua matanya dan tersenyum penuh arti.
-------------------------------------------------
"Tuh, liat lu pada ada pasangan terhot seantero sekolah", ucap Gabby dengan julid. Sedangkan Harvey dan Reta sibuk pada makanan yang di hadapan mereka. Trio sekawan itu sedang berada di kantin, keadaan kantin saat ini begitu ramai karena jam makan siang. Namun sepertinya bukan karena jam makan siang.
"Heh! Lo berdua ga asik banget! Sautin kek!", ucap lagi Gabby melirik pada Harvey yang masih setia pada makananya dan Reta yang mulai menyimak pada ucapan Gabby.
Reta melirik pada meja Vale dan Raiden. Kedua pasangan baru itu sedang bercengkrama dengan bahagia sambil menunggu pesanan makanan mereka datang.
"Sus", ucap Harvey dengan singkat. Reta melirik pada Harvey seolah bertanya apa maksudnya. Namun, Harvey tidak menjawab dan hanya mengangkat kedua bahunya.
"Ayo ke kelas", ucap Harvey pada Reta dan Gabby. Kedua gadis itu pun menurut ucapan Harvey dan melangkah menuju kelas.
Di dalam kelas
"Pii, Raiden itu orangnya kayak gimana?", tanya Reta pada Harvey dengan suaranya yang kecil di dalam kelas. Saat ini kegiatan belajar sedang berlangsung.
Harvey menghentikan kegiatan menulisnya dan melirik Reta dengan heran "Kenapa emangnya?", ucap Harvey.
"Penasaran aja", ucap Reta yang mengundang kecurigaan pada Harvey. "Lo naksir Raiden?", tanya Harvey.
"ENGGA LAH", teriak Reta sambil memukul tangannya ke meja.
"Auretta Prissia Izora! Kamu tidak menyimak materi yang saya terangkan?", ucap guru ekonomi tersebut sambil membenarkan kacamatanya.
"I-iya bu, e-eh maksdunya engga", ucap Reta dengan ragu. Guru matematika itu menggelengkan kepalanya "KELUAR", teriak guru itu yang membuat Reta memejamkan matanya karena terkejut. Pada akhirnya, ia menuruti perkataan guru tersebut.
Reta berakhir duduk di depan kelasnya. Beruntungnya di kelas Reta tidak ada jendela yang menghadap keluar kelas, oleh karena itu ia bisa bersantai ria di depan kelasnya.
"KAMU KELUAR SEKARANG!", teriak seorang guru dari kelas yang bersebelahan dengan kelasnya Reta.
Reta tersentak mendengar teriakan guru tersebut, ia tidak menyangka bahwa pintu yang dibuka barusan akan mengeluarkan suara sedahsyat itu.
Seorang laki-laki keluar dari kelas sebelah tersebut dan guru yang berteriak itu langsung menutup pintunya dengan kencang. Mata Reta membulat dengan sempurna dan ia menutup mulutnya yang terbuka dengan tangannya. Seketika ia teringat oleh kejadian kemarin. Mas Kumbang!
Mas kumbang melihat ke kiri dan kanan. Di sebelah kanan terlihatlah Reta. Laki-laki itu atau sementara bisa kalian sebut Mas Kumbang melambaikan tangannya pada Reta. Sedangkan Reta ia membuang mukanya dan terus berkomat-kamit karena ia malu dengan kejadian kemarin!
Selang beberapa menit, tidak ada suara sama sekali dari lorong kelas itu. Dengan keberanian, Reta mencoba menengok kembali ke arah Mas Kumbang dan rupanya laki-laki itu sedang menatap Reta!
Reta ingin membuang mukanya kembali tapi ia merasa tidak enak karena menurutnya hal tersebut tidak sopan. Akhirnya Reta memutuskan untuk melambaikan tangannya pada laki-laki itu dan memasang senyumnya yang terlihat seperti terpaksa.
Mas Kumbang masih menatap Reta dan hal itu membuat Reta merasa canggung. Sampai akhirnya laki-laki itu berjalan ke arah Reta dan duduk disampingya.
Terlihat jelas di wajah Reta yang menggambarkan bahwa masa remajanya telah usai.
"Kemar-", ucap Mas Kumbang yang langsung dibungkam mulutnya oleh Reta.
"Kemarin cuacanya cerah kan? Iya kan?", ucap Reta yang terdengar seperti memaksa. Reta tidak melepaskan tangannya dari mulut Mas Kumbang, sampai akhirnya ia menganggukan kepalanya.
Reta menghela nafas legah. "Lu kenapa mas? Kok bisa diusir brutal gitu?", ucap Reta pada Mas Kumbang.
"Gurunya ga asik diajak bercanda", ucap Mas Kumbang pada Reta.
"Emangnya lu apain?", tanya lagi Reta pada Mas Kumbang karena ia penasaran apa maksud yang diucapkan oleh laki-laki tersebut.
"Ganti spidol kelas pake spidol permanen", ucap Mas Kumbang dengan senyum puasnya karena teringat kembali ekspresi guru matematikanya saat berusaha menghapus coretan spidol di kelas tadi.
Reta menggelengkan kepalanya, tidak heran ia melakukan keusilan seperti itu. Dilihat dari tampang nakalnya rupanya sifatnya pun ada sedikit 'nakal' atau iseng.
"Kamu sendiri kenapa?", tanya Mas Kumbang pada Reta dengan penasaran.
"Aku kamu banget nih?", batin Reta
"Teriak di kelas", ucap Reta dan ia mulai menghelakan nafasnya lagi karena mengingat kebodohannya di kelas.
Mas Kumbang tertawa "Kok bisa?", tanya Mas Kumbang penasaran. Reta pun menceritakan kejadian tadi. Sedangkan Mas Kumbang ia terus menerus menganggukan kepalanya. Entah ia benar-benar menyimak atau mendapatkan ide baru untuk kejahilannya? Setelah itu, Reta dan Mas kumbang tiada hentinya saling berbicara.
"E-eh lu kenal Theodore ga sih? Anak kelas dua?", ucap Reta pada Mas Kumbang. Seketika ia menanyakan pertanyaan tersebut pada laki-laki itu karena ia pikir mungkin laki-laki ini memiliki banyak kenalan.
"Kenal", ucap Mas Kumbang dengan menyakinkan. Reta langsung terlihat begitu semangat "Yang mana sih orangnya?", ucap Reta dengan antusias yang tak bisa disembunyikan. "Sekelas kok sama gua", ucap Mas Kumbang sambil memangku kepalanya dengan tangan kirinya menghadap Reta.
"Hoo, tapi orangnya yang mana loh?", ucap Reta dengan gemas pada Mas Kumbang.
"Cowok pendek, pakai kacamata, ada tahi lalat di pipinya", ucap Mas Kumbang dengan jelas. Sedangkan membayangkan hal tersebut ia jadi teringat seseorang.
"Loh itu bukannya Sep-", ucapan Reta yang terpotong karena ia mendengar suara pintu kelas sebelah terbuka namun bukan hanya suara pintu yang terdengar.
"THEODORE WILDER BRIXTON! SAYA SEDANG MENGHUKUMMU BUKAN UNTUK BERCANDA DENGAN SEORANG SISWI!", teriak guru kelas sebelah dengan tiba-tiba membuat Reta terkejut namun kali ini bukan teriakan guru tersebut yang membuatnya menjadi demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch Turns
FantasyValeria Elanora Celestine, seorang remaja perempuan yang sedang mengalami fase jatuh cinta kepada seorang laki-laki di sekolahnya yang bernama Theodore Wilder Brixton. Valeria tidak berani mengungkapkan cintanya sampai ia bertemu dengan Raiden Wins...