1

400 8 1
                                    

Bismillah
Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih 💚

*******


Hari ini sudah waktunya panen raya Agus sangat repot untuk mempersiapkan keperluan panen, karena dia sendiri tidak ada yang membatu mengontrol dan mengawasi panen kali ini.

Orang tua Agus sudah berpulang 1 tahun yang lalu, ditambah dia anak tunggal yang kini bersetatus duda pula lengkap sudah kesendirian Agus. Unrungnya dia masih memiliki Pak dhe dan bu dhe dari bapak untuk mengurus sawah peninggalan bapak yang sangat luas itu.

Timbul keinginan Agus untuk menikah lagi agar ada teman ngobrol waktu malam, ada yang masakin dan ada yang memperhatikan. Selama ini dia merasa kesepian karena mengurus keperluan rumah sendiri.

*******

Sari baru saja pulang dari Jogja karena selama ini dia menemani neneknya sambil kuliah di sana. Karena kuliah sudah selesai dan nenek sudah meninggal 3 bulan lalu Sari memutuskan pulang ke rumah orang tuanya di desa Sumberjati.

Sejak kecil Sari memang diasuh oleh nenek untuk menemani masa senjanya. Waktu bertemu orang tuanya hanya saat tertentu saja sehingga dia sangat rindu dengan ibu dan bapak hubungan keduanya sangat dekat meskipun tidak tinggal bersama.

"Buk, bapak kemana? Kok aku bangun tidur ndak liat bapak." Tanya Sari.

"Bapak ke sawah, hari ini kan wayahe panen. Ibu juga mau ke sawah nanti nyusul ya, tahu kan sawah bapak?" Jawab ibu.

"Nggeh buk, tapi nanti ndak disuruh panas-panasankan? Sari ndak kuat kali panas buk." Nego Sari.

"Ndak, mosok anak ibuk mau dijemur. Disana ada mas mu juga yg bantu jadi ndak usah takut." Usil ibu.

"Siap, nanti habis mandi aku nyusul buk." Jawab Sari sambil berjalan ke kamar mandi.

*******

Agus sedang di sawah mengawasi panen raya, dia sudah mengutarakan niatnya kepada Pak dhenya untuk menikah lagi tadi sebelum ke sawah.

Agus berjalan ke arah sawah Pak Supri untuk melihat hasil panen, karena hasilnya langsung dibeli Agus sehingga tidak perlu menjemur hasil panen.

"Pripun hasil panen tahun niki Pak?" Tanya Agus dengan sopan.

"Apik Gus, lumayan balek modal iki nko keterone." Guyon Pak Supri.

"Nggeh kadose, namung kaleh Wanto Pak??" Tanya Agus karena hanya berdua dengan anak sulungnya.

"Halah iyo, ibukne nyusul mari ngene." Jawab Pak Supri.

"Mengko ora usah diusung neng ndalan yo To, nko ben diusung cah-cah liane." Beritahu Agus kepada Wanto.

"Siap Juragan." Canda Wanto. Agus adalah teman dekat Wanton jadi terlihat lebih akrab.

Hari sudah panas Pak Supri sekeluarga sedang menikmati kiriman yang dibawakan Sari di saung sawah.

"Healah, anak wedok neng sawah. Ra wedi lek ireng ta nduk??" Canda bapak.

"Hehe, kan pakek baju panjang to Pak." Bela Sari.

"Halah gayamu Sar, ireng rapopo tambah manis." Guyon Masnya.

"Manis-manis masane aku gula apa??" Sewot Sari.

"Halah-halah kalian malah gelut, wes gek dimakan." Lerai ibu.

Saat mereka asik berbincang Agus sengaja mendekati saung dan ingin bergabung.

"Wah juragan gabung sini lo, ngiyup disek diterusne mengko maneh." Ajak Wanto.

"Halah kari sitik iki, tanggung." Jawab Agus.

"Le, leren disek. Mangan bareng kenek." Ajak Pak Supri.

"Nggeh, matur nuwun Pak." Jawab Agus sambil mendekat ke saung.

Dalam hati Agus bukan ini perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama tadi. Tadi dia melihat wanita cantik membawa rantang ke sawah, tidak disengaja ternyata dia adik Wanto temannya.


*******

Acara makan-makan di saung sudah selesai, kini waktunya mereka pulang karena panen sudah selesai.

Sembari berjalan ke arah jalan pulang Agus bercakap-cakap dengan Wanto.

"To, cah ayu mau sopo?" Tanya Agus.

"Adhiku, kesemsem ketoke juraganku iki." Guyon Wanto.

"Hehe, ketok yo? Aku pingin rabi karo adhimu, setuju ndak awakmu?" Tanya Agus.

"Lah gemblung adhiku jek cilik, mosok arep rabi. Tapi lek Sari gelem yo oleh, langsung tembung bapak wae aku ora ono hak." Jawab Wanto.

"Berarti setuju awakmu yo, tulunglah ewangono aku ra mesakne aku nandi-nadi dewe. Kesepian aku." Sedih Agus.

"Setuju, aku kenal amu yo ws suwe tapi iki seng nglakoni adhiku duduk aku. Aku mung iso ngewangi sak isoku, sak luwihe tergantung keputusane Sari." Jawab Wanto.

"Siip, sesok aku arep tembung neng bapakmmu. Tapi ojo bocor rencana iki." Jelas Agus.

"Nggeh Juragan." Canda









Terimakasih sudah membaca kisah cinta Juragan Agus.


Kritik dan saran bisa ditulis dikolom komentar, terimakasih 🥰 🥰 🥰 🥰

Cinta Sang Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang