Happy reading....
🌸🌸🌸
Karena tidak mau diteriaki lagi aku langsung bergegas keluar dari kamar dan menuju dapur, disana mama sudah memotong - motong bahan makanan untuk makan malam. Semuanya lengkap, ada sayuran warna warni berupa wortel, kol, kentang, ayam dan lain - lain. Bisa kutebak kalau malam ini mama sepertinya akan masak sup.
"Kamu goreng ikannya dulu ya, mama mau keluar dulu ada sesuatu yang harus dibeli." Ucap mama.
Dia melepas apronnya dan memberikan spatula itu padaku, langsung saja aku terima karena perintahnya hanya di suruh menggoreng ikan.
Santai, menggoreng ikan itu gampang kok, persoalan kecil.
"Jangan lupa di balik ya, ikannya. Mama gak mau nanti ikannya sampai gosong, soalnya mama malam ini mama mau makan ikan. Udah lama mama tuh gak makan ikan goreng." Ujarnya dengan wajah senang sumringah. Sepertinya mama sangat berharap besar dan sudah mencita - citakan ikan goreng ini.
Sementara aku sibuk memandangi ikannya yang digoreng dengan api sedang, di ruang tengah yang tak jauh dari dapur aku bisa mendengar dan melihat adikku yang sampai sekarang aku masih belum tahu nama dia siapa.
Dia terlihat begitu fokus pada permainan game mininya, dia duduk diatas sofa mengabaikan animasi kartun yang sedang tayang ditv. Dia berteriak kegirangan saat ia berhasil mengalahkan musuh dan melewati tantangan, lalu akan frustasi dan kesal saat ia kalah.
Aku diam - diam mendekat melihat permainan game yang dimainkannya, dari belakang aku bisa lihat game dimana anak perempuan dikejar oleh penyihir jahat didalam sebuah ruangan.
"Main apa tuh."
Adikku mendongak keatas dan melihatku. "kepo deh, udah sana masak nanti dimarahin mama lagi."
Aku mendelik kesal dengan respon adikku, sungguh tengil. Auranya seolah membangkitkan kejengkelanku saat melihatnya yang sedikit menghindar, seperti sedang tidak ingin dilihat, diperhatikan karena dia terganggu. Dia pikir aku ingin meminjam konsol gamenya, dia tidak ingin meminjamkan makanya dia menjauh.Padahal aku memang ingin mencoba meminjamnya, habisnya melihat dia bermain seru sekali aku jadi tertarik untuk mencobanya kan.
"Kakak boleh main tidak? Sebentar aja kok, ya mau ya." Kataku padanya penuh harap, aku sampai memperlihatkan tatapan nanar penuh harap padanya. Berharap dia akan luluh dan meminjamkan aku untuk bermain.
Dia menatap kesal sebelumnya lalu memberikan aku untuk bermain. "Ini. Tapi harus menang ya."
Aku dengan cepat mengampil konsul game itu dan menganguk bersemangat. "Iyaaa, kakak menangin."
🌸🌸🌸
Author pov"Mama pulang."
Wanita barusia empat puluhan tahun itu pulang dengan membawa sekantong belanjaan yang cukup banyak, saat masuk ke dalam rumah di ambang pintu ia sudah disuguhkan dengan pemandangan kedua anak gadisnya sedang bermain bersama.
Ia tersenyum melihat itu, kedua gadisnya sangat kompak saat bermain apa lagi dengan anak bungsunya yang begitu bersemangat mendukung kakaknya.
Namun ditengah - tengah ia memandangi kedua anak gadisnya itu, mengeryit - mengeryitkan keningnya saat aroma - aroma kegosongan tercium. Ia menghirup beberapa kali sampai ia sadar jika aroma kegosogan itu berasal dari arah dapur, dengan panik dan segera dia berjalan menuju dapur dan melihat apa yang sudah terjadi.
"YAA AMPUNNN CALIAAA."
Kedua bocah yang sedang asik bermain itu lantas menengok ke sumber suara, keduanya sama - sama melihat mamanya yang sudah melotot kearah mereka atau yang lebih tepatnya kearah Calia.
Nafasnya berhembus dengan cepat, dadanya kembang kempis dan kalau bisa wajahnya merah juga lengkap dengan tanduknya yang perlahan muncul. Tapi itu hanya ada di imajinasi Camila, sang anak bungsu.
Camila yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan tidak ingin terlibat, ia mengambil konsol game ditangan Calia dan segera berlari untuk menjauh.
"Kamu memang tidak pernah mendengarkan mama ya, Calia."
Calia yang sudah siap siaga namun masih menatap mamanya yang sudah gelap mata itu sambil memegangi raket nyamuk.
Camila Pov
Mama sekarang sedang marah besar sama kakak, karena gara - gara kakak ikan yang digoreng sama mama gosong. Lagian salah kak Calia juga sih, main game jadinya lupa sama tugas mama.
Rasanya sekarang aku seperti sedang menyaksikan aksi banteng merah, mama adalah bantengnya dan kakak adalah orang yang memegang kain merah. Mama siap menyeruduk apa bila kak Calia bergerak sedikit pun untuk melarikan diri.
"Mama, aku minta maaf ma. Aku itu tadi lupa, sumpah aku lupa beneran. Aku tidak bermaksud buat ikannya gosong. Mama jangan marah dong, aku takut." Ucap kak Calia memelas pada mama memohon untuk mama tidak marah lagi.
Tapi terlambat, mama bukan orang yang suka mentorelir suatu kesalahan.
Aku hanya bisa melihat kak Calia dikejar oleh mama dan sesekali memukul kak Calia menggunakan raket nyamuk, aku tidak bisa membantu apa - apa karena aku pun tak mampu mengalahkan mama.
Perlu di ingat bahwa mama adalah ratu dirumah ini, tidak ada satu pun yang boleh membantah mama dan harus patuh terhadap mama. Kalau sampai melanggar, maka ya seperti ini jadinya.
Aku sedikit kagum melihat kak Calia yang berlari dari kejaran mama dan selalu dapat menghindar dari hantaman raket nyamuk itu, mulutku terbuka lebar melihat apa yang terjadi di mata kepalaku ini seperti di game gadis dan penyihir tadi.
Kak Calia mampu mengindar dari setiap hantaman rakte nyamuk itu, walau pun sesekali ia juga kena. Ini sangat mirip dengan permainan di game, mama adalah penyihir jahatnya dan kak Calia adalah gadis yang dikejar. Aku memblalakkan mataku kagum melihat mama dan kak Calia sampai mulutku mangap dibuatnya.
"Waahhhh. Kerenn!!" Gumamku.
Saat kak Calia berlari kearahku, aku segera berbalik dan menaiki tangga. Jadi posisinya sekarang, aku pelari paling depan setelah itu kak Calia dan paling belakang ada mama yang mengejar dengan raket nyamuknya.
Aku berlari masuk ke kamar dan menutup pintu lebih dulu sebelum kak Calia masuk, sayang sekali kak Calia terlalu lambat maka dari itu aku menutup pintunya lebih dulu. Disituasi yang b
erbahaya ini, bukankah lebih baik menyelamatkan diri sendiri dulu. Bukannya egois tapi harus tetap realistis.
Ya meskipun masih bocah berusia 9 tahun, tapi memang harus dibiasakan untuk berpikir realistis bukan.
🌸🌸🌸
Hufttt...Aku menghela nafas setelah aku masuk ke kamar, ternyata tidak hanya diluar sana aku bertemu orang seram dan mengerikan. Karena didalam rumah ini pun juga ada yang lebih menakutkan, walau pun sesama perempuan tapi mamaku itu sudah berubah wujud menjadi ibu - ibu. Dimana ibu - ibu adalah ras terkuat dimuka ini.
Setelah tadi sore aku dikejar oleh komplotan gangster, tiba dirumah justru makin buruk. Aku dikejar oleh monster pemilik rumah ini.
Pernah sekali aku berurusan dengan ibu - ibu, aku langsung trauma dan tidak mau kejadian itu kembali terulang. Rambutku yang baru saja perawatan di salon mahal harus rontok karena amukan ibu - ibu, walau pun kita merasa benar tapi harus tetap mengalah kalau tidak kita yang akan terkalahkan.
Apa semua ibu - ibu seperti itu ya? Sudah tahu salah tapi tetap menyalahkan, semua yang mereka katakan sudah harus benar. Lalu senjata pamungkas mereka adalah; Awas kamu, kualat kamu kalau melawan sama orang yang lebih tua. Berdosa kamu.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calia Dimension
Teen FictionApa kalian pernah jatuh cinta? Kalau pernah, lalu bagaimana rasanya jatuh cinta itu? Bahagia atau sakit? Atau bahagia dan sakit?