Dimensi Calia 13

28 24 5
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

🌸🌸🌸


Ruang kelas 3 - 2

Ini adalah kelas ku yang sekarang, saat tadi aku akan berjalan menuju kelas tak sengaja aku melihat papan pengumuman berisikan peringkat nilai tertinggi sampai dengan ruang kelas.

Disana tertulis Ruumi Calia Amanda adalah siswi dengan predikat nilai tertinggi dari semua murid di angkatannya, tapi aku tidak tahu pasti mungkin sekarang adalah tahun ajaran baru makanya ada sistem dimana semua murid kembali di acak dan di tempatkan di kelas yang berbeda.

Dan beruntungnya saat aku lihat di sana, aku tidak satu kelas dengan Irine. Suatu kelegaan karena memang ada niat untuk aku menjauhinya, jelas karena aku bukanlah Calia sahabatnya yang dulu.

Kalau dulu Calia begitu menyanyangi Irine, sekarang justru berbeda meskipun Irine sendiri merupakan idola di sekolah ini tapi sama sekali aku tidak peduli. Bagiku dia bukanlah orang baik untuk aku dapat menjalani kehidupanku yang sekarang ini, aku ingin kehidupan ku yang sekarang ini berjalan dengan baik tanpa ada gangguan apa pun dari orang lain.

Aku menggeser pintu kelas membuat dua orang disana terkejut dengan kemunculanku, kami bertiga saling menatap satu sama lain karena sama - sama terkejut.

Aku merendakan kepala ku menatap mereka, aku berjalan masuk mencari bangku yang kosong. Sampai aku mendapatkan ada dua meja paling belakang lebih tepatnya di dekat dua murid itu sedang berdiri.

"Pemisi." Aku menatap mereka canggung, sama mereka juga bingung melihatku.

Mugkin karena kami tidak saling mengenal makanya sampai canggung begini.
Aku melihat penampilan mereka berdua, yang sepertinya tidak jauh berkelas dengan penampilan Irine. Mereka berdua mungkin bisa saja adalah salah satu anak orang kaya yang bersekolah di sini dan kebetulan mereka adalah teman kelas ku.

Tak lupa juga aku melihat kamera ponsel dengan fitur menarik dilayar itu, barulah aku mengerti kalau kedatanganku mungkin mengganggu mereka yang sedang membuat video untuk di upload di media sosialnya.

Tak ingin terus berlarut - larut dengan mereka, aku pun segera berbalik dan fokus saja pada pada tugasku. Aku baru ingat kalau saja sekarang ini aku harus menuliskan surat pernyataan untuk nanti di kumpulkan pada guru olahraga.

Aku mulai membuka tas dan alat tulis lalu mulai menuliskan kata demi kata merangkai kalimat mutiara yang seindah mungkin.

🌸🌸🌸


Sesuai kesepakatan tadi kini aku sudah berada di depan tepat ruangan dimana di dalam para guru bekerja, aku memandang sejenak surat pernyataan yang tadi aku tulis. Aku baca kembali dan memastikan tidak ada kesalahan kata sedikit pun, sementara aku berdiri di di ambang pintu sambil menatap kertasku seseorang datang dan langsung melewatiku begitu saja.

Aku menatap kedepan melihat punggungnya dari belakang, yang aku yakini kalau dia adalah cowok itu. dia datang dengan niat yang sama seperti ku.

Aku berjalan mengekorinya dari belakang berjalan menuju meja guru olahraga tadi, mungkin sudah bukan guru olaragah tapi guru kesiswaan. Jadi perannya sangat besar untuk mendisiplinkan para murid nakal dan melanggar.

Aku dan dia terdiam saat tiba dimeja guru itu, melihat kalau sosok yang katanya guru kesiswaan tapi malah asik tertawa keras menonton acara komedy di layar komputernya. Tapi ini masih mending sih, dari pada guruku yang lalu dia ketahuan menonton film porno.

"Hei... Heiii..... Haeiii!!"

Aku tersadar setelah guru kesiswaan itu beberapa kali memanggilku, rupanya aku sedang berlaruk memikirkan bagaimana cabulnya dulu guru kesiswaan disekolah ku.

"Ada ap-"

Belum sempat dia berbicara aku lebih dulu memotongnya dengan mengambil segera kertas cowok itu dan memberikannya pada guru. "Ini pak, kami sudah selesai mengerjakannya. Kami janji tidak akan pernah lagi melakukan tidakan serupa."

Aku membungkuk memberi hormat dan mendorong punggung cowok itu untuk segera pergi.

🌸🌸🌸


"Hufttt..." Aku menghembuskan nafas setelah kami berdua keluar dari ruangan guru, berbafas lega setelah satu permasalahan telah di selesaikan sampai aku kembali lagi tidak menyadari kalau saja dia sedang menatap aneh diriku.

"Kenapa? Kenapa lihat aku seperti itu?"

Dia tidak mengubrisku dan terus saja menatapku dengan wajahnya yang begitu datar, apa dia selalu seperti ini pada semua orang?

Dia menatapku dan berpikir kalau aku ini terlihat aneh, padahal justru akulah yang berpikir dia aneh karena kenapa juga menatap orang seperti itu. Kalau ada yang salah kenapa tidak langsung bilang saja, tidak perlu menatap dengan seperti itu.

Dia berhenti menatapku dan berjalan pergi setelah mendengar bel sekolah berbunyi, itu artinya sekarang sudah menunjukkan waktu dimana mata pelajaran selanjutnya akan kembali dimulai.

Kami berjalan menuju kelas bersama dengan murid yang lain sementara aku berjalan tepat di belakangnya, langkah kaki ku sedikit melambat saat melihat dia berjalan masuk di ruang kelas yang sama denganku.

Itu artinya kami satu kelas.
Aku cukup terkejut lagi dan menghentikan langkahku di ambang pintu melihat dia duduk tepat disamping tempat dudukku, dimana posisi bangku di kelas ini disusun berpasang - pasangan. Dan kebetulan bangku di samping tempat dudukku adalah satu - satunya yang masih kosong.

Dia dengan santinya duduk dan tidak menghiraukan anak - anak yang lain yang masih berisik disini, tatapannya dia alihkan ke arah luar jendela mungkin untuk menjernihkan pikirannya dari kelas yang sangat berisik ini.

"Sana minggir!!"

Aku sedikit terdorong karena ulah beberapa orang yang berlarian masuk ke kelas, seketika itu juga aku sadar kalau sedari tadi aku terus memperhatikannya dimana diriku masih berdiri sempurnah di ambang pintu.

Di saat yang bersamaan juga guru datang dengan membawa beberapa buku sebagai bahan ajarnya, kelas yang semula begitu berisik dengan cepat kembali kondusif dengan para murid yang masih - masing duduk di tempat duduk mereka.

Dia menatapku saat aku akan duduk tepat di sampingnya, dengan ekspresinya yang tenang tapi aku bisa membaca di sorot matanya yang terkejut saat tahu aku adalah teman duduknya.



TBC...

Calia Dimension Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang