Happy reading.....
🌸🌸🌸
“Kalian!! Ngapain disitu?”
Kami berdua sama – sama terdiam, aku berhasil melompat turun dengan selamat karena bantuannya tapi bukan berarti kami berdua akan selamat begitu saja.
“Kenapa diam? Balik sama saya dong, saya ini sedang bertanya sama kalian.”
Aku saat itu berniat untuk berbalik melihat sosok yang sudah memergoki kami memanjat tembok sekolah, tapi tanpa aba – aba cowok ini dengan cepat menarik tanganku untuk kabur.
Bukannya menyelesaikan masalah tapi kami berdua justru lari dari masalah, jika kemarin kami berdua dikejar oleh sekelompok gangster sekarang kami berdua lagi – lagi dikejar oleh guru olahraga.
Kenapa aku sebut guru olahraga karena dia berpakaian olahraga, aku berbalik lagi melihat pak guru itu dia botak, matanya sipit, pipinya tembem dan gendut.
Melihat penampilannya mungkin benar dia guru olahraga dan guru olahraga tidak harus bertubuh atletis kan, tidak apa – apa perutnya buncit tapi yang jadi masalah sekarang meskipun dia bucit tapi larinya sangat cepat.
Dia mengejar kami dengan membawa pemukul berukuran panjang dan tipis, tapi walaupun tipis aku yakin efeknya pasti sangat dashat jika terkena pukulannya.
Di saat semua orang sedang tenang – tenangnya belajar dan mendengarkan penjelasan guru yang mengajar, kami berdua justru panik karena telah ketahuan memanjat tembok. Semua bagian sekolah kami lalui, mulai dari halaman depan, belakang, lantai bawah sampai dengan lantai atas.
“Huhhh, aku capek.” Keluh ku padanya.
Kami berdua berhenti saat melihat jika dibelakang guru olahraga itu sudah tidak terlihat, aku membungkuk menumpukan tanganku dengan memegangi kedua lututku yang sekarang ini sudah lemas karena terlalu lama berlari.Aku masih harus mengatur nafasku dengan tenang tapi lagi – lagi dia menarikku ke semak – semak lebih tepatnya bersembunyi, karena ternyata guru olahraga itu tak jauh sedang mencari keberadaan kami.
“Kalian berdua ngapain disitu?” Ucap tiba – tiba seseorang dari jendela.
“Husssttttt.”
Dengan kompak kami berdua berbalik dan menyuruhnya untuk diam, kami tidak tahu siapa cowok berkaca mata itu yang tiba – tiba saja bersikap sok asik pada kami. Dia dengan beraninya memunculkan dirinya dari jendela kelas sementara guru didalam sana masih sedang menjalaskan.“Ooiiii!!”
“Pak guru!! Aku sedang berbicara dengan mereka berdua.”
Kami berdua mendegus kesal saat cowok berkaca mata sialan itu menunjuk keberadaan kami, dan taka da pilihan lain selain dengan kabur sebelum guru olahraga itu semakin dekat.
“Fu*k”
Aku mengajungkan jari tengahku padanya dan mengupatinya sebelum berlari berlari pergi, seperti tidak tahu apa – apa dia justru terlihat bingung saat aku dengan kesal menlontarkan umpatan padanya.
Kami berdua terus berlari dengan guru olahraga yang tak pantang menyerah mengejar kami, tekadnya begitu besar untuk bisa mendapatkan kami. Tidak kebayang nantinya hukuman apa yang akan dia berikan jika saja kami berdua berhasil tertangkap, yang jelas jangan sampai di keluarkan dari sekolah.
Kalau sekolah mengirim surat kepada mamaku tentang kelakuan ku ini, mungkin dia tidak akan ragu lagi membunuhku.
Braggghhh….
Dan pada akhirnya sepandai – pandainya tupai melompat kami berdua tetaplah tertangkap juga, perbuatan jahat memang selalu tidak berakhir baik. Seperti takdir memenangkan guru olahraga itu, karena bagaimana bisa secara tiba – tiba ada tukang bersih – bersih sekolah muncul saat kami tadi akan berbelok.
Alhasil kami berdua saling adu bantengnya, namun kalah karena dia membawa alat kebersihannya.
🌸🌸🌸
Dua anak remaja itu hanya bisa meratapi nasibnya saat berhadapan dengan guru yang katanya terkenal sangat killer di sekolah. Dengan tongkat panjang, guru olahraga itu tidak pernah berhanti dan mengalihkan padangannya dari kedua anak muridnya itu.
Calia bergerak tak nyaman sedari tadi, sinar matahari terik menerpa dirinya begitu sangat menyilaukan. Belum lagi penampilannya sekarang ini yang sangat urak – urakkan, seragamnya kotor dan basah kuyup karena tadi tertimpa air bekas pel dan tumpukan sampah yang dibawa tukang bersih sekolah ini.
Bau keringat, bau sampah dan berbagai macam bau bertemu jadi satu di seragam sekolahnya. Sementara dia yang sedang gelisah, takut dan tertekan orang yang berada disampingnya ini justru terlihat sangat tenang.
Rasa sedikit penyesalan karena mengikuti jejak orang ini, sekarang dia jadi dihukum. Kalau saja tadi dia menuruti perkataan penjaga sekolah itu mungkin dia akan baik – baik saja meskipun melewatkan satu mata pelajaran.
“Sial.”
Runtuknya dalam hati.
“Kalian berdua ini benar – benar keterlaluan, berani sekali kalian memanjat tembok sekolah. Sangat tidak beradab, seperti pencuri saja.” Omel guru olahraga itu yang masih terlihat kesal.Bagaimana tidak kesal kalau tadi diriya sempat di permainkan oleh kedua murid itu, karena ulah mereka hari ini tenaganya terkuras habis. Keliling sekolah dia berlari mengajar mereka, tapi demi menegakkan kedisilinan di sekolah ini dia rela berjuang sekuat tenaga untuk menangkap mereka.
“Bapak tidak akan membiarkan kalian berdua lolos hari ini, pokoknya kalian berdua harus dihukum seberat – beratnya.” Lanjutnya lagi.
“Sekarang kalian berdua lari keliling lapangan basket ini, tidak boleh berhenti sampai jam pelajaran pertama selesai.”
“paham!!”
“Tapi pak, kita itu capekk.” Ujar Calia dengan cepat dengan ekspresi memelas.
“Capek? Hei, kenapa? Tadi saja kalian larinya kencang sekali, saya sampai kewalahan sampai ngos – ngosan. Sekarang gantian, kalian yang harus lari sampai ngos – ngosan.”
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calia Dimension
TienerfictieApa kalian pernah jatuh cinta? Kalau pernah, lalu bagaimana rasanya jatuh cinta itu? Bahagia atau sakit? Atau bahagia dan sakit?