HAPPY READING
🌸🌸🌸Sisa - sisa air hujan masih membasahi jalan, air yang masih tergenang lantah begitu saja saat dengan cepat sebua motor melewatinya.
Motor sport hitam yang di kendarai oleh seorang laki - laki remaja, melintas melewati gerbang rumah yang baru saja di buka aksesnya oleh seorang pekerjanya.
Dengan meneteng helmnya dia berjalan masuk dan samar - samar ia mendengar suara gaduh dari dalam rumah, semakin ia dekat semakin keras dan jelas juga suara gaduh itu.
"Tuan dan nyonya bertengkar lagi." Adu seorang wanita yang memakai seragam maid itu.
Remaja laki - laki yang bertubuh jakung itu sama sekali tak mengubris, dengan wajah datar dan sikapnya yang begitu santai ia duduk dan membuka kedua sepatunya.
Brakk....
Crang!!
Crang!!
Terdengar suara pecahan barang hinggah beberapa kali, beruntung yang punya orang kaya jadi tidak masalah sekalipun mau sampai membakar ini. Pikirnya.
"Kamu selingkuh lagi!!!"
"Dasar brengsek!! Bajingan!!"
Dengan santainya dia melangkah masuk ke ruang utama rumahnya, ruang dimana pusat pertengkaran antara kedua manusia berbeda gender itu terjadi.Seorang pria dan wanita yang berusia empat puluh tahun dengan pakaian formal mereka adalah sepasang suami istri, tapi lebih terlihat seperti dua biantang buas yang akan saling menerkam satu sama lain. Kondisi ruang tengah itu begitu kacau dan barang - barang berserakan dimana - dimana, bahkan remaja laki - laki itu bisa melihat kedua orang tuanya sama - sama memegang alat untuk memukul.
"Aku pulang." Ujarnya yang berhasil membuat sepasang suami isteri itu mengalihkan peratian mereka kepada sang putra.
Wanita yang merupakan ibu, dengan penampilannya yang kacau dan beberapa luka diwajahnya lantas tersenyum. Seperti tidak ada yang pernah terjadi, ia melempar besi panjang itu di sembarang tempat dan berjalan kearah sang putra.
"Zayn.... Putraku sudah pulang." Ucap wanita itu sambil membelai pipi sang putra.
Diperlakukan dengan penuh kasih sayang seperti itu oleh sang ibu sama sekali tidak merubah ekspresi wajahnya, masih tetap sama datar dan begitu dingin.
"Bagaimana sekolah mu tadi, apa semua pelajaran berjalan lancar?" Tanya sang ibu.
Dia sama sekali tak ingin menatap kondisi ibunya yang penuh lebam ini, begitu miris dan dia juga sangat jijik. Dengan segera dia menjaukan tangan sang ibu yang tengah membelai wajahnya.
"Aku lelah, ibu selesaikan saja permasalahan ibu dan juga ayah."
"Zayn."
"Kalian tidak perlu mencemaskan ku, karena aku sudah biasa."
Remaja laki - laki itu berjalan pergi meninggalkan kedua orang taunya, mungin dia akan pergi menuju kamarnya.
"Kamu lihat, karena kamu Zayn jadi seperti ini. Kamu memang tidak pernah peduli dengan kami berdua."
"Semuanya tidak akan seperti ini kalau bukan kamu duluan yang mulai."
"KEPARAT SIALAN, pikirmu siapa yang selingkuh? Kamu yang selingkuh, dasar penghianat."
"Lebih baik tutup mulutmu, kau pikir sudah jadi lebih baik."
"Wanita tidak tahu diri."
"Kau juga harus pikir kenapa aku sampai melirik wanita lain."
***
Sesampainya dikamar ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tanpa berganti baju terlebih dahulu karena rasa lelah dan beratnya beban yang ia pikul baginya akan terasa nyaman jika direbahkan di atas ranjang empuknya.Meskipun masih saja kedua telinganya mendengar suara - suara bentakan, cacian dan berbagai umpatan diluar sana. Tapi itu bukanlah pertama kali dia mengalaminya, mungkin bisa di hitung beberapa sering ia melihat dan mendengarnya. Jadi sudah sangat terbiasa dan hal biasa baginya.
Zaynan Diego namanya, laki - laki remaja dengan segala yang ia miliki. Terlahir di keluarga yang kaya raya dengan banyaknya bisnis yang mereka miliki, membuatnya bisa mendapatkan apa saja yang ia mau.
Ayahnya seorang pengusaha dan memiliki banyak bisnis dan cabang dimana - mana, ibunya seorang dekan dan juga sekaligus lawyer terkenal dikota ini. Dari pekerjaan kedua orang tuanya yang berkelas itu, tidak akan ada yang tidak mengenalinya. Dan tidak ada yang akan sulit bagi Zayn kedepannya.
Belum lagi dia terlahir dengan fisiknya yang sangat sempurna, tinggi, atletis dan tampan. Di usianya yang masih delapan belas tahun tapi dia sudah jadi kegemaran banyak gadis remaja dan bahkan wanita dewasa.
Namun sayang dari semua kenikmatan yang dia miliki tapi tak satu ada yang sepenuhnya bisa membuatnya bahagia.Sebuah keharmonisan keluarga, kedua kata itu yang tidak pernah Zayn dapatkan. Mungkin pernah, tapi itu tidak lama. Berakhir begitu saja setelah ayahnya membawa pulang wanita lain.
"Huhh!!"
Helaan nafas berat untuk yang kesekian kalinya setelah otaknya mengingat kejadian awal dari semua tragedi kelam yang terjadi di hidupnya.
🌸🌸🌸
"Aku pulang."
Seruan gadis remaja dia ambang pintu, namun tak satu pun ia melihat kehidupan di dalam rumahnya itu. Sambil membuka kedua sepatunya, kedua matanya juga sibuk melihat ke sana kemarin sambil berpikir kemana semua orang? Kemana mama dan adiknya, apa belum pulang?
Namun ia tak ambil pusing, gadis dengan rambut lurus itu berjalan masuk menaiki anak tangga rumahnya untuk segera menuju kamarnya. Kamar yang merupakan ruangan dimana akan selalu menjadi tempat tujuan pertama setelah anak remaja pulang ke rumah.
Meletakkan tas sekolahnya di atas bangku belajarnya dan membuka satu persatu seragam yang ia pakai, sudah basah semua dan haru segera di dicuci bersih. Persetan dengan istirahat, dia lebih memilih untuk segera mencuci seragam sekolahnya karena besok harus di pakai lagi.
Suara hening sangat tenang dan hanya ada suara deruan mesin cuci yang berputar, gadis bernama Calia menyandarkan tubuhnya di dinding menunggu mesin cucinya secara otomatis berhenti. Dan tak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin yang terletak tepat di hadapannya.
"Masih cantik aku yang dulu." Gumamnya.
Wajahnya yang sekarang terlihat biasa saja, hmmm atau mungkin sedikit manis kalau dia tersenyum. Berbagai macam ekspresi ia peragakan dan dilihatnya langsung di cermin, kemudian akan dia nilai sendiri.
"Manis kok"
Biasa saja, tidak cantik dan tidak jelek juga. Sedikit imut dengan bentuk wajahnya yang kecil dan rambut lurusnya, yang kalau dirawat dan di perhatikan lagi rambutnya akan lebih terlihat aesthetic.
Mungkin Calia yang dulu kurang memperhatikan penampilannya, yang kalau begitu wajar saja kalau Leo meninggalkannya.
Dia jadi ingat dengan pertemuan pertama kalinya dengan sang mantan pacar Leo, seperti yang diceritakan dalam novel kalau dia memang tampan. Postur tubuhnya tinggi wajahnya bak artis korea, dia juga anak orang kaya dan punya segalanya ibarat kalau di aitu adalah seorang pangeran.
Yang kalau di pikir - pikir levelnya sangat jauh berbeda dengan Calia yang hanya seorang gadis biasa, bukan anak orang kaya dan wajahnya pun juga sangat biasa - biasa saja. Kalau dibandingkan dengan Irine tentu sangat jauh berbeda, pembawaan Irine sangat dewasa dan elegan. Rambutnya yang blonde juga terulur sangat indah, bentuk wajanya dan tubuhnya juga sangat sempurna. Sangat tidak bisa dibandingkan dengan Calia yang bertubuh datar ini.
Akan jadi sebuah penghinaan bagi Irine kalau ia dibandingkan dengan Calia.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calia Dimension
Teen FictionApa kalian pernah jatuh cinta? Kalau pernah, lalu bagaimana rasanya jatuh cinta itu? Bahagia atau sakit? Atau bahagia dan sakit?