HAPPY READING
Be advised when you read this story, live it and absord it word by word
Sorry for typo🌸🌸🌸
Zayn povtok tok tok
2 menit kemudian
Tok tok tok
"Ada apa?"
Aku berbalik dan mendapati seserorang yang aku harap membuka pintu rumah ini dari dalam, tapi rupanya dia sudah berada tepat di depanku sekarang. Rumah orang dan harapan terakhir untuk pulang, agar aku tidak menjadi gembel seperti yang ayahku katakan. Adalah rumah kakek.
"Ada apa?"
Dia bertanya padaku tentang kedatanganku di kediamannya, tapi aku tidak mengubrisnya lantaran aku hanyut dalam pikiranku sendiri melihat penampilan kekekku saaat ini. Dia dengan pakaian petaninya yang lusuh, seperti pakaian yang hanya dicuci sekali dalam seminggu. Tapi itu wajah saja, aku terkekeh pelan saat mengingat kalau ternyata kakekku adalah seorang duda tua yang tinggal. Dia tidak istri yang bisa mengurusnya dengan baik dan yang ia tahu hanyalah bertani dan mengurus kebunnya.
"Aku akan tinggal disini." Ucapku.
"Haaa...." Dia mendesah pelan, tapi tidak banyak bicara ia segara kembali mengambil kapaknya.
"Masuk saja pintunya tidak kunci."
Itulah jawabannya sebelum ia pergi meninggalkanku yang masih berdiri di depan pintu rumahnya, kulihat dia berjalan menuju arah belakang rumahnya mungkin dibelakang dia ada melakukan sesuatu.
Karena sang pemilik rumah telah mengizinkanku untuk masuk, maka dari itu tanpa menunggu lama aku membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang tidak begitu luas mungkin cukup untuk maksimal dua orang saja, rumah dengan desain sederhana tapi masih dengan fasilitas yang lengkap dan terjamin.
Ini adalah kali pertamanya aku menginjakkan kaki dirumah ini, sebelumnya aku hanya bertemu kakek saat ia sedang berbelanja di pusat kota. Jauh sebelum kakek bekerja sebagai petani, dulunya dia dulu adalah seorang lawyer terkenal juga seperti ibuku. Tapi tiba - tiba saja dia berhenti dan menyatakan pensiun. Tak lama setelah itu kakek membeli lahan bererhektar - hektar luasnya dibawah bukit dan beralih profesi sebagai petani buah dan sayur.
Klotak.... Klotak
Aku beranjak dari dudukku membuka pintu kamar melihat kakekku yang menyusun kayu bakar disamping perapian.
"Orang tuamu tidak marah kau kesini?" Tanya sambil masih menyusun kayunya.
"Ibumu tidak marah." Balasku berjalan duduk diatas sofa yang tak jauh dari perapian.
"Lalu ayahmu?"
"Dia marah, tapi hanya sebatas itu saja."
"Berapa lama kau akan disini?"
Hening sejenak menimbang apa yang akan aku jawabkan padanya.
"Aku pergi dari rumah." Jawabku lagi yang langsung membuatnya berhenti menyusun kayunya.
Dia berbalik dan menatapku, yang aku sendiri tidak mengerti dengan maksud dia menatapku seperti itu. Apa dia keberatan atau baik - baik saja aku tinggal dirumahnya.
"Tinggal disini tidak gratis, walaupun kau cucuku tapi kau tetap harus bayar."
Aku sedikit menyeringai mendengar apa yang barusan dia katakan, dia membuatku menegang dan gugup untuk beberapa saat hanya untuk mengatakan itu. Lalu dengan santainya dia kembali melanjutkan pekerjaanya, sial pria tua ini memang sejak dulu tidak dapat ditebak.
"Aku masih pelajar, ayahku tidak akan memberiku uang jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Harusnya hal seperti itu tidak perlu kau tanyakan padaku, kau tidak sebodoh itu untuk tidak tahu apa yang harus kamu lakukan."
Dia beranjak setelah menyelesaikan menyusun kayunya dan berjalan membersihkan kedua tangannya di westafel dapur.
"Jadi apa aku harus membantu kakek di kebun, kalau begitu ajarkan aku melakukannya.
Melakukan pekerjaan kakek sebagai petani."
🌸🌸🌸
Berbeda dengan remaja laki - laki yang sudah mendapatkan rumah untuk dia tinggal, nasib sial justru kembali menimpa seorang gadis bernama Calia dan adiknya di rumah mereka."Tolong biarkan mereka tinggal."
"Mama jahat sekali, kenapa kucingnya mau dibuang."
"Mama kami mohon, kami akan mengadobsi mereka dan menjaganya dengan baik."
Diua orang anak saat ini sedang berlutut memohon pada sang mama, untuk keinginan mereka dapat di iyakan. Mereka melakukan itu setelah puas menerima amukan dari sang mama, sang adik sibuk memegangi kucingnya dan sang kakak tak menyerah untuk terus membujuk melontarkan segala jaminan bahkan sampai menawarkan perjanjian.
"Mama coba lihat kucingnya, dia punya anak. Dia janda seperti mama, coba mama bayangkan bagaimana rasanya ibu kucing ini akan merawat anak - anaknya jika tidak punya rumah. Di mana mereka akan berteduh dari dinginnya hujan dan dari teriknya panas matahari."
"Mama Camila tidak bisa membayangkannya, sedih sekali kucing - kucing ini akan melalui hidup mereka yang berat tanpa rumah, tanpa tempat tinggal." Sambung Camila lagi.
Wanita dewasa bernama Sarah itu dengan mata tajamnya memperhatikan anabul yang kedua anaknya itu begitu mereka pertahankan, mereka bahkan rela berlutu di ambang pitu rumah mereka yang terbuka dan memohon padanya untuk tidak membuang ibu kucing dan anak - anaknya.
"Kami mohon mama." Ucap putrinya Calia memelas.
Ia memejamkan mata sejenak dan menganguk pelan, terpaksa ia mengiyakan permintaan mereka karena mau bagaimana lagi kedua putrinya tidak ingin masuk jika kucing dalam kardus itu juga tidak dibawa masuk.
"Yeiyyyy... Asik!! Camila janji akan merawat mereka dengan baik."
Ia hanya bisa tersenyum tipis melihat reaksi kedua putrinya yang begitu riangnya dan antusiasnya mereka masuk kedalam rumah, sambil membawa sekotak kardus yang berisikan anak - anak kucing yang begitu mereka sayang itu.
Alasan pertama dia tidak ingin ada kucing dirumah ini karena, pertama sudah jelas ia tidak ingin dengan adanya kucing rumahnya jadi berbau dan kotor. Dia sebagai wanita yang begitu sibuk bekerja dan mengurus anak - anaknya, sangat tidak bisa jika harus dihadapkan dengan keadaan rumah yang jorok.
Tapi kerena kedua putrinya siap menanggung risiko, menjaga dan merawat anabul itu dengan baik maka dengan segala pertimbangan ia mengizinkan mereka. Mungkin saja dengan mereka menuruti janji mereka tadi merawat kucingnya dengan baik, bisa membuat mereka belajar tentang bagaiman sikap bertanggung jawab atas semua tindakan dan keputusan yang mereka ambil. Sangat bagus untuk melatih mereka agar bisa belajar lebih dewasa lagi.
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
Calia Dimension
Teen FictionApa kalian pernah jatuh cinta? Kalau pernah, lalu bagaimana rasanya jatuh cinta itu? Bahagia atau sakit? Atau bahagia dan sakit?