12. berikan sebuah rumah, yang dapat ku jadikan tempat berpulang

146 12 1
                                    

Merupakan kesalahan terbesar bagi Dertan karena telah menjadikan sosoknya seorang ayah sebagai rumahnya. Memang benar, rumah bukan sekadar tentang sebuah bangunan. Akan tetapi, ayahnya tidak sepantasnya untuk dijadikan rumah ternyaman untuk menjadi tujuan terakhirnya.

Tidak ada yang menenangkan dari ayahnya, seseorang yang secara terang-terangan mengabaikannya itu. Sudah lama sekali tidak pernah memberikan kasih sayang padanya.

Seharusnya Dertan lebih sadar diri saja, karena dari dulu juga sudah seperti itu. Ibunya bahkan tidak pernah menceritakan betapa hebatnya sang ayah, dengan begitu Dertan pernah berpikiran bahwa ayahnya adalah orang yang buruk.

Namun, kenapa Dertan justru berharap padanya? Sudah seharusnya dia tidak mengharapkan apapun dari sang ayah. Karena ayahnya tidak akan mengwujudkan harapannya yang sederhana itu. Harapan di mana Dertan berkeinginan untuk diberikan kasih sayang. Bagaimanapun hanya ayahnya lah satu-satunya harapan terakhirnya.

Dertan tidak bisa berharap pada ayahnya, karena rumah yang di anggapnya dapat di tinggali. Justru terdapat banyak luka yang membuatnya berkeinginan untuk meninggalkannya.

"Sebenarnya apa yang udah terjadi? Kau lebih pendiam dari biasanya. Walaupun kau memang nggak banyak bicara, tapi kali ini kau benar-benar keliatan aneh," ucap Erlan yang sangat tahu tentang Dertan.

Mereka juga sudah sering bersama, untuk itu pun Erlan akan mengetahui banyak hal tentang Dertan. Seperti apa dia marah, dan seperti apa pula ekspresi sedihnya jika dia sedang terluka. Erlan akan mengetahuinya dengan mudah, maka dari itu. Tanpa Dertan mengatakan apapun padanya, Erlan langsung mengetahuinya.

Nadaf juga ada di sana, walaupun tidak ikut bergabung dengan keduanya. Dia memilih untuk tetap mendengarkan dari bangku belakang.

"Erlan apa kau bisa memberikanku sebuah rumah? Ini bukan tentang bangunan. Aku ingin rumah yang setidaknya bisa dijadikan tempat berpulang," ucap Dertan yang langsung menyenderkan kepalanya di pundak Erlan.

Tidak ada jawaban apapun dari Erlan, dia memilih untuk diam karena dia tahu bahwa Dertan tidak baik-baik saja. Jika dia mengatakan sepatah kata saja, dia takut jika akan salah bicara. Dan menciptakan luka baru, hanya karena dia merasa paling paham tentang keadaan Dertan saat ini.

Erlan sengaja untuk membuat Dertan mengatakan sepenuhnya yang sudah terjadi. Dia memang penasaran, tapikan bukan haknya untuk memaksa Dertan untuk memberitahunya.

"Seharusnya aku nggak ikut sama ayah, aku nggak suka tinggal bareng sama ayah," kata Dertan yang menatap Erlan dengan lekat.

Bahkan matanya terlihat sangat berkaca-kaca, bagaimana bisa Erlan tidak mengkhawatirkannya. Dia tahu semua luka yang Dertan alami selama ini. Tapi tidak ada satupun yang bisa dia sembuhkan. Dengan begitu, Erlan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Karena tidak ada yang bisa dilakukannya, selain mendengarkan cerita Dertan.

Setidaknya dengan mendengarkan semua yang terjadi pada Dertan, tidak banyak yang perlu ditanggung oleh Dertan sendirian.

"Bukannya sekarang kau punya rumah? Dan kau pun menjadi pemiliknya juga?" kata Erlan yang tersenyum manis pada Dertan. Dia ingin sekali membuat Dertan menyadari, jika dari awal dia pun sudah menjadi rumah untuk Dertan.

Paham tentang apa yang Erlan katakan padanya, Dertan pun tertawa kecil. Benar juga, nyatanya dia sudah memiliki sebuah rumah. Yang bersedia memberikan ketenangan untuknya, sebuah rumah yang bahkan menanti kedatangannya untuk singgah sebentar guna menyembuhkan sebuah lukanya.

"Terimakasih karena kau nggak pernah meninggalkan aku," ucap Dertan yang saat mengatakannya saja, dia malu untuk menatap ke arah Erlan.

Hal itu wajar saja, karena mengatakannya secara terang-terangan seperti ini. Sangat memalukan meskipun benar-benar merupakan kebeneran yang ada. Kemudian Nadaf ikut bergabung bersama mereka, seperti biasa. Dia langsung duduk di atas meja Dertan, tanpa merasa bersalah sama sekali.

Ayah Lihatlah Aku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang