04. Mengatasi luka lama

9 4 0
                                    

UPDATE LAGI NIH
TYPO MASIH BANYAK BERTEBARAN
TOLONG MAKLUM
HAPPY READING!
***

Zara duduk di pojok kelas, berusaha menyibukkan diri dengan mencatat pelajaran. Namun, pikirannya terus melayang, memikirkan Ashlan dan pesan dari Gavin yang masih belum ia balas. Sejak hari sebelumnya, perasaan campur aduk itu tak kunjung hilang, malah semakin memburuk dengan kehadiran Ashlan yang selalu tampak ceria di sekitarnya.

Ketika bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat, Seyna datang menghampiri. "Za, lo kenapa? Mukanya kusut banget," tanya Seyna sambil menatap Zara dengan khawatir.

Zara hanya menggelengkan kepala, berusaha tersenyum, tapi gagal. "Gue cuma lagi banyak pikiran aja, Na."

Seyna menggenggam tangan Zara. "Yuk, kita ke kantin. Lo harus makan biar mood-nya balik lagi."

Zara mengangguk pelan, mengikuti langkah Seyna keluar kelas. Di kantin, mereka duduk di meja yang cukup jauh dari keramaian. Seyna mulai bercerita tentang game baru yang ia mainkan semalam, berusaha membuat Zara tertawa dengan lelucon-lelucon khasnya. Meskipun sesekali Zara tersenyum, jelas sekali pikirannya masih terbebani.

Tiba-tiba, sebuah suara memanggilnya dari kejauhan. "Zara!" Itu Ashlan, yang melambai ke arah mereka dengan senyum lebar. Di sampingnya, Aubrey tampak tersenyum tipis. Perasaan hangat dan pahit menghantam Zara sekaligus. Dia berusaha membalas dengan senyum kecil, meski di dalam hatinya terasa seperti ada yang hancur.

Setelah Ashlan pergi, Seyna menatap Zara dengan tatapan serius. "Za, lo gak bisa terus-terusan kayak gini. Lo harus move on."

Zara mendesah berat. "Gue tahu, Na. Tapi susah banget buat ngelupain semua yang terjadi. Setiap kali gue lihat Ashlan, gue selalu inget masa-masa kita bareng dulu."

Seyna menghela napas. "Gue ngerti, tapi lo harus pikirin diri lo sendiri. Lo gak bisa terus-terusan terjebak di masa lalu."

Zara tahu Seyna benar, tapi hatinya belum siap untuk menerima kenyataan. Ketika mereka kembali ke kelas, Zara melihat pesan dari Gavin muncul lagi di notifikasi. Dengan ragu, Zara membuka pesan itu.

"Zara, apa gue salah ngomong? Gue cuma pengen kenal lo lebih baik. Gue ngerti kalau lo lagi ada masalah, dan gue di sini kalau lo butuh teman ngobrol. Tapi kalau lo gak nyaman, gue bisa ngerti kok."

Pesan itu membuat Zara merenung. Mungkin benar apa yang dikatakan Seyna, mungkin dia harus mulai membuka diri. Tapi hatinya masih penuh dengan luka yang belum sembuh, dan dia belum yakin apakah siap untuk memulai sesuatu yang baru.

Setelah sekolah usai, Zara memutuskan untuk duduk sejenak di bangku taman sekolah. Tempat ini selalu menjadi pelariannya ketika ia butuh waktu untuk berpikir. Zara mengeluarkan ponselnya, membuka kembali pesan dari Gavin. Dengan napas panjang, dia mulai mengetik balasan

"Hai, Gavin. Maaf baru balas sekarang. Gue lagi ada banyak hal yang harus gue pikirin. Gue appreciate tawaran lo untuk jadi teman ngobrol."

Zara menekan tombol kirim dan menghela napas panjang. Ia tahu ini bukan langkah besar, tapi setidaknya ini adalah langkah pertama. Hari itu, Zara mulai menyadari bahwa untuk sembuh, ia harus mulai dari diri sendiri. Meski Ashlan masih menjadi bagian besar dari pikirannya, dia tahu bahwa dia harus belajar untuk melepaskan, dan mungkin, membiarkan orang baru masuk ke dalam hidupnya.

***

Bisa ga ya Zara lupain Ashlan??
Tunggu update selanjutnya
Terimakasih bagi yang sudah membaca

Briefly and Eternally (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang