11. Keputusan diantara sebuah keraguan

5 2 0
                                    

UPDATE LAGI NIH
TYPO MASIH BANYAK BERTEBARAN
TOLONG MAKLUM
HAPPY READING!

***

Hari-hari berlalu, dan Zara masih berusaha merenung dengan tenang. Meski Gavin sering mengirimkan pesan singkat menanyakan kabarnya, Zara tetap butuh waktu untuk menyusun perasaannya. Di tengah kebingungannya, Zara mendapatkan kabar buruk: Seyna, sahabat dekatnya, mengalami kecelakaan mobil dan harus dirawat di rumah sakit.

Tanpa berpikir panjang, Zara langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Seyna. Ketika sampai di sana, Zara merasa hatinya berat melihat kondisi sahabatnya yang terluka. Dia duduk di samping tempat tidur Seyna, memegang tangan sahabatnya dengan erat. "Gue di sini buat lo, Na. Lo gak usah khawatir," ucap Zara dengan suara gemetar.

Gavin, yang mendengar kabar tentang kecelakaan Seyna dari teman-temannya, langsung menuju rumah sakit. Meskipun Zara belum memberikan jawaban tentang perasaannya, Gavin merasa bahwa Zara membutuhkan dukungan saat ini. Sesampainya di rumah sakit, Gavin segera mencari Zara dan menemukannya sedang duduk di ruang tunggu dengan ekspresi cemas di wajahnya.

Tanpa ragu, Gavin mendekati Zara. "Rara, gue dengar tentang Seyna. Lo gak perlu khawatir, gue di sini buat lo dan Seyna. Gue udah tanya ke dokter, katanya Seyna bakal baik-baik aja, cuma butuh waktu untuk sembuh."

Zara terkejut melihat Gavin muncul di rumah sakit, tapi hatinya merasa hangat melihat kepedulian Gavin. "Gavin... makasih lo udah datang. Gue... gue gak tahu harus ngomong apa."

Gavin duduk di sebelah Zara dan merangkulnya dengan lembut. "Gak usah ngomong apa-apa. Gue di sini buat bantu lo, apapun yang lo butuhin. Lo gak sendirian."

Selama beberapa hari berikutnya, Gavin terus mendampingi Zara, membantu segala keperluan di rumah sakit, dari mengurus administrasi sampai memastikan Zara makan dan beristirahat. Gavin bahkan menggantikan Zara menjaga Seyna di malam hari agar Zara bisa tidur sejenak. Semua itu dilakukan Gavin tanpa mengharapkan balasan apa pun.

Perlahan, Zara mulai merasakan bahwa Gavin benar-benar tulus. Sikapnya yang perhatian dan kesediaannya untuk selalu ada di samping Zara dalam situasi sulit ini membuat Zara mulai meragukan peringatan Natania. "Mungkin gue terlalu cepat menilai dia," pikir Zara saat melihat Gavin tertidur di kursi ruang tunggu rumah sakit setelah menjaga Seyna sepanjang malam.

Suatu malam, setelah hari yang melelahkan, Zara dan Gavin duduk bersama di taman rumah sakit. Zara, yang merasa lega karena Seyna mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, akhirnya berbicara dengan Gavin.

"Gavin, gue lihat gimana lo bener-bener peduli sama gue dan Seyna. Gue sadar sekarang, lo gak cuma ngomong doang pas lo bilang lo serius sama gue."

Gavin tersenyum lembut, menatap Zara dengan penuh kehangatan. "Rara, gue emang beneran serius. Gue gak mau cuma jadi seseorang yang ada di hidup lo saat lo senang, tapi juga saat lo butuh dukungan. Gue sayang sama lo, dan gue bakal selalu ada buat lo, apapun yang terjadi."

Zara merasakan hatinya semakin tenang dan mantap. Dia menyadari bahwa selama ini, Gavin sudah menunjukkan banyak hal yang membuktikan keseriusannya, bukan hanya melalui kata-kata, tapi juga perbuatannya.

Akhirnya, Zara menghela napas panjang dan mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Gue udah mikir panjang, dan setelah semuanya yang lo lakuin buat gue... Gue yakin sekarang. Gavin, gue mau kita coba untuk lebih dari sekadar teman."

Gavin tersenyum lebar, matanya bersinar penuh kebahagiaan. "Rara, lo gak tahu betapa senangnya gue denger itu. Gue janji, gue gak akan bikin lo nyesel ambil keputusan ini."

Zara tersenyum, merasa beban besar di hatinya mulai menghilang. Dia akhirnya mengambil keputusan yang sudah lama membebani pikirannya. Dengan perasaan yang lebih mantap, Zara dan Gavin melanjutkan hubungan mereka, siap untuk menghadapi tantangan apa pun bersama-sama, dengan fondasi kepercayaan yang lebih kuat dari sebelumnya.

Briefly and Eternally (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang