Traven

218 43 18
                                    


Pagi itu, matahari baru saja muncul, menghangatkan jalanan kota yang masih lengang. Lisa, pemilik kedai kecil di sudut kota, tengah berjuang membawa kantong-kantong belanjaan yang penuh dengan bahan-bahan segar yang baru saja dibelinya dari pasar. Dia selalu memilih untuk pergi ke pasar lebih awal agar mendapatkan bahan-bahan terbaik untuk kedainya, meskipun itu berarti dia harus membawa banyak barang sendirian.

Dengan kedua tangan yang penuh dan kantong-kantong yang berat, Lisa mencoba menjaga keseimbangan sambil berjalan menyusuri jalan kecil menuju kedainya. Napasnya mulai terasa berat, dan peluh mulai membasahi dahinya. Ia tahu, jalan yang harus dilaluinya masih cukup panjang, dan beratnya beban di tangannya mulai terasa semakin sulit untuk ditahan.

Sesaat kemudian, langkahnya terhenti di tikungan jalan. Ia merasa kakinya hampir terkilir karena salah melangkah. Barang belanjaannya hampir jatuh berserakan ke tanah. Lisa berusaha keras menjaga keseimbangannya, namun beban yang berat membuatnya semakin sulit. Ia menggigit bibir, menguatkan diri untuk tidak melepaskan kantong-kantong itu.

Di saat ia sedang berada di puncak keputusasaannya, terdengar suara lembut namun tegas dari belakang, "Butuh bantuan?"

Lisa tengah berhenti sejenak untuk mengatur napas ketika dia mendengar langkah kaki mendekat. Dia mendongak, dan alisnya sedikit terangkat saat melihat Sehun, yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum tipis di bibirnya. Sehun, dengan rambut cokelat gelapnya yang acak-acakan merupakan sosok tinggi yang memiliki aura kuat, cukup membuat orang-orang di sekitarnya merasa tenang namun sekaligus terintimidasi.

Lisa mencoba tersenyum meskipun wajahnya tampak sedikit lelah. "Oh, Ketua Sehun! Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," jawabnya sambil sedikit terkejut. "Aku baik-baik saja. Hanya... ini agak lebih berat dari yang aku kira."

Sehun melirik ke arah kantong-kantong yang digenggam Lisa, dan tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, ia langsung mengambil dua kantong terbesar dari tangan Lisa. "Aku tidak akan membiarkanmu membawa ini sendirian," katanya tegas, namun penuh perhatian. "Ayo, biar kubantu membawanya."

Lisa hendak menolak, tetapi melihat bagaimana Sehun dengan mudah membawa kantong-kantong berat itu, dia akhirnya hanya mengangguk dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Sehun. Kau sangat membantuku."

Sehun mengambil kantong-kantong itu dengan mudah, seolah beratnya tidak ada artinya. "Apa yang kau beli? Rasanya seperti ada satu keranjang penuh batu di sini," canda Sehun sambil tersenyum lebar.

Lisa tertawa kecil, "Bukan batu, tapi bahan untuk masakan minggu ini. Aku harus menyiapkan banyak persediaan karena beberapa bahan hampir habis."

Sehun mengangguk sambil tersenyum, dan mereka mulai berjalan bersama menuju kedai Lisa. Jalanan yang mereka lalui mulai ramai dengan orang-orang yang memulai aktivitas pagi mereka. Sepanjang perjalanan, mereka bercakap-cakap ringan, sesuatu yang jarang mereka lakukan mengingat Sehun biasanya lebih pendiam.

"Jadi, apa rencanamu hari ini, Lisa?" tanya Sehun setelah beberapa saat diam.

"Aku berencana membuat beberapa hidangan baru untuk dicoba di kedai. Aku baru saja menemukan beberapa resep lama yang menarik, dan aku pikir mereka akan disukai pelanggan," jawab Lisa dengan semangat yang kembali setelah bebannya sedikit terangkat. "Dan bagaimana denganmu? Apakah kalian akan pergi berpetualang lagi?"

Sehun tertawa kecil, suara yang jarang terdengar, membuat Lisa menatapnya dengan sedikit heran. "Kami selalu berpetualang, Lisa. Tapi hari ini, mungkin aku akan menghabiskan waktu bersama kelompok untuk latihan. Kita harus selalu siap menghadapi apapun."

Sehun melihat Lisa yang terlihat lelah, dengan rambut hitam panjangnya yang sedikit berantakan karena angin, dan ia merasa ada sesuatu yang menarik di balik kelelahan wajahnya. "Kedai pasti sangat sibuk, ya?" tanya Sehun.

BLACK HEARTS: Tale of the Girl Who Makes the TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang