19|Bersamamu

742 57 0
                                        

Ramainya suasana pusat pembelanjaan mencuri atensi Hera sejak pertama kali keluar dari kereta kuda, terlihat jelas bangunan-bangunan besar dengan arsitektur yang elegan klasik dan lampu-lampu penerang yang terpasang disepanjang jalan menambah keindahan tempat ini.

"Masih tetap disini, atau pergi berjalan jalan?" Tanya Derry yang sejak tadi memperhatikan Hera.

Hera menoleh kesamping dan tersenyum kikuk. "Hehehe... maaf Derry, aku membuatmu menunggu."

"Tak masalah, asalkan bersamamu, aku siap menunggu selama apapun itu."

"Dasar pria pembual." Hera memutar bola matanya malas, walau rasanya perutnya tergelitik dengan ucapan Derry.

Derry terkekeh melihat tindakan Hera. "Aku berkata jujur sayang."

"Ya, ya tuan jujur, aku percaya padamu."

"Baiklah terimakasih atas kepercayaanmu nonaku-Derry tersenyum manis

-mari." Derry mengangkat telapak tangannya kedepan Hera yang disambut hangat oleh sang empu dengan sedikit rona kemerahan.

Merekapun berjalan menyusuri jalan dengan berpeganggan tangan diselingi gelak tawa keduanya, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Saat ini pusat kota sangat ramai pengunjung, sebab malam ini tengah diadakan festival seni sebagai pendukung kegiatan kontes melukis tahunan Kekaisaran.

Disepanjang yang mereka lewati banyak sekali Seniman jalan yang menjual hasil karyanya, mulai dari lukisan, patung, serta seni ukir yang sangat indah dan khas.

Ada juga pelukis jalanan yang membuka jasa melukis bagi para pengunjung, dengan berbagai style lukis yang menarik.

"Derry aku ingin ke sana." Ujar Hera menunjuk salah satu stan Seniman yang menarik perhatiannya.

Derry tersenyum melihat antusiasme wanita disampingnya.

"Tentu" Setelah mengucapkan itu mereka berjalan menghampiri tempat tersebut.

"Malam paman." Sapa Hera membuat seorang pria tua yang tengah mengerjakan lukisannya berhenti dan mengalihkan pandangannya kearah Hera.

"Malam nona" Ucap pria tua itu tersenyum sopan.

Setelahnya ia mengalih kan pandangan kearah pria disamping Hera, tapi saat mata mereka bertemu pria tua itu seketika membulatkan matanya.

"Astaga!, pa-pang-" Ucapan pria itu terhenti sebab tatapan penuh peringatan dari pria di depannya.

"Ma-maksudku tu-tuan" Balasnya pria tua itu gugup dan menundukkan kepalanya.

Hal itu membuat Hera menatap aneh tindakan sang Seniman.

"Ma-maaf, tapi apa ada yang kalian butuhkan? " Tanya pria tua itu berusaha menetralkan rasa gugupnya.

"Emm aku tertarik dengan hasil karya mu paman." Jawab Hera

"Ohh, kalau begitu silahkan dilihat, semua ini ku buat sendiri."

"Wahh...kau seniman penuh bakat paman." Puji Hera yang kini mengamati satu persatu barang yang di pajang.

"Terimakasih pujian mu nak, tapi kau terlalu berlebihan, aku tak seberbakat itu." Balas pria tua.

"Kau terlalu merendah paman, kau memang berbakat." Seru Hera.

Pria tua itu hanya tersenyum mendengar pujian sang gadis.

"Lihatlah patung ini, detail nya begitu indah dan menarik."

"Astaga lukisan ini seperti aslinya." Hera memandang kagum lukisan itu.

"Oh paman, apa yang sedang paman lukis?" tanya Hera menunjuk kearah lukisan setengah jadi  didepanya.

LADY HERANIA (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang