2

85 13 5
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.
Semua siswa pun kompak membubarkan diri untuk pulang maupun mengikuti ekstrakulikuler yang dijadwalkan hari itu.
Berhubung tidak ada rapat Osis ataupun ekstra paduan suara, maka saat ini Rose akan pulang tepat waktu.

Gadis itu pun berjalan santai dan sesekali mengobrol bersama Evi menuju gerbang sekolah.
Sebelum akhirnya langkahnya terpaksa berhenti setelah sebuah suara berat memanggilnya dari arah belakang hingga membuat ia menoleh seketika.

"Rosie..!!"

"Ya, ada apa Zo..?!"

"Emm.. Proposal lomba 17an yang udah di evaluasi kemarin kamu taruh mana?
Temenku dari kelas sebelah mau pinjem buat contoh bikin proposal acara kegiatan sekolah dia."

"Ada kok di lemari arsip, aku masukin ke map warna merah."

"Oh.. Yaudah nanti aku cari.
Emm.. Kamu mau langsung pulang aja nih..?!" tanya sang ketua Osis yang bernama Enzo tersebut."

"Iya, kamu lagi ada ekskul basket kan hari ini.?" tanya Rose.

"Iya sih, jadinya aku nggak bisa anter kamu pulang deh." ujar Enzo tak enak hati.

"Haha apaan sih Zo..
Aku juga bisa pulang sendiri kayak biasanya." kekeh Rose.

"Ya daripada naik ojek terus bayar, kan mendingan aku anterin bisa gratis." canda Enzo.

Evi yang melihat interaksi antara mereka berdua sejenak merasa senang sekaligus kesal.
Karena kehadirannya bagaikan sebagai obat nyamuk diantara kedua manusia tersebut.

"Aduh.. Mas, mbak..
Kalo mau pacaran lihat sikon dong..!!
Nggak paham gimana perasaan aku sekarang, hmm..!?" pekik Evi.

Seketika Rose pun mecubit asal lengan Evi hingga gadis itu memekik kesakitan.
Sementara Enzo hanya terkekeh menanggapi interaksi dua gadis didepannya.
Ia tahu bahwa Rose sedang malu saat ini karena Evi menggodanya.

Hingga tiba-tiba dari arah belakang muncul Bimo yang berjalan sembari merangkul Jeon, sementara Miko berjalan dibelakang mereka.
Dan tentu hal tersebut mampu membuat Evi menahan pekikannya kala menatap wajah tampan Jeon yang hanya diam tanpa eksperesi tersebut.
Sementara Bimo dengan songongnya justru mendorong pundak Evi agak minggir dan tak menghalangi langkah mereka untuk berjalan.

"Minggir..!!" pekik Bimo.

"Biasa aja dong, jangan dorong-dorong..!! sewot Evi tak terima.

Namun Bimo, Miko dan Jeon hanya berlalu begitu saja tanpa memedulikan gadis dibelakangnya tersebut.
Rose pun berusaha menahan sahabatnya agar tak melakukan tindakan lebih memalukan setelahnya.
Namun nyatanya usahanya sia-sia setelah dengan cepat Evi justru berlari mengejar Jeon, bermaksud memberikan sebuah surat cinta untuk laki-laki tersebut.

"Jeon.. Tunggu...!!"

Dengan seketika gadis tersebut berlari mendahuluinya dan langsung memegang tangan Jeon agar berhenti berjalan.
Namun tanpa disangka justru Jeon menepis kasar cekalan tangan Evi tersebut dan menatap tajam gadis tersebut.

"Jangan berani-berani nyentuh tangan gue.." desis Jeon.

"Jeon, maaf aku nggak sengaja..
A.. Aku cuma mau kasih ini.." jawab Evi dengan terbata karena mendengar Jeon berbicara dengan bahasa loe gue saat ini.
Ditambah ekspresi Jeon yang terlihat begitu marah, membuatnya justru semakin ketakutan.

Bimo dan Miko yang tau bahwa saat ini Jeon sedang menahan marah tersebut, langsung memberi kode pada Evi untuk segera menyingkir.

"Udah mending kamu pergi aja deh cepet.." bisik Bimo.

Nada-Nada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang