Jeon terbangun kembali dari tidurnya pukul 22.45 akibat cairan obat tidur yang suster suntikkan kedalam selang infusnya agar ia lebih banyak waktu untuk beristirahat.
Malam ini suasana lebih sepi dari sebelumnya, dan begitu ia menengok kesamping ternyata mendapati sesosok pria tengah berbaring di sofa rumah sakit disamping ranjangnya."Papi.." gumam Jeon.
Jeon tak berani untuk membangunkan sebenarnya, karena dilihat sepertinya sang ayah memang sedang kelelahan akibat perjalanannya dari Surabaya sampai ke Jogja.
Namun saat ini dirnya merasakan sesuatu menekan kandung kemihnya.
Ya.. Ia ingin pipis, namun bagaimana ia dapat turun dari tempat tidur sedangkan tangan kanannya sedang diperban full dan tangan kirinya terlilit selang infus tentu saja.
Akhirnya dengan deheman singkat, kini aia terpaksa memanggil sang ayah agar terbangun."Ehem.. P.. Pi..
Papi..!!" panggil Jeon.Ternyata beliau belum merespon panggilannya dan masih memejamkan netranya dengan pulas.
Namun sang putra tak menyerah tentu saja, karena ini masalah hidup dan mati.
Bagaimana jika Jeon mengompol nanti.!?"Pi...!!
Papi banguunn..!!" seru Jeon sedikit meninggi.Dan akhirnya Pak Chandra alias ayah Jeon tersebut terbangun dan cukup terkejut karena mendapati Jeon sudah bersandar di ranjang rumah sakitnya dan seperti menahan sesuatu.
"Je.. Kamu kebangun..!??" tanya Pak Chandra segera mendekat walau pandangannya masih sedikit kabur.
"Aku kebelet pipis.." lirih Jeon.
"Ayo-ayo.. Papi bantu.." sergah Pak Chandra lalu segera menuntun sang putra pelan-pelan untuk sampai ke toilet.
Sebenarnya suster sudah menawarkan untuk memasang kateter agar memudahkan pasien untuk buang air kecil daripada harus kesulitan pergi ke toilet dengan kondisinya yang seperti ini.
Namun Jeon menolak begitu saja, karena ia malu.
Padahal tentu perawat laki-laki pasti yang akan memasangkannya nanti.
Namun ia tak peduli dan tetap tidak mau.Sekitar kurang lebih 3 menit Jeon menuntaskan hajatnya dan kini ia kembali ke ranjangnya dengan tetap di tuntun sang ayah, membuatnya sedikit malu karena seperti anak kecil kembali.
"Papi kapan nyampe.!?" tanya Jeon setelah duduk kembali diatas ranjang rumah sakit.
"Tadi jam 7 malem, Mami pulang sama Eyang.
Besok pagi gantian dia yang kesini buat jagain kamu." jawab Pak Chandra.Jeon mengangguk pelan dan kembali bersandar di ranjangnya yang sengaja di naikan di bagian kepalanya.
Hingga pertanyaan sang ayah sukses membuatnya tertegun."Apa dan siapa yang bikin kamu jadi begini.!?" tanya Pak Chandra pelan.
"Ceritanya panjang Pi, yang jelas cerita awalnya karena Jeon ngebela cewek yang Jeon suka."
Sang ayah menghela nafas panjang, ternyata sang putra rela seperti ini demi seorang gadis.
Bahkan ini kali pertama Jeon terluka karena membela seorang gadis.
Dulu waktu SMP meskipun sering tawuran, permasalahannya hanya seputar saling mengolok antar geng sekolah.
Dan hubungan cinta monyet Jeon terbilang aman-aman saja.
Tapi sekarang lain hal, dan itu membuat Pak Chandra penasaran siapa sosok gadis yang dimaksud sang putra.
Apakah ia gadis baik-baik.!?"Dia pacar kamu.!?" tanya Pak Chandra.
"Belum Pi..
Jeon masih berusaha dapetin dia.." jawab Jeon lemah."Haduh Je.. Kalo kamu nggak dapet respon mending cari yang lain aja.
Sekarang kamu liat, keadaan kamu jadi kayak gini kan.!?""Tapi Jeon cinta sama dia Pi..
Dia.. Dia cuma belum bisa jujur aja sama perasaannya.
Tapi Jeon yakin dia juga cinta sama Jeon.." bela Jeon.