Bab 10

3.1K 748 83
                                    

              "Aw pelan-pelan, sakit!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Aw pelan-pelan, sakit!"

"Ini udah sangat pelan, Keanu."

Mentari akhirnya tidak sanggup untuk tidak berdecak ketika lagi dan lagi Keanu mengaduh atas apa yang kini tengah Mentari lakukan. Dari awal gadis itu memulai mengobati luka-luka di kaki Keanu, lelaki itu sudah memulai aksi merengeknya. Dari suara yang pelan sampai berteriak bak tengah di siksa. Padahal, tadi ketika laki-laki itu tengah dipukuli dia tidak sama sekali berteriak seperti ini.

Omong-omong soal tadi ... akhirnya Bayu berhasil diamankan oleh Imom dan yang lain yang sebenarnya Mentari tidak tahu mengapa pria itu datang ke sini lagi setelah kembali ke resort. Bayu sudah dibawa entah ke mana—mungkin saja di kantor polisi—Mentari tidak begitu jelas mengetahui hal itu. Karena sesaat setelah bantuan datang, Mentari langsung fokus dengan keadaan Keanu yang mengenaskan dibantu oleh Mbok Ina membawa lelaki itu ke dalam kamarnya. Kakinya yang terluka semakin terluka. Bukan hanya itu, yang tidak terluka juga menjadi terluka. Keanu mendapat cukup banyak pukulan-pukulan dengan kruknya hingga menimbulkan banyak luka memar dan juga berdarah.

"Tuh, tuh kan, lo tuh tekennya kenceng banget, Mentari, sakit!" Keanu mengeluh lagi.

Mentari menghela napasnya. Mencoba meraih sisa-sisa kesabarannya yang hendak terbang menjauh. Padahal sebelum ini, dia masih syok berat akan kejadian yang tiba-tiba saja terjadi. Namun berkat rengekan Keanu, perasaan itu perlahan hilang berganti kesal.

"Bagaimana kalau kamu sendiri aja yang obati luka-lukanya?" Mentari menyodorkan salep khusus obat luka di tangannya pada Keanu.

Tentu saja Keanu tidak menerimanya. Lelaki itu malah berdecak tetapi pada akhirnya tetap tutup mulut juga. Mentari tersenyum puas. Kembali melanjutkan kegiatannya hingga usai dan membenahi perlatan-peralatannya.

"Oh, ya ..." Gadis itu mengingat sesuatu. "Punggung kamu bagaimana? Tadi kan kena pukul juga."

Keanu menatap Mentari sekilas sebelum membuang pandangannya. "Enggak usah," tolaknya.

"Enggak usah bagaimana? Coba sini aku lihat dulu. Kalau lukanya parah bagaimana? Tadi kamu dipukul kencang dan berkali-kali loh."

"Enggak kenceng-kenceng banget, biasa aja."

"Enggak bisa, Keanu. Tetap aku harus lihat dulu. Dia pukul di punggung itu bisa membahayakan pernapasan kamu juga kalau ternyata parah." Mentari menatap Keanu sungguh-sungguh. "Buka bajunya."

Bukannya menurut, Keanu malah semakin membuang wajahnya.

"Keanu ..." Mentari memberi suara peringatan. "Cepat buka bajunya," katanya lagi. "Kamu tuh lagian kayak mau diapain aja deh. Aku cuman mau lihat aja, takutnya memar atau bahkan luka dalam yang parah."

30 Hari Bersama MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang