Amira memeluk tubuhnya sendiri saat melihat tubuhnya yang lebam di beberapa tempat. Belum lagi darah mengering terlihat menempel di lengan sebelah kanannya.
Air mata Amiramengalir dengan deras ketika mengingat apa yang telah dilakukan Dalton beberapa saat lalu.
Dengan tertatih Amira keluar dari apartemen pria itu. Setelah menyiksanya pria itu seketika jatuh tertidur di lantai dingin tempat pria itu dengan keji menghancurkannya.
Amira merangkak menjauhi tubuh pria itu dan mengambil kemeja serta jaket yang tergeletak bersama serpihan kaca di lantai.
Sempat terlintas pikiran untuk menancapkan kaca di dada Dalton saat Amira melihat pria itu tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
Namun rasa sakit disekujur tubuhnya membuat Amira tau jika semua itu akan sia-sia. Kematian pria itu tidak akan memberikan efek apapun pada dirinya yang hancur.
Hal itu membuat Amira memilih berlalu pergi dan meninggalkan pria itu tanpa busana di lantai apartemennya.
Layaknya penampilan orang gila Amira menaiki taksi yang mengantarkannya pulang ke apartemennya sendiri. Tangisannya tidak bisa ditahan lagi ketika berada di taksi.
Sopir taksi yang melihat itu menanyakan keadaannya dan menawarkan Amira untuk ke rumah sakit jika mau.
Hanya saja Amira mengatakan tidak dan memilih menatap langit malam.
Air matanya mengalir sekali lagi dan membuat Amira mengusap wajahnya langsung.
Kau akan baik-baik saja Amira dan semua tetap akan baik-baik saja nantinya. Anggap semua ini mimpi buruk dan memang seharusnya begitu.
Tangan Amira terulur untuk membuka laci kabinet kamar mandi. Mengeluarkan botol pil yang memang di simpannya selama ini tanpa membukanya.
Dengan cepat Amira meminum pil pencegah kehamilan dan menarik napasnya dalam.
Ya semuanya akan baik-baik saja.
*-*-*
Amira berjalan menyusuri lorong yang terlihat ramai. Ini adalah jam pergantian mata kuliah jadi tidak heran jika semua orang berkumpul menjadi satu di lorong ini.
Sudah dua bulan berlalu sejak kejadian malam itu. Selama seminggu Amira tidak masuk kuliah dan melewatkan presentasi yang disusunnya.
Alhasil Amira harus melakukan ujian susulan untuk mendapatkan nilai. Amira juga tidak tau apakah Dalton datang atau tidak dan Amira sama sekali tak peduli akan hal itu.
Ia harus bersyukur jika dirinya tidak diberi sanksi karena tidak ikut presentasi Mr. Altaif hari ini. Setidaknya ia tidak terlalu terancam.
Sejak saat itu Amira memilih menukar semua jam mata kuliah yang bersamaan dengan Dalton.
Bahkan Amira memilih untuk mengganti jam kelasnya di sore hari untuk menghindari pria itu.
Setidaknya itu adalah keputusan tepat untuk membuatnya tetap waras. Amira tidak yakin jika dirinya baik-baik saja ketika bertemu pria itu nantinya.
Lagipula Dalton sama sekali tidak berniat mencarinya. Walaupun hanya sekedar untuk meminta maaf.
Tidak. Bukannya Amira berharap maaf dari pria itu.
Hanya saja pria itu memang tidak melakukannya!
Langkah kaki Amira terhenti ketika sosok yang ada di pikirannya terlihat berada di hadapannya.
Untuk beberapa saat mereka saling menatap tanpa ada yang melakukan apapun. Sampai akhirnya Ale datang dan menatap mereka berdua bergantian.
Sebelum akhirnya Dalton berbalik arah dan meninggalkan Amira serta Ale di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant with Rebel Prince
RomanceSiapa yang menyangka jika hidup Mira akan berubah kala dokter mengatakan jika dirinya tengah hamil. Hamil sosok bayi dan bukanlah sisa makanan yang telah dimakannya selama ini. Tidak... Tidak... Mira tidak ingin semuanya terjadi seperti ini. Hidupn...