Amira menatap apartemennya yang rasanya sudah lama sekali ditinggalkannya. Rasa rindu terasa di dalam dadanya dan membuat Amira menarik napas perlahan.
Kau sudah kembali Amira.
Ini adalah rumahnya dan di sini ia tidak akan terkekang ataupun diperlakukan layaknya tahanan. Seperti saat di rumah pria yang ada di belakangnya saat ini.
Dalton mendorong kursi rodanya menuju ruang tamu dan menghentikannya di sana. Pria itu dengan segala drama yang baru diketahuinya memaksa Amira untuk tetap menggunakan kursi roda.
Padahal Amira jelas masih mampu berjalan dengan kedua kakinya. Tetapi pria itu masih kekeh dan memaksanya untuk duduk tenang di kursi roda.
Amira sendiri tidak ingin memperpanjang masalah yang mungkin akan membuat pria itu membatalkan kebebasannya hari ini.
Ya kebebasan setelah lama di sekap.
Namun sepertinya memang tidak baik merasa senang di atas sesuatu yang belum pasti. Suara Dalton terdengar dan membuat Amira langsung menolehkan kepalanya kearah pria itu.
Pria itu terlihat menelfon seseorang.
"Ya, antarkan naik koperku. Tidak perlu, sisanya aku bisa membelinya"
Amira melongo mendengar suara Dalton yang menggema di seluruh apartemennya. Sebelum suara bel terdengar dan pria itu beranjak pergi.
Tanpa sempat Amira mengajukan pertanyaan padanya. Sosok Dalton masuk kembali dengan membawa sebuah koper kecil dan di belakangnya ada sosok Jaz yang membawakan tas Selempang besar.
"Apa-apaan ini ?" Suara Amira terdengar langsung yang membuat Dalton menatap anak buahnya itu dan memberikan arahan agar pergi.
Jaz dengan patuh menundukkan tubuhnya dan melangkah keluar dari apartemennya. Meninggalkan mereka berdua dengan koper serta tas milik Dalton.
What the...
"Kau mengatakan ingin di apartemenmu bukan ? Dan di sinilah kita" ucap Dalton santai dengan senyum sumringahnya yang membuat Amira melongo.
Amira rasanya ingin sekali mencekik pria itu dan jika bisa membenturkannya ke tembok saat ini juga.
"Tidak... Tidak... Apartemenku tidak muat jika kau di sini dan what the hell! Aku tidak mengijinkanmu tinggal brengsek!"
Amira sama sekali tak menyangka jika Dalton lebih gila dari perkiraannya. Awalnya Amira hanya berpikir jika pria itu dengan suka rela mengantarkannya.
Sebagai permintaan maaf karena menculiknya dengan sembarangan. Namun nyatanya pria itu lebih gila dari dugaannya.
Apa-apaan pria itu memboyong satu koper dan satu tas besar bersamanya. Jelas saja apartemen sederhananya ini tidak bisa menampungnya atau bahkan jika apartemennya muatpun.
Amira sama sekali tidak berniat mengajak orang lain untuk tinggal bersamanya.
Dalton menatapnya dalam diam sebelum pria itu mengedikkan bahunya dan berjalan menjauh. Menuju salah satu pintu di ruangan ini, gudang barang-barang bekasnya.
Dengan kurang ajarnya pria itu membuka pintu itu dan mengernyitkan kening saat melihat kondisi di dalamnya.
Tidak terlalu penuh tetapi berantakan.
"Ehm... Aku bisa tidur di sini, ya aku bisa tidur di sini" ucapnya langsung yang membuat Amira menggelengkan kepalanya.
Apa pria itu tuli ?!
Dan seorang Dalton tidur di ruangan yang bisa di sebut sebagai gudangnya. Apakah itu lelucon ?
"Tidak, aku tidak mengijinkanmu tinggal di sini" ulangnya sekali lagi yang membuat Dalton menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant with Rebel Prince
RomansaSiapa yang menyangka jika hidup Mira akan berubah kala dokter mengatakan jika dirinya tengah hamil. Hamil sosok bayi dan bukanlah sisa makanan yang telah dimakannya selama ini. Tidak... Tidak... Mira tidak ingin semuanya terjadi seperti ini. Hidupn...