Amira baru saja menutup matanya ketika sudah pintu terbuka membuatnya langsung membuka mata.
Sosok Dalton masuk ke dalam kamarnya yang membuat Amira memilih membungkam mulutnya.
Bahkan jika bisa Amira ingin pura-pura tidur saja.
Hanya saja mata mereka sudah terlanjur bersitatap dan membuat Ayura tidak bisa berpura-pura kembali tidur.
Amira mengalihkan pandangan matanya yang membuat suara helaan napas terdengar dari Dalton. Pria itu menutup pintu dan berjalan masuk.
Dengan usaha yang keras Amira menahan mulutnya agar tidak berteriak-teriak. Tenaganya terlalu habis untuk melakukan pemberontakan sia-sia lagi.
Sedangkan tenaganya itu diperlukan untuk bernegosiasi dengan pria di hadapannya ini. Setidaknya ia akan mencoba keberuntungannya.
"Jaz mengatakan kau tidak mau makan" suara Dalton memecahkan keheningan di ruangan ini dan membuat tatapan mata Amira kembali menatap pria itu.
Dalton berdiri di samping ranjang dan menatap Amira dengan tatapan tajamnya. Pria itu terlihat begitu angkuh dan itulah yang menjadi alasan Amira untuk membenci pria itu.
"Apa kau berniat membunuh dirimu secara perlahan dengan mogok makan" ucap Dalton dengan nada datarnya yang membuat Amira sedikit takut
Namun Amira jelas tau jika pria itu akan merasa senang saat mengetahui Amira merasa takut padanya. Dan tentu saja Amira tidak akan membiarkan itu terjadi.
Dalton hanyalah seperti anak nakal yang tidak mendapatkan mainannya. Pria itu juga menyalahgunakan semua uangnya itu untuk bertindak seenaknya.
Termasuk memaksa dan menyekap Amira seperti ini.
"Sepertinya lebih baik mati daripada harus seperti peliharaanmu di sini" sahutan Amira membuat wajah Dalton mengeras.
Pria itu terlihat jelas ingin marah. Tetapi menahan amarahnya dan memilih mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang sudah di seret oleh pria itu.
"Aku tak memperlakukanmu seperti hewan, Amira. Aku bahkan tak pernah melakukannya pada siapapun" sungut Dalton tegas yang membuat Amira tertawa.
Sebelum menggerakkan kedua tangannya yang terborgol dengan erat. Bahkan Amira bisa merasakan jika kedua lengannya sudah terasa mati rasa.
Tatapan mata Dalton menyusuri kedua tangannya dan pria itu terlihat menipiskan bibirnya. Sebelum menyandarkan tubuhnya dan menatap Amira lamat-lamat.
Amira mengepalkan tangannya melihat hal itu dan berharap jika tangannya tak terborgol dan ia bisa memukul pria itu. Setidaknya sekali.
"Itu cara satu-satunya agar kau tak kabur dan membunuh anakku"
"Kau ingin anak ini hidup ?" Sela Amira langsung yang membuat Dalton mengernyitkan keningnya.
"Tentu saja, aku..."
"Aku akan melahirkannya tapi... Ada sebuah syarat" lanjut Amira langsung yang seketika membuat Dalton menunjukkan ekspresi tidak suka.
"Kau pikir aku akan percaya ?"
Amira menganggukkan kepalanya cepat dan mengernyitkan kening ketika rasa pusing menyerangnya kembali. Bagaimanapun perutnya kosong dan bibirnya terasa kering.
Dokter Athena sempat memberikan minum padanya dan perempuan itu juga menuturkan agar Amira makan sesuai anjuran.
Namun Amira hanya diam saja dan tak merespon hal itu. Pikirannya terlalu kalut dengan semua yang dikatakan oleh Dokter Athena padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant with Rebel Prince
RomanceSiapa yang menyangka jika hidup Mira akan berubah kala dokter mengatakan jika dirinya tengah hamil. Hamil sosok bayi dan bukanlah sisa makanan yang telah dimakannya selama ini. Tidak... Tidak... Mira tidak ingin semuanya terjadi seperti ini. Hidupn...