✓ 10 Pergi

80 20 1
                                    

Ikaris menarik pelatuknya, rasa ingin menembak Ares dengan kuat, ia ingin Ares tewas dihadapannya, Ikaris sangat marah ketika harga dirinya di injak-injak oleh Ares bahkan menciumnya dengan paksa.

Ikaris dikejutkan saat menarik pelatuknya tidak ada reaksi apapun baik suara tembakan ataupun Ares yang tertembak, Ikaris mencoba menariknya beberapa kali, dengan raut muka yang tidak bisa ditebak bahwa pelurunya habis dan hanya tersisa satu saat menembak tembok untuk memperingati Ares. Ternyata tidak ada satu peluru pun yang keluar dari pistol Ikaris.

"Anjing, sial banget"

Ares terkekeh pelan melihat Ikaris yang kehabisan peluru dan mulai menyentuh pistol Ikaris yang berada di depan keningnya dan menyingkirkan secara perlahan untuk menatap Ikaris.

"Kenapa tidak jadi membunuhku? Kehabisan peluru, hm? Menurutlah denganku dan kembalilah padaku, Puppy. Hidupmu akan terjamin denganku jika kau menuruti ucapanku"

Ikaris langsung menepis tangan Ares ketika mulai mengusap pipi Ikaris perlahan, Ikaris risih dan muak melihat perlakuan Ares terhadapnya.

"Stop, Ares. Bisakah berhenti? Aku muak, lebih baik biarkan aku pergi aku tidak ingin punya urusan denganmu lagi, terjamin katamu, terjamin!?"

Ikaris semakin mundur tiap langkah Ares melangkah kearah Ikaris, ia melihat sekeliling mencari sesuatu untuk berjaga-jaga jika Ares mulai kurang ajar lagi. Ikaris dengan perlahan memasukan postolnya kedalam saku belakangnya setelah melihat balok kayu diujung ruangan.

"Ares, berhenti atau ku habisi kau sekarang!?"

Ares hanya terdiam dan menyeringai mendengar ucapan Ikaris yang selalu ingin melawannya, Ares hanya terdengar lucu saja dan dengan cepat mencengkram satu tangan Ikaris menahannya untuk tidak kabur dari hadapannya lagi. Ikaris dengan cepat meraih balok kayu di ujung dan memukulkan ke arah kepala Ares hingga Ares menggeram kesakitan dan melepaskan cengkramannya.

"AGH! Fuck! Awas kamu anjing kecil!"

Ares bersimpuh menggeram kesakitan dengan memegangi kepala dekat pelipisnya yang, berdarah. Ini kesempatan Ikaris untuk melarikan diri dengan melemparkan balok kayu tersebut ke jendela untuk menjadi akses untuk melarikan diri, mau tidak mau Ikaris harus melompat dari lantai atas. Mungkin menyakitkan entah terkilir atau terluka tapi lebih menyakitkan lagi jika Ikaris tetap berdiam diri di kandang singa ini. Ikaris menoleh kearah Ares yang masih bersimpuh memegangi kepalanya, Ikaris hanya terkekeh.

"Kalau kamu macam-macam lagi denganku, akan aku bunuh kamu Ares dengan tangan ku sendiri, aku serius dengan ucapanku.
Camkan itu"

Ikaris dengan tekad yang kuat langsung loncat melalui jendela, tidak peduli jika Ikaris terkilir ataupun terluka, yang terpenting adalah menjauh dari Ares.

Ares dengan sigap berdiri berlari kearah jendela dengan memegangi kepalanya, mencoba meraih Ikaris namun terlambat dan hanya menatap Ikaris yang mulai loncat untuk melarikan diri. Tangannya mengepal kuat pada pecahan kaca jendela hingga tangannya terluka mengeluarkan darah.

"KEMBALI IKARIS MALLORY!"

Setelah Ikaris melompat dari lantai atas, Ikaris memekik kesakitan merasa kakinya mengenai ranting tanaman dan terkilir. Ikaris tidak peduli, ia hanya butuh pergi dari tempat itu, tidak peduli sesakit apa lukanya. Ikaris menatap keatas melihat Ares yang menatapnya marah dengan memegangi kepalanya yang berdarah, Ikaris tersenyum remeh menatap Ares.

"Kalau kau berani menghampiriku lagi, akan ku bunuh kau bajingan!"

Ikaris mencoba berlari kearah mobilnya melawan rasa sakit di kakinya membiarkan Ares meneriaki namanya berkali-kali untuk kembali. Ares tidak sanggup mengejar Ikaris karena kepalanya terluka dan terasa pening sangat hebat yang dirasakan.

I'amour en Mission  [Cinta Dalam Misi] >YOONMIN ONESHOT<Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang