Ikaris masih dengan isakan nya dengan kepala bersandar pada stir mobil, seketika kegiatannya terhenti dikagetkan dengan ketukan di kaca mobilnya. Ikaris terburu buru membuka pintu mobil dengan mata sembab. Ia tau kalau yang menyadarkannya dari tangisannya adalah Bastian dan Aiden-kekasih Bastian-.
Ketiganya terdiam, Bastian meringis melihat keadaan Ikaris yang berantakan, mata sembab bahkan kakinya yang terbalut kain membekas darah Ikaris yang merembes.
"I-Ikaris..."
Tanpa sepatah kata apapun setelah mendengar panggilan dari Bastian, Ikaris langsung memeluk Bastian yang masih berdiri saat Ikaris membuka pintu mobilnya. Hatinya sakit, ia menangis lagi namun lebih memilukan. Aiden, kekasih Bastian yang mendengar tangisan Ikaris merasa sakit pula, ia sudah menebak apa yang telah terjadi. Bastian tidak menyangka sekuat apapun Ikaris, ia juga bisa merasakan sakit pada hatinya.
"K-kak.. aku kotor.."
"Hey, Ikaris. Jangan ngomong gitu, udah gapapa keluarkan dulu semua perasaan mu dulu, gapapa keluarkan tangisanmu semua. Jangan ditahan.. kalau sudah tenang, nanti cerita ke kakak ya sambil diobatin kakinya sama Aiden ya"
Bastian memeluk Ikaris yang masih terduduk di kursi kemudinya sambil mengusap surai ikaris lembut dan menepuk pundaknya menenangkan Ikaris.
Ikaris menumpahkan semuanya, menumpahkan perasaan sakitnya. Ia sendiri tidak menyangka akan selemah ini menghadapi apa yang telah terjadi.
Perlahan Ikaris melepaskan pelukan dan menatap Bastian perlahan, berharap kedua orang dihadapannya adalah orang baik yang akan membantunya dan berada di pihaknya.
"Kak.. jangan beritau Ares kalau aku disini, aku tidak mau berurusan dengan Ares"
"Aman. Panggilan dari Ares saja tidak aku angkat, aku tau panggilan itu ada urusannya denganmu. Aku ingin melindungimu, kau sudah ku anggap sebagai adikku, aku ada dipihakmu tapi aku berusaha menjaga sikapku dihadapan Ares juga"
Ikaris mengangguk lemah dan seketika meringis merasa sakit dan nyeri di kakinya muncul kembali saat merubah posisi duduknya menghadap keluar mobil agar mudah untuk diobati oleh Aiden. Pasti saat ini sulit untuk mengendarakan mobil, tidak mungkin ia akan menginap di tempat seperti ini yang jauh dari perkotaan dan perumahan.
Aiden yang menyadari itu langsung menatap kaki Ikaris. Mulai dari lutut hingga kebawah banyak luka goresan dan masih ada darah segara yang mengalir. Aiden langsung mendorong Bastian pelan kesamping untuk berhadapan dengan Ikaris dan berlutut untuk mengecek kondisi kaki Ikaris.
"Ikaris. Eh namamu Ikaris kan?"
Aiden meyakinkan panggilannya bemar atau tidak, dibalas anggukan kepala membuat Aiden tersenyum pelan.
"Aku Aiden, aku tau soal kamu dari pacarku. Aku sedikit mengerti apa yang menimpa kamu. Tapi sekarang aku ingin mengobati kakimu dulu ya nanti bisa cerita ke kami berdua.."
Aiden mulai membuka belitan kain yang menutupi luka Ikaris, seketika Aiden meringis ternyata lukanya lumayan juga. Banyak goresan yang terlihat itu dari goresan akibat ranting tanaman dan goresan-goresan lainnya bahkan lebam yang diketahui pasti benturan keras.
"Kamu loncat dari lantai atas, Ikaris?"
Tanya Bastian, sudah mengetahui kalau luka tersebut pasti Ikaris lompat dari jendela, karena tanaman di mansion Ares hanya di pinggir rumah terutama tanaman dengan ranting cukup tajam pas di bawah seluruh jendela mansion nya. Mengetahui kalau Ikaris loncat dari atas adalah luka lebam akibat benturan.
Ikaris menganggukan kepala sambil meringis saat Aiden mulai membersihkan lukanya sebelum mengobatinya.
Bastian mulai berjongkok dan menyandarkan dirinya pada mobil Ikaris menatap kekasihnya yang mulai mengobati kaki Ikaris perlahan. Bastian hanya menghela nafas panjang, ternyata yang dilalui Ikaris sebegininya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'amour en Mission [Cinta Dalam Misi] >YOONMIN ONESHOT<
Teen FictionBos mafia berdarah dingin, Ares.. yang merekrut orang baru untuk masuk ke dalam anggota mafia. Ikaris harus lulus uji coba dalam misi pertamanya, apakah kamu layak menjadi anggota mafia terkuat bagi Ares atau tidak. Namun pandangan Ares melihat Ika...