Kritis?

22 12 0
                                    

Hanya dengan sekali tendangan pintu itu akhirnya terbuka. Terlihatlah seorang gadis yang sudah terkulai lemas dilantai dengan keadaan terikat.

"LEA!" Teriak Arka ketika ia melihat sosok yang ia cari sudah ia temukan

Arka langsung menghampiri gadis itu dan memeluknya, sungguh ia sangat merindukan gadis ini. Dibantu oleh anggota Black Monster, tali yang mengikat Anca dilepas satu persatu.

Lalu Arka langsung membopong Anca dan membawanya keluar dari ruangan itu. Dengan langkah terburu-buru Arka menuruni tangga. Yang lainnya menyusul di belakangnya Arka, termasuk tiga penjahat yang sengaja dibiarkan hidup karena ada alasan tertentu.

Arka yang keluar duluan dari rumah itu langsung masuk ke mobil Osean dan duduk di kursi penumpang. Tangan kanannya ia gunakan untuk menyandarkan kepala Anca, sedang tangan kirinya menyingkirkan beberapa helai rambut Anca yang menutupi wajah gadis itu.

Tubuh Anca yang dingin dan bibirnya yang tampak memucat membuat Arka semakin khawatir dengan kondisi Anca. Osean segera melajukan mobilnya ke Rumah Sakit dengan kecepatan yang tinggi. Saat ini prioritasnya adalah nyawa putrinya.

Tim A dan B yang mengurus tiga penjahat itu, sedangkan Tim C dan D segera menyusul mobil Osean dengan kendaraan mereka masing-masing. Tiga penjahat itu tidak langsung mereka serahkan dan dijebloskan ke penjara. Namun, Tim A dan B membawanya ke sebuah tempat dan memeriksa mereka terlebih dahulu.

"Kita apakan tiga tikus busuk ini?!" Tanya Arlen yang sudah menahan emosinya sedari tadi

"Geledah mereka, siapa tau ada sesuatu yang bisa kita temukan dan memberikan petunjuk," Perintah Glen

Teman-teman Glen dan Arlen pun mulai menggeledah mereka satu persatu. Tiga buah bungkus rokok, tiga buah korek api, dua buah pistol, tiga buah dompet, dua buah kunci motor, sebuah botol kecil dan terakhir sebuah suntikan yang sepertinya belum lama digunakan. Semuanya tampak terkejut dengan apa yang mereka temukan.

Realdo langsung memfoto semua barang-barang tersebut dan mengirimkannya kepada Osean. Kemudian selesai memfoto, ia mengambil botol kecil itu dan mengamatinya. Botol itu tak berlabel dan ada sedikit cairan biru yang tersisa di botol tersebut. Cairan yang sama dengan isi suntikan di atas meja itu.

"Dizy coba kau periksa isi dari botol ini! Cairan apa itu?" Perintah Realdo

"Baik, tunggu sebentar," ucap Dizy

Dengan cepat Dizy mengeluarkan alat-alatnya, tak lupa ia memakai sarung tangan lateks dan masker medisnya. Cairan yang tersisa sedikit itu ia ambil dengan pipet dan ia pindahkan ke sebuah wadah kecil. Lalu Dizy meminta beberapa tetes darah kepada Realdo untuk ia campurkan dengan cairan biru itu.

Realdo mengambil pisau lipatnya dan ia menggores jari tangan Rody. Yap, benar. Darah yang Dizy minta, Realdo ambil dari jemari Rody. Orang yang digores tangannya pun sedikit meringis kesakitan. Dengan sebuah wadah kecil lainnya Realdo menampung darah Rody.

Lalu Realdo memberikan darah itu pada Dizy. Dizy pun menerimanya dan segera melanjutkan penelitiannya. Hanya satu tetes cairan untuk ia cek dengan teleskop, sisanya ia gunakan nanti.

Dizy mengambil darah itu dan ia meneteskan satu tetes saja ke atas kaca kecil. Lalu perlahan Dizy meneteskan juga cairan itu ke darah tadi. Ketika Dizy melihat hasilnya dengan teleskop, ia terkejut.

Cairan biru ini mirip sekali dengan cairan hijau yang pernah ia racik beberapa waktu lalu. Ia yakin jika didalam cairan biru ini adalah racun dengan bahan kimia yang sangat berbahaya untuk syaraf manusia ataupun hewan.

Kemudian Dizy menghampiri Realdo, Glen dan yang lainnya, lalu membisikkan sesuatu mereka. Lebih tepatnya memberitahukan hasil penelitiannya itu. Realdo bertanya pada Dizy mengenai apakah ada penawar dari cairan biru beracun itu.

"Kau bisa membuat penawar dari racun itu?" Tanya Realdo

"Apa sangat berbahaya cairan biru ini?" Tanya Glen

"Jangan bilang diantara ketiga tikus itu sudah menyuntikkan cairan ini pada Lea, sebelum kita tiba-tiba di sana?!" Kata Arlen yang tiba-tiba terpikirkan akan hal itu

Semuanya menatap tajam pada para pria yang mereka ikat, yang ditatap sudah berkeringat dingin. Benar juga yang dikatakan oleh Arlen, bisa saja salah satu dari mereka ada yang sudah melakukan hal itu pada Lea.

👑

Di Rumah Sakit....

Didalam IGD Anca sedang diperiksa oleh dokter dan para perawat. Osean, Angelina dan yang lainnya menunggu di luar dengan perasaan cemas. 10 menit berlalu, dokter itu keluar dan mengatakan sebuah kalimat yang membuat rasa khawatir semuanya semakin menjadi-jadi.

"Bagaimana keadaan anak saya, dokter?" Tanya Angelina

"Maaf, kita harus segera memindahkan putri anda ke ICU". Dokter itu menghela napasnya sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Kondisinya sangat mengkhawatirkan, ada sebuah racun berbahaya ditubuhnya dan kita harus memberikan penawar racun pada pasien sebelum terjadi sesuatu yang lebih berbahaya".

Angelina pingsan setelah mendengar ucapan dari Dokter itu. Osean langsung menangkap tubuh istrinya itu sebelum benar-benar terjatuh ke lantai. Pintu IGD pun terbuka dan ranjang yang ditempati Anca didorong perlahan oleh dua suster keluar dari IGD menuju ICU.

Arka berusaha menahan agar air matanya tak jatuh, sedang Lano sudah terisak sejak tadi. Yang lainnya tampak menunduk entah mereka menangis atau tidak, tapi yang jelas raut wajahnya menunjukkan kesedihan.

Anggota Black Monster juga berusaha tegar dan saling menguatkan. Meski air mata ketiga gadis itu mengalir. Sekilas info tentang Black Monster. Geng ini sebenarnya diketuai oleh Lea dan mereka berempat adalah sahabat sejak kecil. Hanya saja karena Lea amnesia, sehingga geng ini sementara diketuai oleh Avyra.

Avyra Larsya Keano, Vabita Deina Mara dan Prima Zafka Meila adalah anggota Black Monster. Sebenarnya nama geng mereka bukan Baby Monster, tapi Aldeinza. Kata 'Aldeinza' berasal dari nama mereka berempat yaitu A untuk Azlea, L untuk Larsya, DEI untuk Deina dan ZA untuk Zafka.

Baby Monster hanyalah julukan untuk mereka berempat. Mungkin tidak asing dengan nama Avyra, sebab pada bab sebelumnya Lea itu menganggap bahwa Avyra sahabat barunya. Padahal Avyra sendiri tau jika Lea adalah sahabat kecilnya.

'Please, bertahan Lea. Gue tau lo kuat, Queen' batin Avyra berharap

'Lo tau Lea, kita hancur liat lo kayak gini lagi' batin Deina sedih

'Cepat bangun ya, Lea. Gue kangen kita bareng-bareng kayak dulu' batin Zafka

👑

Udah selesai baca ceritanya?

Jangan lupa klik 🌟 nya

Lanjut?

Azlea Claryanca [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang