Kritis? [ Part 2 ]

24 9 0
                                    

"JAWAB!!!!"

"LO BISU, HAH?!"

Realdo, Glen dan Arlen sangat geram dengan Rody dan anak buahnya. Bodyguard Osean sudah melepaskan lakban yang menutupi mulut Rody dan anak buahnya. Namun Rody dan anak buahnya belum mengatakan apapun, membuat Glen dan Arlen menjadi semakin emosi.

"JAWAB, BANGSAT!!!!" ujar Glen dengan amarah yang membuncah

"LO PUNYA MULUT TUH BUAT NGOMONG!!! BUKAN CUMAN BUAT PAJANGAN WAJAH LO, SAT!!!!" ujar Arlen dengan napas memburu

Arlen menendang perut Rody sekencang mungkin, membuat Rody memuntahkan darah dari mulutnya. Arlen tak peduli, dirinya sangat membenci tiga pria itu.

Tangannya gatal dan rasanya ingin membunuh ketiganya tetapi dirinya belum menemukan sesuatu yang berkaitan dan dapat mengungkapkan dalang utama dibalik penculikan adiknya.

Glen menatap tajam ke arah tiga pria itu. Rody dan dua anak buahnya sudah di buat babak belur, tapi mulutnya masih tetap saja terkunci dan belum mau mengatakan hal yang sebenarnya. Selagi Glen dan Arlen mengintrogasi tiga penjahat itu, Realdo dan Dizy berusaha untuk membuat penawar dari racun cairan biru.

"Dizy, kau yakin komposisi dari racun ini mirip dengan racun yang pernah kau buat?" Tanya Realdo

"Ya, aku yakin. Hanya saja...."

Dizy menggantung ucapannya membuat Realdo penasaran dan was-was, sebab Dizy menunjukkan raut muka yang terlihat resah dan kebingungan.

"Hanya saja apa?" Tanya Realdo
"Hanya saja ada bahan kimia lain yang digunakan pada racun ini dan membuatnya memiliki warna yang berbeda dari racun buatanku, juga tingkat bahayanya lebih tinggi meski reaksi dari racun tersebut tidak langsung membuat penderitanya kesakitan. Yang artinya secara perlahan-lahan menyiksa sang penderitanya" ucap Dizy penjang lebar

Realdo mengangguk tanda ia paham dengan penjelasan Dizy mengenai racun tersebut. Racun ini benar-benar membuat Dizy pusing, sebab komposisi yang digunakan untuk membuat penawar racunnya lumayan cukup langka.

Sudah setengah jam Dizy mencoba membuat penawar itu, namun ia harus berhenti setengah jalan dari pembuatan penawar itu sebab ada beberapa bahan yang ia tak punyai untuk menyelesaikan pembuatan cairan penawar tersebut.

Lalu Dizy mencatat nama bahan-bahan tambahan yang ia perlukan pada selembar kertas di buku catatannya. Ia akan mencoba mencari bahan-bahan itu dan secepatnya menyelesaikan penawar racun yang ia buat.

"Apa yang kau catat, Dizy? Apa cairan penawar ini sudah selesai?" Tanya Realdo

"Ada beberapa bahan-bahan yang kurang dan aku tak punya, padahal itu sangat penting untuk menyempurnakan cairan penawar ini" ucap Dizy

"Boleh saya lihat bahan-bahan apa saja yang kau butuhkan? Saya bisa membantumu mencari bahan-bahan itu" ujar Realdo

"Tentu saja. Ini catatan bahannya" ucap Dizy sambil memberikan buku catatannya pada Realdo

Realdo menerima buku catatan itu dan melihat isinya. Tak lama ia mengambil ponselnya dan memfoto isi dari catatan itu. Lantas ia kirimkan foto tersebut pada anak buahnya untuk ditugaskan mencari bahan-bahan itu. Anak buah Realdo mencoba mencari satu persatu bahan-bahan itu di Dark Web.

Tak hanya itu, mereka juga mencoba menghubungi relasi bisnis Osean untuk meminta bantuan mereka. Urusan biaya bagi keluarga Adriza itu sangatlah mudah. Kekayaan keluarganya Adriza sangatlah banyak, sangat lebih dari cukup sampai tujuh turunan.

👑

Osean tampak mondar-mandir didepan pintu ICU. Ia menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dari dokter itu. Sudah satu jam putrinya ada didalam sana dan sedang dirawat oleh dokter serta para perawat. Angelina juga telah tersadar dari pingsannya beberapa menit yang lalu. Setelah tersadar dirinya kembali menangis hingga membuat matanya terlihat sedikit membengkak. Ia ditemani oleh salah satu sahabatnya yang menenangkan dirinya.

Sedangkan Arka yang duduk disebelah Angelina mengacak-acak rambutnya, matanya pun terlihat memerah dan seperti terus menyalahkan dirinya. Sejak kemarin perutnya juga belum terisi dengan makanan, terakhir kali ketika sebelum dirinya pergi mengikuti kemana perginya Lea. Andai saja ia menemani Lea saat itu, mungkin keadaannya tak jadi seperti sekarang.

Lano? Anak itu sedang dibawa pergi ke kantin rumah sakit oleh Black Monster untuk menenangkan dirinya, sekalian membelikan makanan dan minuman untuk Osean dan yang lainnya. Soalnya sejak semalam tidak ada satupun orang yang perutnya di isi dengan makanan sebab menunggu kabar tentang kondisi Lea.

Beberapa menit kemudian dokter itu keluar dari ruang ICU. Ia menyampaikan informasi mengenai perkembangan kondisi Lea yang kritis pada Osean dan Lea membutuhkan penawar racunnya segera.

Ia memperbolehkan anggota keluarga pasien untuk menjenguk pasien namun hanya diperbolehkan dua orang yang ada di dalam sana alias harus bergantian, setelah memberitahu akan hal itu dokter itu pun pergi.

'Penawar itu harus diberikan pada pasien dalam waktu kurang dari 24 jam dari sekarang, meskipun racun itu sudah mulai bereaksi ke dalam tubuh pasien dan membuat pasien kehilangan kesadarannya'. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepala Osean. Kakinya terasa lemas ketika dokter mengatakan hal itu.

Tak lama ia mendapat telepon dari Realdo. Osean meminta untuk Angelina duluan yang masuk, ia nanti menyusul. Realdo menelepon Osean untuk memberitahukan beberapa informasi terbaru pada Tuannya itu.

"Halo, Tuan"

"Halo, Aldo. Bagaimana? Apakah mereka sudah mengatakan sesuatu?"

"Belum, Tuan. Mereka masih di interogasi oleh Tuan muda Glen dan Tuan muda Arlen. Namun, saya ada informasi mengenai racun yang sudah masuk ke tubuh Nona Lea"

"Apa yang kau temukan?"

"Menurut prediksi Dizy, racun itu lumayan mirip dengan racun buatan Dizy. Hanya saja ada sedikit perbedaan dari bahan yang digunakan pada racun tersebut"

"Bisakah Dizy untuk membuat penawar racun itu? Tadi dokter memberikan informasi jika penawar itu harus diberikan pada putriku dalam waktu kurang dari 24 jam dari sekarang"

"Dizy sedang berusaha membuatnya, namun belum sempurna sebab ada beberapa bahan yang ia tak punya dan harus dicari dahulu"

"Bagaimanapun caranya kau harus membantu Dizy untuk menyelesaikan cairan penawar itu. Masalah biaya tak perlu kau risaukan. Kabarkan jika ada sesuatu lagi yang kau temukan"

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya pamit undur diri"

"Ya, silahkan"

Tut... Tut... Tut....

Tepat setelah panggilan itu berakhir, Anggelina memanggil Osean untuk bergantian masuk ke dalam ICU. Osean mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan itu. Saat dirinya masuk, udara di sana seakan menghimpit paru-parunya.

Banyak sekali alat medis yang menempel pada tubuh putrinya. Betapa hancur hatinya melihat kondisi putrinya saat ini. Baru saja putrinya merasakan kebahagiaanya dan hampir menjalani kehidupan yang normal seperti saudaranya yang lain, malah sekarang harus kembali terbaring di ranjang rumah sakit yang sama.

Perlahan Osean duduk disamping ranjang Lea dan menggenggam tangan putrinya itu. Dalam hati ia berjanji akan menemukan otak dari orang yang membawa Lea dalam keadaan antara hidup dan mati ini. Ia takkan membiarkan orang itu bisa bebas menghirup udara di bumi.

👑

Thank you udah baca karyaku

Jangan lupa klik 🌟 nya

See you di part selanjutnya👋

Azlea Claryanca [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang