Rescue Mission

22 10 0
                                    

Sebelum mereka pergi, mereka mengancam akan membunuh sang sopir taksi, jika ia sampai menelepon polisi. Pak Sopir hanya bisa mengangguk pasrah dan hanya menonton gadis kecil yang jadi penumpangnya itu dibawa pergi entah kemana.

Orang-orang itu kemudian memasukkan Anca ke dalam mobil mereka. Beberapa dari mereka masuk ke dalam mobil dan yang lainnya menggunakan motor. Mereka segera pergi meninggalkan taksi dan sopirnya yang masih ketakutan.

Disisi lain Arka masih melajukan motornya mendadak berhenti karena ponselnya menunjukkan lokasi Anca yang sekarang berubah arah, bukan pada jalur yang seharusnya dituju.

'Shit! Kenapa ke arah lain?' batin Arka kaget dan kesal

Arka segera melajukan motornya menuju titik terakhir dimana Anca berada dijalur yang seharusnya. Sesampainya disana ia heran, mengapa didalam taksi itu hanya ada sang sopir. Dimana adiknya? Itu menjadi pertanyaan di pikirannya. Ia melihat ekspresi sopir yang tampak terkejut dan ketakutan.

"Hai, Pak!" sapa Arka pada sopir yang terdiam di kursi pengemudi
"H-hai! Ka-kau me-mencari si-siapa?" tanya sopir terbata- bata
"Dimana gadis yang ada ditaksi ini. Bagaimana bisa ia menghilang? Dan kau tampaknya ketakutan. Coba jelaskan apa yang telah terjadi disini?" tanya Arka meminta penjelasan

Sopir itu tampak diam. Arka yang sudah kehilangan kesabaran, kembali mengulang pertanyaannya dengan tegas dan nada yang tinggi. Arka tak menyukai basa basi disaat situasi seperti ini. Nyawa adiknya yang sedang ia jaga dalam bahaya.

"Pak! Jelaskan dimana gadis itu?! Atau saya akan laporkan anda atas tuduhan komplotan penculikan adik saya!!" tegas Arka dengan emosi yang membara

"Bi-biarkan saya bernapas dengan tenang dulu..." pinta si sopir yang masih gemetaran tangannya

Arka mempersilahkan sopir itu dan memberikannya waktu untuk mengatur pernapasannya yang sebelumnya masih terasa sesak di dada.

"Sudah bisa menceritakan?" tanya Arka

Sopir itu mengangguk dan mulai menceritakan kejadian yang terjadi beberapa menit lalu. Arka yang menyimak tampak marah dan gelisah. Arka marah atas apa yang orang-orang itu perbuat pada adiknya dan ia gelisah dengan nasib Anca setelah ini.

Jari-jari tangan Arka mengepal hingga terlihat urat-uratnya, ia menahan emosi yang terus membara di dadanya. Arka mengucapkan terima kasih pada sang sopir karena sopir itu telah berkata jujur dan menceritakan hal yang sudah terjadi.

Tak lupa Arka membayar taksi itu, sebab Anca belum sempat membayarnya. Setelah itu Arka segera melajukan motornya lagi menuju titik dimana Anca sekarang berada. Ia yakin ponsel Anca pasti diambil alih oleh mereka. Apa maunya sih mereka dengan menculik adiknya? Apa pelaku ini sama dengan pelaku yang dulu juga menculiknya?. Pikiran Arka melayang memikirkan dalang dibalik semua ini.

Sesampainya disana, Arka terkejut. Rupanya lokasi itu menunjukan pada sebuah gedung yang sudah lama tidak terpakai. Arka mematikan mesin motornya dan bersembunyi bersama motornya dibalik semak-semak. Tempatnya bersembunyi tak jauh dari gedung itu. Arka lalu menghubungi keluarganya untuk memberitahukan hal ini. Sebagai kakak, ia merasa gagal dalam menjaga adiknya kali ini. Harusnya ia mengatakan dengan jujur jika dirinya tak ada pertandingan basket di hari ini, tentu sekarang nyawa Anca tidak dalam bahaya.

 Harusnya ia mengatakan dengan jujur jika dirinya tak ada pertandingan basket di hari ini, tentu sekarang nyawa Anca tidak dalam bahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Azlea Claryanca [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang