"Jangan bermain api jika tidak mau terbakar."Vika tahu ungkapan itu sejak lama. Namun, ia baru tahu maksudnya sekarang.
Sekarang, ketika ia sudah tenggelam ke dalam lautan api yang membakar seluruh tubuhnya dengan gairah yang membara. Ketika akal sehatnya hangus terbakar, membuatnya lupa diri dan tidak peduli dengan apa pun yang akan terjadi di masa depan. Ketika satu-satunya yang terpikir di kepalanya saat ini adalah bagaimana ia bisa merasakan kenikmatan ini untuk waktu yang lama.
Kalau bisa, selamanya. Meski ia pun tahu bahwa semua ini hanyalah kenikmatan sesaat.
Namun, siapa sangka bahwa 'sesaat' yang dimaksud itu sesebentar ini?
Vika terhenyak menyadari sisi kasur sebelahnya kosong. Pandangannya langsung terarah pada kamar mandi. Secepat kilat, ia melompat dari kasur, mengecek kamar mandi.
Sial. Tidak ada orang.
Pandangannya berganti pada sudut ruangan, di mana terdapat walk in closet yang pintunya terbuka lebar.
Tadi malam koper pink yang tergeletak di sana bersebelahan dengan koper Rimowa hitam yang mengkilap. Tetapi, pagi ini koper senilai puluhan juta itu menghilang. Pun dengan isi rak sepatu yang sebelumnya dipenuhi oleh beberapa sepatu dan sandal berukuran 42, kini menyisakan heels hitam dan sandal pink miliknya, yang tampak sangat kesepian.
Dalam satu malam, surga dunia Vika ambruk. Dunia indah layaknya negeri dongeng yang membuainya selama beberapa waktu terakhir, hilang begitu saja. Ia seperti baru saja terbangun dari mimpi.
Tubuhnya yang masih telanjang, terduduk dengan pandangan kosong. Ia berusaha mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Menyusun satu per satu memorinya yang berantakan, merangkainya untuk bisa mencerna apa yang tengah terjadi sekarang.
Tidak ada yang salah. Liburan mereka berjalan sama seperti biasanya. Ini merupakan jadwal pertemuan rutin mereka seperti bulan-bulan sebelumnya.
Rencananya mereka akan menghabiskan waktu di villa ini dari Senin sampai Jum'at. Entah itu untuk berkeliling di sekitar villa mencari restoran enak, atau berjemur di pinggir private beach yang terhubung langsung dengan villa senilai puluhan juta ini.
Dan bisa jadi, rencana explore itu tidak terlaksana seperti bulan lalu, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu bercumbu di seluruh area villa dengan gairah yang tidak pernah padam.
Vika masih ingat dengan jelas semua pembicaraan manis mereka di sela banyaknya hidangan yang memenuhi meja. Mereka tertawa lebar sambil menikmati sebotol wine, saling melempar godaan, lantas merapatkan tubuh untuk bercumbu, menjamah tubuh satu sama lain meresapi setiap kenikmatan yang bergejolak, melanjutkan ronde berikutnya dengan berbagai gaya sampai energi mereka benar-benar habis.
Nyatanya, semua itu sangat berbeda dengan apa yang Vika hadapi sekarang. Bukannya terbangun di dalam pelukan tubuh telanjang Calvin, ia malah mendapati kehampaan yang membuat hatinya berlubang.
Sampai bermenit-menit setelahnya, Vika masih termenung. Kepalanya sibuk menyangkal situasi ganjil ini, dengan menganggap pria itu sedang olahraga sekarang. Atau mungkin, sedang keluar sebentar untuk membeli sesuatu?
Namun, kenapa semua barangnya turut dibawa pergi?
Calvin bukan tipe pria seperti itu. Tidak pernah sekalipun Calvin meninggalkan Vika tanpa penjelasan. Dia justru sangat tegas dalam berkomunikasi, selalu menekankan Vika untuk memberi kabar dalam kondisi apa pun, terutaram ketika mereka sedang berlibur berdua. Di antara keduanya, Calvin-lah yang seringkali marah kalau Vika sulit dihubungi atau tidak memberi kabar seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Kaya Baru
RomanceJangan bermain api, kalau tidak mau terbakar. Bukannya berhenti, Thetanea Davika (28) malah menyeburkan diri ke dalam api yang kemudian membakar seluruh akal sehatnya. Menghabisi logikanya, membuatnya rela melakukan apa saja, asalkan bisa terus bers...