Bab 10: Penjelasan yang Tertunda

2.8K 499 158
                                    

Semua ini disebabkan oleh catokan jadul milik Vika yang umurnya sudah sepuluh tahun. Catokan bersejarah yang menemani Vika sejak masih miskin—duit pas-pasan tinggal di kosan, sampai sekarang ia memiliki kehidupan yang sedikit lebih baik.

Atau bisa disebut jauh lebih baik—karena sekarang Calvin berada dalam genggamannya lagi.

Selayaknya perempuan sentimental pada umumnya, Vika menjaga catokan itu sepenuh hati, seolah itu merupakan barang peninggalkan prasejarah yang layak diabadikan. Meski saat ini uangnya cukup untuk membeli catokan seharga motor sekalipun, Vika tetap setia pada catokan butut itu, selagi masih bisa berfungsi.

Sudah ratusan kali ia mengelu-elukan kehebatan catokan itu pada teman-temannya dan anak kantor. Barangkali, itu merupakan salah satu kebanggaan terbesarnya, bisa membeli barang murah dengan kualitas yang luar biasa awet.

Kini riwayat catokan itu sudah tamat.

Akibat terlalu antusias ingin mendandani Caca, Vika lupa tidak mencabut kabelnya. Catokan butut—dan murahan—itu belum memiliki teknologi canggih yang bisa mati sendiri kalau sudah tidak digunakan. Daya yang terlalu panas, menyebabkan catokannya meledak, menimbulkan percikan api yang membakar separuh meja riasnya.

"Gue tuh baru balik beli makan malem. Terus gue buka pintu balkon. Eh, kok ada asap? Gue pikir, elo udah balik, dan lagi ngerokok di balkon kayak biasanya. Ya udah, gue keluar balkon, pengen ajakin lo makan bareng. Tapi gue kaget, pas tahu kalau ternyata asapnya tebal banget dari unit lo. Dan nggak lama setelah itu alarm kebakaran bunyi. Semua orang heboh keluar unit. Gue telepon security, kasih tau kalau sumber apinya dari unit lo. Mereka masuk pakai kunci cadangan, terus madamin api di kamar lo, yang udah lumayan gede. Asli deh, Vik, drama banget! Gue kayak lagi lihat adegan film action secara live tahu nggak?!" Tanpa diminta, Nasya langsung menjelaskan kronologisnya, setelah Vika mengecek ke dalam unitnya sebentar. Wanita itu bercerita dengan heboh, sambil memeragakan setiap kejadian.

Ketika tiba di depan unitnya, ada beberapa tetangga apartemen yang melirik ke arah Vika dengan penuh penghakiman. Mereka dipaksa bubar oleh kedatangan staf pengelola apartemen dan beberapa teknisi, untuk melihat separah apa kerusakan yang diakibatkan oleh insiden ini. Api sudah berhasil dipadamkan menggunakan APAR oleh dua orang satpam yang ditelepon Nasya.

Sampai detik ini, Vika hanya bisa melongo di depan pintu apartemennya yang terbuka lebar, masih banyak sisa asap. Kebakarannya enggak terlalu parah—syukurlah. Api belum sempat merambat ke mana-mana, ketika satpam tiba. Namun, akibatnya aliran listrik di seluruh gedung jadi mengalami gangguan. Pihak teknisi mengatakan, butuh sekitar satu hingga dua jam sampai listrik bisa kembali menyala.

Situasi ini tidak pernah terbesit di kepala Vika. Ia tidak sanggup melihat kekacauan di kamarnya yang masih dipenuhi asap. Otaknya seperti berhenti bekerja, sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama. Kini ia hanya termenung di lorong depan kamarnya dengan perasaan tumpang tindih. Masih kebingungan harus melakukan apa.

"Mbak Vika, berhubung kejadian ini atas dasar kecerobohan sendiri, maka pihak—" Ucapan staf yang menghampiri Vika langsung terpotong, ketika Calvin menyela.

"Bapak bisa bicara pada saya untuk membahas rincian ganti ruginya. Saya yang akan bertanggung jawab atas semua kerugian yang terjadi."

Saking bingungnya dengan situasi yang ia hadapi saat ini, Vika tidak sempat memperhatikan apa saja yang Calvin lakukan. Tadi Vika keluar duluan, sedangkan Calvin masih bertahan di dalam ruangan penuh asap itu.

Dan sekarang, ia mendapati pria itu sudah berdiri di depannya. Lengan kemejanya sudah digulung sampai siku. Pria itu mengajak beberapa staf manajemen apartemen berbicara di sisi kiri yang agak jauh dari Vika, seakan tidak ingin mengganggu waktu melamun Vika.

Orang Kaya BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang