Bab 5: Perempuan yang Sulit Ditebak

2.7K 430 83
                                    




"Lho? Kok—" Suara Daniel tidak dilanjutkan lagi. Secara kebetulan, mereka berdua keluar dari kamar bersamaan. Posisi kamar mereka yang bersebrangan membuat situasi menjadi sangat aneh.

Calvin hanya mendengkus, tampak bosan sekali melihat wajah sohibnya itu.

Sedangkan Daniel memindai penampilan Calvin dari atas sampai bawah dengan kening mengerut. "Mau ke mana lo?"

Sama sekali tidak ada niatan bagi Calvin untuk menyahuti pertanyaan itu. Ia melangkah lebih dulu menuju lift.

Derap langkah menyebalkan itu mengikutinya. "Gue pikir ... lo bakal ... minta sarapannya dianter ke kamar!"

Sesuai dugaan, Daniel langsung melontarkan ledekan-ledekan menyebalkan.

"Tadi malem gue lihat lo cabut duluan sama cewek itu. Rangkulan mesra banget!"

Untuk yang satu ini, Calvin ingin sekali mengkritik kemampuan Daniel dalam menerjemahkan sebuah gestur. Karena dibanding berangkulan mesra, yang terjadi sebenarnya adalah Calvin berusaha menyeret Vika keluar dari area pesta di rooftop.

Namun, daripada setelahnya mendengar ledekan lebih menyebalkan lagi, Calvin memilih diam saja. Enggan mengomentari apa-apa.

"Padahal gue sama Haris udah taruhan, kalau kemungkinan besar, hari ini lo bakal minta extend, saking asyiknya ... temu kangen," sambung Daniel, yang tidak terlalu peduli apakah Calvin akan menanggapinya atau tidak. Yang jelas, selagi Calvin masih punya kuping, Daniel akan terus bicara.

"Dan tadi malem, gue juga sempat mensyukuri, kamar kita enggak sebelahan. Karena kalau sebelahan, gue pasti bakal enggak bisa tidur dengar suara lo sama cewek itu yang gedabrukan." Daniel menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak taunya ... lo malah kelihatan sebaliknya."

"Bukannya berantakan karena seks panas, lo malah kelihatan kayak ... enggak tidur semaleman?" Tidak menyerah, Daniel terus mendesak. "Kenapa sih? Lo ditolak sama cewek itu?"

Mungkin kuping Calvin akan berdarah sebentar lagi, kalau Daniel tetap berada di sisinya seperti ini. Untungnya, tidak lama setelah itu, pintu lift terbuka di lantai tujuan Daniel. Pria itu sengaja keluar pagi-pagi sekali untuk ke gym sebentar, seperti biasa.

Tanpa mengatakan apa-apa, Calvin mendorong tubuh Daniel keluar dari lift sampai pria itu nyaris tersungkur. Lantas segera menekan tombol agar lift kembali menutup, sebelum Daniel sempat mencegahnya.

Kini cuma ada dirinya di dalam lift. Ini memang terlalu pagi untuk sarapan. Namun, Calvin tetap berjalan santai keluar dari lift, ketika tiba di lantai tempat restoran berada. Bukannya langsung menghampiri petugas untuk mengonfirmasi nomor kamarnya dan memasuki area restoran, Calvin sengaja duduk di bagian luar restoran. Menunggu seseorang tiba.

Toh, petugas hotel masih wara-wiri menghidangkan makanan. Belum ada makanan yang sudah siap di santap. Dan saat ini Calvin bukan sedang mencari makanan. Kalau bukan karena wanita sialan itu, Calvin jelas lebih memilih lanjut tidur sampai siang, mengingat semalaman ia kesulitan tidur.

Calvin ingat sekali, dua tahun lalu, wanita itu selalu heboh mencari makanan di setiap pagi—beberapa menit setelah membuka mata. Dia sama sekali tidak bisa menahan lapar satu menit pun. Mood-nya akan langsung menurun drastis kalau sedang kelaparan. Jadi, Calvin harus menyediakan banyak makanan sebelum memforsir tenaganya dalam seks yang panas.

Namun, setiap kali Calvin meminta sarapannya diantar ke kamar, wanita itu protes. "Aku lebih suka makan di restoran, Mas. Bisa pilih langsung mau makan apa, sambil lihat-lihat pemandangan. Suasana ramai orang makan di restoran juga bikin aku makin menikmati makanannya. Daripada cuma makan di kamar doang begini, enakan di restoran langsung, kan?"

Orang Kaya BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang