Bab 7: Bukan Kebetulan Biasa

2.3K 558 141
                                    

note: Semua perusahaan yang tercantum adalah fiktif, jika ada kesamaan nama dan tempat itu hanya kebetulan.

***



"Lho? Kok tumben ke Jogja, Bos? Enggak ke Bali nih?"

Calvin mengabaikan ledekan dari Arinda—stafnya di kantor.

"Biasalah, Rin, kayak nggak kenal Bos lo aja!" sahut Daniel sambil tersenyum penuh arti, penuh isyarat.

"Ohh, udah nemu cewek baru ya, Bos? Padahal baru aja mau gue jodohin sama Kakaknya temen gue." Arinda terkekeh kecil, semakin gencar meledek ketika Daniel ikut menambahi.

"Ternyata usut punya usut, cewek Bali itu ... tinggalnya di Jogja, Rin. Makanya dia mau nyusulin." Daniel memelankan suaranya sedikit berbisik, yang sebenarnya tetap bisa didengar Calvin dengan jelas.

"Hah? Jadi, Pak Angga menolak semua rencana perjodohan, karena masih stuck sama cewek Bali itu? Dan sekarang, akhirnya balikan sama cewek Bali itu? Terus ... tempat nge-date-nya pindah ke Jogja?" Arinda terbelalak, sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Daniel terbahak-bahak mendengarnya, mengangguk mengiakan. "Jangan terlalu diperjelas gitu lah, Rin."

"Penjelasan saya tadi udah jelas kan, Rin? Kalau proposal proyek dari Haris udah jadi, kamu review dulu, kamu cek kelengkapan dan data-datanya semua valid atau enggak. Baru setelah itu kirim ke saya, lewat email aja, jangan telepon saya, sebelum saya telepon kamu duluan!" Calvin menyela obrolan enggak penting itu dengan tatapan serius. Menatap Arinda itu dengan sangat serius. 

"Siap, Pak!" Arinda mengangguk patuh. Rasanya seperti deja vu. Perintah tersebut kerap Calvin berikan dua tahun lalu, sebelum pergi ke Bali selama lima hari. Dan sekarang, setelah sekian lama, Calvin menerapkan aturan itu lagi. Yang mana itu artinya, Calvin enggak mau diganggu dengan urusan apa pun, kecuali bersifat sangat urgent. Pria itu juga sering mematikan ponselnya, sama sekali tidak mau mengangkat telepon yang berkaitan dengan pekerjaan.

"Udah nemu alamatnya?" Daniel mendekati Calvin dengan penuh penasaran.

Bukannya menjawab, Calvin mengarahkan tatapannya ke arah Arinda, seakan memberikan isyarat bahwa meeting mereka pagi ini sudah selesai, dan wanita itu tidak berkepentingan lagi di sini.

"Beneran udah dapet?" Daniel kembali mendesak, semakin antusias ketika tatapan Calvin masih sama datarnya.

"Apa sih? Gue ke Jogja mau ketemu anak gue!" Calvin melirik tajam, sembari mengemasi barang-barangnya.

"Halahhh! Waktu dulu ke Bali juga lo suka alibi mau ketemu klien lahhh, mau ketemu kakak lo lahh, tapi kenyataannya... lo kekepin cewek itu di villa semingguan?" Daniel menipiskan bibir.

"Gue serius!" desis Calvin sengit.

Bertepatan dengan itu, ponselnya bergetar. Beberapa notifikasi muncul. Ternyata Catherine baru saja membalas pesan yang ia kirimkan setengah jam lalu.


Catherine: Iya, aku sama Mas Wira lagi di Penang

Catherine: Caca di rumah sendirian. Aku suruh dia nginep di rumah Bara.

Catherine: Tapi dia enggak mau. Katanya mau ngedate

Catherine: Makin centil aja tuh anak

Catherine: Aku bilang ke Bara supaya jemput Caca tar malem di tempat ngedate-nya.


Calvin: Ngedate sama siapa?


Catherine: temen sekolahnya


Calvin: Kamu izinkan?


Catherine: Why not?


Orang Kaya BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang