Bab 7

13.9K 952 49
                                    

Fisah meletakkan sendok dan menyudahi sarapannya. Lagipula sepertinya tidak ada yang selera makan. Bahkan papanya yang biasa makan lahap, pagi ini tak menghabiskan sarapannya.

Keadaan rumah benar-benar berubah sejak tadi malam. Dan Fisah rasanya sudah lelah untuk menjelaskan. Tidak ada yang mau mendengarkan. Kalaupun dengar, juga tidak ada yang mau percaya.

Tapi jika tidak dijelaskan, bukankah akan menjadi masalah.

"Pah, mah__"

"Papa berangkat, mah."ucap Anhar yang segera berdiri kemudian mengulurkan tangan pada istrinya.

"Hati-hati, mas."ucap Rista lalu segera mengantar suaminya ke depan.

Fisah hanya bisa menghela napas lalu berdiri dan kembali ke kamarnya. Baiklah, jika tidak ada yang percaya maka ia akan mengambil cara lain untuk membuktikan kalau tidak ada janin apapun di rahimnya.

Setelah mengambil dompet dan ponselnya, Fisah segera keluar. Ia akan pergi membeli nanas muda lalu memakannya. Jika tidak ada yang terjadi, orang tuanya pasti percaya kalau ia tidak hamil.

"Nanas muda, pak. Tiga buah."ucap Fisah saat tiba di depan penjual buah.

"Untuk apa, neng?"

Fisah mengernyit."Ya untuk dimakan, pak."

"Oh dimakan."

Apa-apaan itu. Kalau beli buah kan memang untuk dimakan tapi kenapa seperti ia melakukan kesalahan.

"Ini, neng. Tiga puluh ribu."

Fisah segera mengeluarkan uang puluhan ribu tiga lembar kemudian memberikannya pada bapak penjual buah.

"Dasar anak muda zaman sekarang."

Fisah mendengarnya namun enggan menanggapi. Dari pada ribut di sini lebih baik ia cepat-cepat pulang. Lagipula ia tidak seperti yang penjual buah itu pikirkan.

Begitu tiba di rumah, Fisah segera mengupas buah nanas. Langsung ketiganya biar mabuk nanas sekalian.

Setelah dipotong kecil-kecil, Fisah segera mengambil satu potong. Semoga rasanya tidak buruk agar ia bisa memakannya.

Namun sebelum nanas kecil tadi masuk ke mulut, sebuah tangan justru terasa memukul pundaknya cukup keras hingga potongan nanas tadi jatih ke lantai.

"Apa-apan ini hah?"

Fisah segera menatap mamanya yang terlihat sangat marah."Mah_"

"Bisa-bisanya kamu melakukan ini, Fisah. Apa mama dan papa mendidikmu seperti ini. Belum keluar dari satu dosa, kamu sudah ingin melakukan dosa lain. Benar-benar tidak pantas untuk dimaafkan."teriak Rista lalu mengambil dua piring yang berisi buah nanas kemudian membuangnya ke bak sampah.

"Mama salah paham, Fisah cuma mau nunjukin kalau__"

"Diam!"bentak Rista penuh amarah. Wajahnya bahkan memerah tanda bahwa ia benar-benar emosi."Mama benar-benar kecewa, Fisah. Sekarang masuk ke kamar dan jangan keluar."teriak Rista membuat Fisah menggeleng.

"Mah_"

"Cepat! Jangan membuat mama memukulmu."teriak Rista membuat Fisah terpaksa kembali ke kamarnya. Baru sekarang ia dibentak oleh mamanya dan rasanya benar-benar menyakitkan.

Sedang Rista langsung saja menangis. Ia meraung sambil menatap potongan buah nanas yang kini sudah ada di bak sampah. Andai tadi ia tak melihat, maka putrinya akan kembali membuat dosa.

"Ya Tuhan, dosa apa yang hamba miliki hingga engkau berikan hamba putri yang tidak takut dosa seperti itu."isak Rista lalu segera mengambil ponselnya. Tidak bisa dibiarkan seperti ini. Putrinya harus segera dinikahkan agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.

Dan di sinilah Rista dan Anhar berada, di rumah sakit. Sebenarnya malu bagi mereka untuk datang namun masalah ini memang tidak bisa ditunda lagi.

"Fisah mau makan nanas muda untuk gugurkan kandungannya?"kaget Sinta. Saking kagetnya, tubuhnya sampai limbung ke belakang. Untung saja ada suaminya.

Rista mengangguk."Karena itulah kami datang ke sini. Kalau bisa anak-anak harus segera dinikahkan. Walau bagaimanapun mereka harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan."

"Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terpikirkan oleh fisah. Padahal ada dua nyawa yang dipertaruhkan."ucap Sinta tak habis pikir.

"Dua nyawa?"kaget Rista. Begitupun Anhar yang tidak tahu apapun.

Sinta mengangguk."Kami baru tahu kalau Fisah mengandung bayi kembar."

Sekarang gantian Rista yang limbung. Ia hampir pingsan namun masih bisa bertahan.

"Mas."cicit Rista pada suaminya. Ia kembali menangis. Kali ini rasa sakitnya berubah berkali-kali lipat.

Ceklek

Laks mengernyit saat melihat ada orang tua Nafisah. Namun sesaat kemudian langsung bisa mengerti. Pasti masalah USG tadi malam. Walau sudah berusaha untuk menjelaskan namun nyatanya kesalahpahaman masih saja berlanjut.

Sinta segera mendekat dan menarik tangan putranya."Mama tidak mau mendengar alasan lagi. Pokoknya kamu dan Fisah harus menikah hari ini juga."

"Mama bicara apa?"tanya Laks bingung. Lebih tepatnya dia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Jangan mengelak lagi. Kamu salah dan harus segera mempertanggung jawabkannya."tegas Bahrul pada putranya.

"Tapi__"

Sinta segera memukul putranya."Bisa tidak jangan melawan orang tua? Apa jangan-jangan kamu tidak ingin bertanggungjawab karena itu Fisah nekad memakan nanas muda untuk menggugurkan kandungannya."

Laks langsung melotot.

Nanas muda?

Menggugurkan kandungan?

Apalagi ini? Kenapa setiap hari selalu saja ada hal yang membuat salah paham terus berlanjut.

Bersambung

Di Lamar Pak Dosen (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang