Bab 16

13K 1K 99
                                    

"Abang marah ya?"tanya Fisah. Ia berdiri di depan pintu kamar dan tidak berani masuk.

Laks hanya diam. Dia duduk di atas kasur dan menatap lurus ke depan.

"Apa tadi mama Sinta marahin abang?"tanya Fisah lagi. Ia tidak melakukan kesalahan apapun, jadi sudah pasti bukan merajuk padanya.

Laks menghela napas"Masuk dan tutup pintunya!"

Fisah segera menutup pintu kemudian melangkah mendekati suaminya.

"Duduk!"titah Laks membuat Fisah segera duduk di samping suaminya.

"Bukan di sana."tegur Laks membuat Fisah mengenyit bingung lalu segera turun dan duduk di lantai.

Laks berdecak lalu menarik lengan Fisah agar berdiri."Duduk di sini."ucap Laks sembari memaksa Fisah duduk dipangkuannya.

Eh?

Fisah melotot lalu bergerak tak nyaman."Abang kenapa sih?"tanya Fisah bingung.

"Kenapa tadi tidak menolak?"tanya Laks dengan mata yang menatap tajam istrinya.

Fisah diam sesaat."Menolak resepsi? Abang tidak mau resepsi ya?"

Laks segera memijat keningnya."Bukan itu."

"Lalu apa?"tanya Fisah tak mengerti.

"Kenapa kamu setuju kita pisah rumah?"

Hening. Keadaan mendadak hening karena Fisah sedang mencoba memahami situasinya. Jadi suaminya tidak mau mereka pisah rumah, karena itu marah. Lagipula ini normal. Memangnya siapa yang tidak mau pulang dan tidur di kamar sendiri.

"Katakan!"desak Laks membuat Fisah menggeleng.

"Jadi abang marah karena ini?"bukannya menjawab, Fisah malah bertanya balik.

"Hm."

"Harusnya abang senang dong. Kan bisa kembali seperti dulu. Tidur di kamar sendirian, bisa jalan-jalan__eh?"Fisah melotot kaget saat tubuhnya didorong pelan hingga berdiri.

"Baiklah. Abang tidak bisa bicara apa-apa lagi kalau nyatanya cuma abang yang keberatan kita pisah rumah."ucap Laks lalu bergerak mengambil kunci mobilnya.

Fisah menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya tadi ia tak sengaja mengungkapkan isi hati bahwa ia senang pisah rumah karena bisa tidur sendirian dan jalan-jalan.

"Ayo, abang antar."ucap Laks kemudian keluar dari kamar.

Fisah hanya menghela napas lalu segera berlari menyusul suaminya.

Di dalam mobil, hanya ada keheningan. Sebenarnya Fisah beberapa kali mengajak suaminya bicara hanya saja tidak ada tanggapan yang berarti.

"Abang masih marah?"tanya Fisah yang entah untuk keberapa kali.

"Tidak."

"Baguslah. Nanti kalau abang mau telpon, ke nomer mama atau papa ya."

Laks menatap istrinya. Dia baru ingat jika ponsel Fisah rusak dan belum beli yang baru.

"Mau beli ponsel baru?"tawar Laks sembari memperhatikan sisi jalan, siapa tahu ada toko ponsel atau sejenisnya.

"Mau. Tapi aku mau minta uangnya dulu ke papa."

"Kamu itu sudah punya suami, minta uangnya harus ke abang."ucap Laks membuat Fisah tersenyum.

"Terus nanti sebagai bayarannya, abang mau minta jatah gitu?"tanya Fisah dengan tawa.

Laks hanya diam. Tak menyangka jika Fisah akan membahas tentang jatah malam.

"Bagaimana mau minta jatah, kan pisah rumah."

Fisah langsung menyentuh lengan suaminya."Abang kan bisa datang ke rumah."

Laks langsung melirik istrinya lalu menelan ludah saat melihat Fisah tersenyum sambil mengangguk.

"Baiklah."kalau begitu dia tidak akan sungkan lagi.

Hari pertama pisah rumah.

Tok tok

"Siapa?"teriak Rista. Ini sudah hampir jam sepuluh malam dan malah ada yang mengetuk pintu. Ini hantu atau bagaimana?

Ceklek

Rista langsung melotot lalu sesaat kemudian tersenyum ramah saat melihat bahwa yang datang adalah menantunya.

"Langsung ke kamar saja, Fisah nya ada di kamar."tunjuk Rista. Karena yakin menantunya akan menginap.

Hari kedua setelah pisah rumah.

Tok tok

Rista yang masih merapikan dapur segera berlari untuk membuka pintu.

Ceklek

"Nak Laks, masuk saja! Fisahnya ada di kamar."

Hari ketiga setelah pisah rumah.

Tok tok

Rista yang sudah biasa mendengar suara ketukan pintu bergegas menuju depan.

Ceklek

"Fisahnya di kamar."

Hari keempat pisah rumah."

Tok tok

"Iya. Masuk saja. Belum dikunci."teriak Rista dari ruang depan.

Ceklek

"Di kamar!"tunjuk Rista membuat Laks tersenyum sungkan lalu segera melangkah menuju kamar istrinya.

Rista hanya menggeleng pelan lalu segera mengunci pintu kemudian bergegas kembali ke kamarnya.

"Laks datang lagi, mah?"tanya Anhar pada istrinya.

"Iya, mas. Tiap malam."ucap Rista lalu tertawa.

"Ini akibatnya kalau pengantin baru dipisah."canda Anhar lalu meminta istrinya naik ke atas tempat tidur.

"Malam ini kita jangan mau kalah sama anak-anak, mas."ucap Rista membuat keduanya langsung tertawa. Pasalnya kamar mereka yang berdampingan dengan ukuran yang cukup kecil. Memungkinkan untuk suara-suara aneh terdengar dari kamar sebelah.

"Anak kita ternyata sudah besar."ucap Anhar membuat Rista mengangguk.

Sedang di kamar sebelah, terlihat Fisah yang sudah hampir menutup mata namun terpaksa bangun saat melihat suaminya datang.

Ingin sekali Fisah mengeluh tapi mana bisa. Kalau merajuk lagi, bisa bahaya.

Akhirnya, meski tubuh sudah hampir berantakan, Fisah tetap membuka baju dan bersiap melayani suaminya.

Laks hanya menghela napas. Padahal hari ini dia begitu lelah. Tapi Fisah sepertinya sedang ingin. Tidak mungkin dia tolak.

Padahal niatnya hanya untuk tidur, tapi dia juga tidak boleh mengabaikan keinginan istrinya begitu saja.

Sepertinya Fisah adalah tipe yang suka meminta duluan, buktinya hampir setiap malam dia datang, wanita itu selalu bersemangat mengajaknya bercinta. Padahal Laks hanya ingin tidur bersama istrinya.

Bersambung

Di Lamar Pak Dosen (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang