Bab 33

9.6K 818 67
                                    

Fisah memaksakan diri untuk tersenyum lalu mengusap kepalanya. Ia menahan diri untuk kesal pada keponakan mertuanya itu.

"Kakak ipar mau bantu kan? Aku benar-benar ingin kuliah di sini tapi tidak ada yang setuju."ucap Rania. Ia sengaja datang ke sini dan meminta bantuan. Tentu saja jika kakak iparnya yang bicara, semua akan langsung menurut.

"Bicara saja pada abangmu langsung. Bukannya dia paling tidak bisa mengabaikan permintaanmu."

"Apa maksud kakak ipar bicara begitu? Aku datang ke sini, tentu karena abang sepupu sudah menolak."ucap Rania membuat Fisah diam. Benarkah suaminya menolak?

"Maaf, Rania. Tapi kakak tidak bisa bantu."ucap Fisah akhirnya. Ia tidak mau terlibat dengan gadis itu. Takutnya nanti malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"Kakak ipar kok begitu sih? Padahal cuma bantu bicara. Aku yakin abang pasti langsung mengiyakan jika kakak yang bilang."rengek Rania membuat Fisah menggeleng.

"Kakak tidak sepenting itu hingga apa yang dikatakan akan langsung dikabulkan."ucap Fisah namun Rania tetap kekeh.

"Paling tidak kakak harus mencobanya dulu. Kalau tidak berhasil ya sudah."

Fisah menggeleng."Kakak minta maaf, tapi kakak tetap tidak bisa membantu."

"Ck! Aku pikir kakak itu baik loh."ucap Rania kesal.

"Terserah saja. Jika tidak ada urusan lagi, sebaiknya pergi dari sini."usir Fisah membuat Rania segera berdiri lalu segera pergi dari sana.

"Nyesal aku datang ke sini."ucap Rania sebelum benar-benar pergi. Dan Fisah hanya bisa mengelus dada. Untung saja ia berani menolak.

Rania bergegas kembali. Ia akan mengadukan sifat kakak iparnya pada bibi Sinta. Wanita itu terlalu sombong menurut Rania, padahal ia datang baik-baik tapi malah ditolak.

Begitu tiba di rumah, Rania langsung mendekati seluruh keluarga yang sedang berkumpul. Mereka terlihat sangat senang padahal ia sedang marah.

"Rania, lihat! Ini baju yang akan kita pakai saat resepsi sepupumu nanti. Ambil dan cobalah!"

Rania mengabaikan itu dan memilih mendekati Sinta.

"Ada apa?"tanya Sinta. Ia menatap was was pada keponakannya itu.

"Apa bibi tahu kalau istri abang itu punya sifat yang tidak baik."ucap Rania membuat kericuhan keluarga yang sedang mencoba pakaian baru segera terhenti.

"Kamu ini bicara apa?"tanya Sinta kesal. Ia bahkan langsung berdiri.

"Tadi aku ke sana dan diusir. Padahal aku datang baik-baik."

Sinta berkacak pinggang."Kamu ke rumah menantu bibi?"

"Iya."

"Untuk apa?"tanya Sinta dengan mata melotot.

"Aku ingin meminta bantuan pada kakak ipar. Tapi jangankan membantu, aku malah diusir."jelas Rania membuat Sinta mengusap kepalanya kasar.

"Memangnya bantuan apa yang kamu minta pada kakak iparmu?"

Rania melirik orang tuanya."Aku __cuma ingin kakak ipar membantuku bicara. Sudah ku bilang, aku ingin kuliah."

"Lalu apa hubungannya dengan Fisah?"tanya Sinta marah.

"Bibi dan abang pasti akan mendengarkan kata-kata kakak ipar. Jadi apa salahnya kalau aku minta bantuan."

"Woahh"Sinta hampir bertepuk tangan. Kenapa keponakannya bisa sehebat itu. Masalah anak dan menantunya bahkan belum menemui titik terang, sekarang malah menambah masalah baru.

"Ada apa?"tanya Laks. Dia baru keluar dari kamar dan ingin pergi ke rumah istrinya. Tapi sepertinya Rania kembali membuat ulah.

Sinta segera mendekat dan menepuk pundak putranya."Cepat! Pergilah ke rumah istrimu. Rania baru saja datang ke sana dan membuat keributan."adu Sinta cemas membuat Laks melotot lalu menatap sepupunya itu.

"Aku tidak membuat keributan. Justru kakak ipar yang bersikap tidak baik."ucap Rania tak mau disalahkan.

"Rania, diam! Apa kau tidak mengerti situasinya?"tegur Ayu pada putrinya.

"Tapi kan benar, mah. Kakak ipar yang bersikap tidak sopan dengan mengusirku pulang. Padahal aku datang baik-baik."

"Ini! ini adalah alasan mama melarangmu tinggal jauh dari kami. Kamu selalu bersikap semena-mena dan tidak mau kalah. Padahal sudah jelas salah masih bisa membela diri. Pokoknya sampai kapanpun, mama tidak akan biarkan kamu kuliah di sini. Bisa repot bibi dan pamanmu kalau harus menjaga gadis sepertimu."

Sinta menghela napas lega. Setidaknya Ayu bisa bersikap bijak.

"Cepat temui istrimu dan minta maaf. Jangan sampai Fisah menjadi lebih marah."ucap Sinta membuat Laks mengangguk lalu segera pergi dari rumah.

Semoga Fisah tidak marah, batin Sinta.

Bersambung

Di Lamar Pak Dosen (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang