Bab 3

2.3K 595 85
                                    

"BITHA! BITHA! BITHA!"

Bitha memejamkan mata ketika mendengar suara teriakan Papinya yang menggelegar. Sendok yang sudah akan masuk mulut, kembali ia letakkan ke piring. Belum ada satu suapan yang masuk ke mulutnya.

"Kamu beneran nabrak warung, hah?" tanya Papi sedikit menggebrak meja makan.

Karena gebrakan itu membuat Bitha terlonjak dan degup jantungnya meningkat. Setelah berusaha menenangkan degup jantungnya, akhirnya ia menjawab. "Iya, aku emang nggak sengaja nabrak karena ngantuk waktu nyetir."

"Ada korbannya?"

"Nggak ada korban jiwa," jawab Bitha cepat. "Yang rusak cuma warung yang aku tabrak dan bagian depan mobilku," lanjutnya.

"Kenapa bisa nabrak? Kamu ngantuk atau mabuk?" tanya Papi dengan nada dan tatapan tajam.

"Ngantuk, Pi."

"Kenapa di berita ditulisnya kalo kamu nabrak karena mabuk. Bahkan ada beberapa artikel bilang kalo kamu ngobat." Papi mulai mencak-mencak meluapkan emosinya.

"Demi Tuhan, itu semua nggak benar, Pi." Bitha buru-buru membantah. "Papi bisa tanya ke Mas Eran. Semua udah diselesaiin sama Mas Eran. Bahkan aku turun dan minta maaf langsung ke pemilik warung."

"Di foto dan video yang beredar kamu kayak orang mabuk."

"Itu bukan mabuk, tapi ngantuk!"

Papi mengusap wajahnya kasar. "Terus, kemarin siang kamu ketemuan sama Raga di cafe?"

Bitha mengerutkan keningnya, lalu menatap Papinya dengan raut wajah terkejut. "Siapa yang ngasih tau? Mas Eran?"

"Papi lihat di sosial media. Katanya kamu putusin Raga dengan cara yang memalukan. Kamu siram milk shake ke kepala Raga. Benar kayak gitu?"

Bitha meringis mengingat kembali kejadian kemarin siang. Percuma juga kalau Bitha bohong, Papinya pasti sudah tahu semuanya. "Iya, Pi benar."

Papi mengerang frustrasi. "Kamu kalo mau putus kenapa harus pakai drama dulu sih?"

"Bukan drama, Papi," sela Bitha cepat. "Awalnya aku nggak berencana putus sama dia. Aku cuma mau minta penjelasan, tapi ternyata aku dapat fakta yang lebih menjijikkan dari isi hp dia."

"Terus kenapa video kamu nyiram Raga sampai kesebar di sosial media?"

Mata bulat Bitha membelalak sempurna. "Ada yang upload video waktu aku mutusin Raga?

"Iya."

"Tapi kan, yang salah Raga. Aku nggak akan kayak gitu kalo nggak ada pemicunya." Bitha mulai membela diri.

"Semua isi komenan pada nyalahin kamu. Mereka bilang kamu ratu drama dan selalu putus sama cowok dengan cara yang lebay."

"Aku nggak maksud kayak gitu, Pi."

Papi mengibaskan tangannya. "Untuk sementara waktu kamu jangan keluar rumah."

"Kenapa?"

"Ada wartawan di depan kompleks rumah. Mereka semua lagi cari bahan berita tentang kamu dan kemungkinan akan disangkutin ke pemilihan Opa yang waktunya nggak lama lagi," jawab Papi dengan helaan napas keras. "Untung aja ada satpam kompleks yang ngelarang wartawan untuk masuk. Kalo nggak, mungkin semua wartawan akan berkerumun di depan rumah kita."

"Gara-gara videoku nyiram Raga, rumah kita disamperin wartawan?" tanya Bitha tak percaya.

"Gara-gara video putusmu sama Raga dan juga gara-gara kamu nabrak warung di pinggir jalan," jawab Papi menatap anaknya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Dalam satu hari, kamu ngelakuin dua hal yang bikin heboh dan semuanya viral di sosial media."

Bitha for the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang