Sekitar jam sebelas Bitha menginjakkan kaki di hotel. Awalnya ia berniat langsung menemui Papinya. Tapi ia diberitahu kalau Papinya masih meeting. Akhirnya Galen menyeretnya ke restoran hotel. Mereka memutuskan untuk makan siang dulu.
"Waktunya makan siang gini kenapa harus meeting sih?" gerutu Bitha sambil memainkan makanan di dalan piringnya tanpa minat.
"Papimu lagi sibuk. Tunggu aja dulu."
Bitha menghela napas keras.
Galen memegang tangan kanan Bitha. "Kalo nggak mau makan, jangan dibuat mainan kayak gitu," ucapnya sambil melirik ke piring Bitha.
Lagi-lagi Bitha menghela napas keras, seakan ada beban berat di pundaknya. "Iya-iya, aku makan," jawabnya dengan nada malas.
Galen melepaskan pegangan pada tangan Bitha. Sembari makan, ia mengamati Bitha yang makan dengan perlahan.
"Kak Leo mana? Bukannya Mas Galen janjian sama Kak Leo waktu makan siang?" tanya Bitha setelah mengunyah habis makanan di dalam mulutnya.
"Leo juga masih meeting. Dia bilang jam setengah satu langsung ketemu di ruang interview."
"Yaudah, nanti Mas langsung ke ruang interview, aku ke ruangan Papi.
Galen mengangguk. "Kalo udah selesai ngobrol sama Papimu, kabari aku."
"Iya."
Bitha tidak bisa menghabiskan satu porsi pasta miliknya. Akhirnya ia membiarkan Galen membantunya untuk menghabiskan makanannya.
Selesai makan siang bersama, Bitha dan Galen berpisah. Bitha melihat Galen turun dari lift lebih dulu di lantai sepuluh. Kemudian lift kembali bergerak ke lantai paling atas. Ia menyapa sekretaris Papinya yang ada di depan ruangan, sebelum masuk ke ruangan kerja Papinya.
"Ini semua ulah Papi, kan?" tanya Bitha tanpa basa-basi. Ia duduk di sofa sambil menyilangkan kaki.
Papi bangun dari kursinya yang didudukinya, lalu berjalan ke arah sofa. "Apa maksudnya?" tanyanya setelah duduk di single sofa.
"Aku barusan lihat berita di sosial media. Salsa diperiksa polisi karena kepemilikan narkoba. Emang itu beritanya benaran?"
Papi mengangguk. "Benar. Terus?"
Napas Bitha rasanya tercekat. Mendengar langsung kalau berita yang ia baca di sosial media memang nyata, tetap membuatnya terkejut. Tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya cemas. "Itu semua ulah Papi?"
"Dia pakai narkoba, Bit. Wajar kalo dia diperiksa polisi."
"Sejak kapan Salsa konsumsi narkoba?" tanya Bitha penasaran.
Papi melipat kedua tangan di depan dada. Tatapannya tidak beralih sedikit pun dari wajah anak perempuannya. "Dulu, dia minum obat dari psikiater. Beberapa bulan setelah itu dia udah nggak pernah berobat lagi. Mungkin keadaannya sudah membaik, makanya di berhenti ke psikiater. Sampai akhirnya satu tahun lalu, Papi dapat laporan dari orang kepercayaan Papi kalo dia pakai narkoba."
"Papi tau kalo Salsa sempat ke psikiater?"
"Papi tau semua, Bit. Semuanya yang bahkan kamu nggak tau."
"Kenapa nggak ngasih tau aku?"
"Papi mau ngelindungin kamu," jawab Papi. "Karena selama ini dia berperan jadi teman yang 'baik' di depanmu, Papi berusaha untuk nggak mau ikut campur soal masalah pribadinya. Apalagi dia nggak pernah nawarin kamu untuk pakai juga. Tapi setelah dia nampar kamu, Papi jelas nggak terima. Semua orang harus tau kelakuan dia yang sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitha for the Beast [Completed]
ChickLitMenjadi putri dari pasangan pengusaha dan cucu seorang politikus terkenal membuat hidup Tsabitha Alisha Mahawira tidak bisa bebas. Perempuan yang biasa dipanggil dengan nama Bitha selalu memiliki pengawal yang selalu mengikutinya, mencegah dirinya a...