Bab 21

9.6K 1.5K 170
                                    

Untuk sepersekian detik tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Galen. Laki-laki itu bungkam dan fokus dengan kemudinya.

"Mas Galen?" panggil Bitha.

Galen melirik Bitha sekilas. "Bisa nggak kita makan dulu sebelum aku jawab pertanyaan itu?"

"Kenapa nggak mau langsung jawab?"

"Mending kita makan dulu. Baru habis itu aku akan jawab pertanyaanmu," sahut Galen. "Bahkan kamu boleh tanya hal lain, dan aku akan jawab semua pertanyaanmu," lanjutnya.

Bitha mendengus kesal. "Yaudah kalo gitu," putusnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku mau makan steak yang medium rare."

"Oke kita makan steak," sahut Galen. "Tapi nggak boleh medium rare. Kamu harus makan steak yang matang."

"Lebih enak yang medium rare."

"Iya, aku tau," sahut Galen cepat. "Tapi karena kamu habis sakit, lebih baik makan yang medium well atau well done aja."

Bitha menggerutu kesal. Meski begitu, dia tidak protes lagi. 

Mobil yang dikemudikan Galen berhenti di salah satu restoran terkenal yang khusus menjual aneka macam daging. Mulai dari harga yang standar, sampai yang paling mahal ada di restoran ini. Begitu masuk, mereka disambut oleh seorang pelayan perempuan dan diarahkan ke meja dengan dua kursi berhadapan. Setelah Bitha dan Galen memilih menu makanan dan minuman yang ingin mereka pesan, pelayan meninggalkan mereka.

"Setelah pulang ke rumah, apa aja yang kamu lakuin?" tanya Galen membuka percakapan.

"Nggak ngapa-ngapain."

"Nggak jadi panggil guru les buat ngajarin kamu nyapu, ngepel atau kegiatan lainnya yang mau kamu pelajari?" tanya Galen dengan wajah geli mengingat kembali keinginan Bitha saat itu.

"Nggak ada waktu."

"Nggak ada waktu? Bukannya kamu nggak ngapa-ngapain?"

"Aku sibuk party."

Galen mendengus. Kemudian ia teringat akan sesuatu yang membuatnya kesal. "Party pakai baju yang kurang bahan itu, kan?"

Kening Bitha berkerut. "Baju kurang bahan?"

"Dress warna merah yang pendek banget. Bagian atas sama bawah kelihatan semua," jawab Galen tidak mengalihkan tatapan matanya dari wajah Bitha. "Terus aku juga lihat ada gelas di belakangmu. Kamu pasti minum, kan?"

Bitha mencoba mengingat-ingat. Tiba-tiba senyumnya muncul saat sadar apa yang dimaksud oleh Galen. "Mas Galen pasti lihat story instagramku, kan?"

"Kebetulan lihat."

"Ternyata Mas Galen punya second account buat stalking aku. Pasti Mas Galen kangen banget sama aku sampai pantengin story-ku terus." Bitha tidak menyembunyikan binar di matanya.

"Kenapa harus pakai baju yang pendek kayak gitu sih?" tanya Galen, mengabaikan perkataan Bitha sebelumnya.

"Sengaja, biar kelihatan seksi," jawab Bitha sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Jangan pakai kayak gitu lagi."

"Kenapa?" Bitha menopang dagunya dengan satu tangan. "Kenapa aku nggak boleh pakai baju kayak gitu?" tanyanya menuntut.

"Karena aku nggak suka."

"Tapi aku suka."

Galen menggeram kesal. Perempuan di hadapannya benar-benar keras kepala. "Terus, di party itu kamu minum?"

Bitha for the Beast [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang