Ajeng

502 14 0
                                    

Ajeng gadis SMA yang berusia 17 tahun. Dia kelas 3 SMA, sedangkan Bima adalah mahasiswa KKN yang sedang KKN di desa ajeng. Ajeng tinggal bersama ibunya di sebuah rumah kecil di tepi hutan.

Tidak ada tetangga rumah nya, hanya sawah juga ladang para warga. Listrik pun belum ada dirumahnya, ibunya tidak sanggup untuk membayarnya jadi di rumahnya hanya ada lampu teplok atau lentera.

Ajeng hendak berangkat sekolah dengan berjalan kaki namun ditengah jalan ia bertemu dengan Bima.

"Dek ajeng mau sekolah.?"

"Iya kak"

"Yuk naik kakak antarkan ke sekolah"

"Tidak perlu kak, Ajeng bisa sendiri jalan kaki sudah biasa"

"Tidak apa-apa yuk naik"

Ajeng yang malu-malu pun akhirnya naik ke atas jok motor Bima. Singkat cerita Bima selalu berusaha mendekati Ajeng. Ya semenjak hari dimana Bima sering mengantar jemput Ajeng kesekolah pun Ajeng telah jatuh hati pada Bima.

Pesona Bima tak kalah ganteng dengan yang lain nya, membuat Ajeng menaruhkan separuh hatinya dengan nya. Mereka melakukan pendekatan selama satu bulan setengah, selama Bima KKN juga selalu menyempatkan bertemu dengan nya.

Bima akan melakukan KKN di desanya selama 3 bulan, Sudah sebulan setengah berlalu Bima KKN di desanya. Bima juga sering bertemu dengan Ibu Ajeng.

Di akhir bulan kedua akhirnya Bima mengutarakan perasaan kepada Ajeng, dan disambut baik oleh Ajeng sendiri. Sang ibu yang awalnya tidak merestui hubungan keduanya namun lambat laun dia pun luluh dengan segala kebaikan Bima.

Waktu KKN Bima didesanya kurang lebih dua minggu lagi. Minggu siang Bima mengajak ajeng ke kota dengan jarak tempuh satu jam an.

"Bu, boleh saya mengajak Ajeng ke kota bu.?"

"Ke kota sama siapa Bim.?"

"Ada teman saya Bu dia sedang memperbaiki motor nya di bengkel kita akan kesana bareng"

"Tapi Bim jarak dari desa ke Kota satu jam bisa lebih, ini juga sudah musim hujan bagaimana kalau nanti hujan.?" tanya sang ibu

"Insya allah sebelum maghrib kami pulang bu" ujar Bima yang meyakinkan ibu Ajeng.

"Baiklah ibu akan memberikan izin pada kamu nak Bima, jaga Ajeng. Jika nanti pas pulang hujan menepi dulu menunggu hujan reda ya nak, Ajeng kalau terkena hujan agak sakit"

"Iya bu pasti saya akan menjaga Ajeng"

"Baiklah ibu memberikan izin pada kalian hati-hati di jalan yaa" ucap ibu ajeng yang membuat ajeng senang, kapan lagi ia di ajak ke kota.

"Bu, Ajeng pamit yaa, ibu hati-hati dirumah"

"Iya Ajeng juga hati-hati di jalan"

Mereka mengangguk, lalu menaiki motor Bima dan melaju ke kota. Jarak tempuh yang lumayan membuat pinggang Ajeng agak sakit. Mereka bertemu dengan salah satu teman Bima.

"Mas Bima mau beli apa.?" tanya Ajeng yang sudah mengganti panggilan nama nya

"Nanti dulu dek mau lihat-lihat dulu Mas juga bingung mau beli apa hehe" jawabnya sambil cengengesan, Ajeng pun geleng-geleng mendengarnya

Di kota kami hanya berkeliling, Bima hanya sekedar mengamati saja, entah lah apa yang akan ia beli Ajeng hanya menemaninya tanpa mau membeli apapun.

"Ohya di alun-alun kota ada pasar malam, kita kesana saja yuk"

"Tapi bagaimana dengan teman mas bima.?" tanya ajeng

"Nggak papa mereka bisa ngerti kok, hafal juga jalan pulang jadi jangan khawatir pada mereka" jawabnya ajeng mengangguk.

Kemudian Bima menggandeng tangan Ajeng berjalan kearah tempat parkir motornya, lalu menjalankan nya ke alun-alun kota. Yaa benar disana ada pasar malam, memang ini baru sore namun sudah ramai sekali dengan pengunjungnya.

Ajeng berbinar ia baru pertama kali melihatnya

"Mas ini ramai sekali mas" ujarnya berbinar.

"Iya walaupun masih sore sudah banyak yang datang apalagi berburu kulinernya disini banyak yang jual jajanan pasti ramai"

"Mas di desa belum pernah ada pasar malam kalaupun ada pasti sama ibu nggak dibolehin pergi jadi aku belum pernah melihat nya mas"

Bima tersenyum lalu mengajaknya masuk kedalam pasar malam itu. Ajeng tersenyum membuat Bima memandangnya dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. Ajeng tidak sadar sore senja sudah mulai terlihat waktu hampir maghrib, dirinya tidak sadar, bahkan langit sudah sangat mendung. Bima tersenyum melihat ajeng sangat bersenang-senang hingga hujan membuyarkan kesenangan ajeng.

"Mas hujan" pekik ajeng saat hujan mulai turun membasahi bumi membuat semua orang melarikan diri mereka agar tidak kehujanan.

"Ayo kita pulang ini masih gerimis" ajak Bima mereka pun melajukan motornya. Baru 5 menit hujan pun turun sangat deras membuat Bima memberhentikan motornya disebuah penginapan.

Bima memesan sebuah kamar membuat ajeng terkejut, ia hendak melayangkan protesnya namun di cegah oleh Bima.

"Tinggal satu jeng, tidak apa-apa aku janji tidak akan melakukan hal di luar batas" ucap Bima penuh dengan keyakinan membuat Ajeng kembali pasrah.

Baju mereka sudah sangat basah, hingga ajeng tak sadar bajunya sudah membentuk lekuk tubuh nya, memperlihatkan dua gunung kembarnya tercetak jelas.

Bima yang melihatnya membuat dirinya bergairah namun ia tahan hingga pada titik akhirnya ia tidak kuat.

"Ajeng" panggil Bima dengan mesra.

"Iya mas ada apa.?"

"Tolong dong lihat in punggung ku ini agak sakit" ucap Bima membuat Ajeng mendekatinya, Bima membungkuk lalu Ajeng melihat punggungnya.

"Tidak ada apa-apa mas" Bima berdiri namun pundaknya menetuh dua buah gundukan kenyal tersebut, membuah gairahnya semakin meningkat.

Bima yang tak tahan membuat wajahnya memerah menahan nafsu dan gairahnya "Mas bima sakit.?"

"Nggak jeng" jawab nya namun jawaban tersebut membuat ajeng mengikis jarak mereka. lalu dengan lembut ajeng mengusap wajahnya.

Bima melihat bibir pink tipis itu membuat dirinya tak bisa menahan nya lebih lama saat wajah ajeng berada didekatnya ia langsung menyambar bibir tipis itu, Bima langsung memperdalam dan menyesap nya tak ada perlawanan dari Ajeng membuat Bima makin makin memperdalam pagutan itu. Ya Ajeng juga terbuai oleh pagutan Bima walaupun masih amatiran. Dia semakin mengikis jarak antara keduanya. Hingga mereka kehabisan nafas.

'Hahhhh.. hahhh..' Bima dan Ajeng terengah-engah, bibir mereka yang masih basah membuat Bima mengelap bibir Ajeng. Namun Ajeng malah mendorong Bima menjauh.

"Mas ini sudah nggak benar"

"Mas akan bertanggung jawab dek, kamu tenang saja, mas mencintai mu lebih dari apapun, sebelum mas pulang mas akan melamarmu didepan ibumu, setelah mas selesai tugas KKN mas akan kembali untuk menikahi kamu dek" ucap Bima dengan Lantang membuat ajeng bingung "Aku memang sudah tidak punya orang tua, namun masih ada kakek dan nenek ku dek" lanjunya membuat ajeng menghela nafas kasar, Bima yang melihat Ajeng kebingungan pun sama bingungnya "Apa adek tidak cinta pada mas.?" tanya Bima namun Ajeng menggeleng Bima tersenyum "Mas janji apapun yang terjadi mas akan tanggung jawab pada mu dek"

Akankah ajeng menyerahkan kesucian nya atau tetap mempertahankan kesucian nya.?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pregnant & Birth StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang