BAB 10: PEDULI

40 4 0
                                    

"Arti tersembunyi dalam lapisan warna, hanya jelas saat kuas terakhir mengungkap gambarnya"

***

Jun berlari sekuat tenaga menuju kelas, kakinya bergerak cepat melintasi koridor sekolah yang terasa seperti semakin panjang. Nafasnya tersengal, dan tangannya berkeringat saat dia menggenggam ponselnya yang baru saja bergetar dengan pesan yang memacu adrenalin:

[Minghao: Balik, Pak Hwang masuk.]

Pesan itu datang dari Minghao. Jun hampir tidak percaya awalnya—Minghao jarang sekali menghubunginya untuk hal-hal seperti ini. Namun, karena panik sekaligus cemas, dia memutuskan untuk bergegas kembali ke kelas, berharap tidak ada masalah besar yang menunggunya di sana.

Pak Hwang adalah guru tergalak sepanjang Jun sekolah, guru itu tidak segan-segan membuat Jun tidak naik kelas, dan itu bukan hanya sebuah kebohongan belaka. Karena guru tersebut sering bermasalah dengan orang tua yang mempunyai anak bermasalah seperti Jun.

Begitu Jun tiba di depan kelas, dia berhenti sejenak, mencoba mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Tapi ketika matanya melihat ke dalam kelas, jantungnya terasa makin cepat berdebar.

Di depan kelas, Pak Hwang—guru geografi mereka—sudah berdiri dengan ekspresi serius di wajahnya. Dan di samping Pak Hwang, berdiri Mingyu, Soonyoung, dan Hansol, ketiga temannya yang juga bolos pelajaran.

"Ketahuan juga pasti," batin Jun, merasa sedikit khawatir.

Mungkin dia bisa lolos dari masalah besar, tapi jelas hari ini bukanlah hari yang baik untuknya.

Dengan hati-hati, Jun melangkah masuk ke dalam kelas. Semua mata teman sekelasnya langsung tertuju padanya, dan Pak Hwang menyambutnya dengan anggukan kecil yang menunjukkan ketidakpuasan.

"Dari mana aja, Wen Junhui? Saya hampir coret nama mu dari daftar absen tadi."

Jun hanya tersenyum sebari menghela napas panjang, mencoba tetap tenang meskipun rasa gugup menyerangnya. Dia berdiri di samping Mingyu, Soonyoung, dan Hansol, yang semuanya tampak tegang namun berusaha menyembunyikannya.

Pak Hwang menyilangkan tangan di depan dada, mengamati keempat muridnya yang bandel.

"Jangan di ulangi lagi, nggak cuma satu anak yang pernah sama coret namanya dari daftar absen. Saya nggak takut, kalian dengar?"

Keempatnya hanya mengangguk. Teguran Pak Hwang memang terlalu keras, dan cukup untuk membuat mereka merasa tidak nyaman. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Pak Hwang akhirnya menyuruh mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.

Jun segera menuju ke kursinya yang berada tepat di belakang Eunwoo. Dia menghela napas lega, senang karena semuanya berakhir lebih cepat dari yang dia bayangkan. Namun, Eunwoo, yang duduk di depannya, langsung membalikkan badan dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Dengan suara rendah, Eunwoo berbisik.

"Lo darimana aja, anjir?!"

Jun menyengir sambil berbisik.

"Gue kira Pak Hwang nggak masuk, jadi gue bolos."

Eunwoo tertawa kecil sambil memutar matanya.

"Terus, kok, balik lagi ke kelas? Padahal gue belum ngabarin lo berempat,"

Jun menoleh ke arah Minghao yang duduk di sudut kelas, wajahnya datar tanpa ekspresi, seperti biasa.

"Minghao yang ngabarin. Katanya, Pak Hwang nyuruh dia buat manggil gue balik."

SIMFONI ASIMETRIS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang