EPILOG

38 5 0
                                    

"Arti tersembunyi dalam lapisan warna, hanya jelas saat kuas terakhir mengungkap gambarnya"

***

Hari ini, alumni 12-B berkumpul kembali setelah dua tahun terpisah. Perubahan di antara mereka terlihat jelas; wajah-wajah yang dulunya tampak belia kini telah tumbuh menjadi sosok dewasa. Rasanya seperti baru kemarin mereka masuk SMA, menghabiskan waktu bersama, dan berbagi impian.

Setelah semua berkumpul di titik temu yang telah disepakati, Eunwoo memimpin perjalanan ke villa milik keluarga nya, mereka memutuskan untuk menginap sehari semalam disana. Untungnya, mereka tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk tempat itu—semuanya gratis. Hanya dalam setengah jam perjalanan, rombongan itu akhirnya sampai.

"WOAH! SERIUSAN INI VILLA NYA?!" pekik Soonyoung, terkejut dengan pemandangan di depannya.

"Buset, Eunwoo, lu bercanda?" teriak salah satu temannya yang lain, terpesona oleh kemewahan villa itu.

Bukan hanya Soonyoung, semua anggota rombongan terkesima. Villa yang mereka hadapi sangat megah dan menakjubkan; pemandangan dari depan sudah cukup untuk membuat siapa pun kagum, apalagi saat mereka melangkah ke dalamnya.

"Yaelah, buat apa gue bercanda? Ayo dah semua masuk," Eunwoo menjawab dengan nada santai, mengisyaratkan untuk segera menjelajahi tempat itu.

Begitu mereka melangkah masuk, semua kelelahan seolah lenyap. Villa itu sangat luas, bahkan bisa menampung dua kelas lagi. Meskipun hanya ada sekitar lima hingga enam kamar tidur, ruang tengahnya sangat besar hingga Minghao tak habis pikir. "Untuk apa orang-orang bikin villa sebesar ini?" gumamnya.

Mereka terpesona oleh pemandangan di luar jendela yang hijau dan sejuk. Meskipun masih berada di daerah kota, villa ini sedikit masuk ke perkampungan, memberikan suasana tenang tanpa suara kendaraan yang mengganggu.

"Karena kita ada cewek cowok, nih, saran gue, yang cewek-cewek bisa di kamar atas, gabung aja beberapa orang. Yang laki-laki bisa di ruang tengah," jelas Eunwoo, memecah keheningan. "Kita yang cowok-cowok tidurnya pakai alas kasur kecil aja masing-masing orang."

Eunwoo merasa harus bertanggung jawab atas acara ini karena mereka menggunakan tempat milik keluarganya. Sementara para perempuan mulai membawa barang mereka ke atas, para laki-laki mulai mencari kayu bakar untuk membakar daging di belakang villa.

Di tengah kesibukan itu, Minghao menghampiri Eunwoo.

"Eunwoo," panggilnya.

"Ya, Hao?" Eunwoo menjawab, menyadari kehadiran sahabatnya.

"Kamar itu ada yang tempati?" tanya Minghao sambil menunjuk sebuah kamar di samping tangga.

"Gak ada sih. Lu sama teman-teman mau di situ?" Eunwoo menjelaskan.

"Boleh?" Minghao terlihat berharap.

Eunwoo tersenyum, "Boleh dong! Silakan, kalau mau. Gue tadi ngajak yang cowok tidur di luar karena kamar di lantai pertama cuma satu."

"Oalah, beneran boleh? Tapi nggak apa-apa, kan?" Minghao merasa ragu.

"Gue paham lo pasti nggak mau di luar karena dingin, kan? Boleh aja, santai. Bawa Jeonghan sama dua teman lu itu juga, ya," Eunwoo menjawab dengan ramah.

"Oke, thanks, ya," Minghao mengucapkan terima kasih sebelum Eunwoo berlalu.

Sementara itu, ketiga temannya sibuk di luar, Wonwoo dan Mingyu mulai sibuk memasak daging. Jeonghan, Jisoo, dan Seokmin duduk bersama teman-teman lain, berbincang santai. Minghao, merasa tidak ada waktu untuk menunggu, memutuskan untuk mengangkat sendiri barang-barangnya dan barang teman-temannya. Meskipun tidak banyak, mengangkat empat tas sekaligus terasa cukup sulit.

SIMFONI ASIMETRIS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang